Berita

Puing Pesawat Ukraina Yang jatuh Oleh Rudal Iran/Net

Dunia

Gangguan Komunikasi, Operator Rudal Iran Hanya Punya 10 Detik Putuskan Tembak Boeing 737 Yang Dikira Rudal Jelajah

SABTU, 11 JANUARI 2020 | 20:35 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

. Militer Iran menyebut gangguan komunikasi telah membuat mereka secara tak sengaja menembak jatuh pesawat penumpang Ukraina karena mengiranya sebagai target musuh. Operator rudal terpaksa memutuskan sendiri untuk menembakkan rudal tersebut.

Stasiun televisi setempat menyiarkan pernyataan komandan dirgantara Garda Revolusi Iran, Brigadir Jenderal Amirali Hajizadeh yang menyebut  operator rudal terpaksa menembakkan rudal itu secara independen karena adanya gangguan komunikasi.

Komandan Garda Revolusi itu mengungkapkan, personel militer yang menjadi operator rudal itu keliru mengira pesawat Boeing 737 milik maskapai Ukraina sebagai "rudal jelajah". Dia hanya punya waktu sepuluh detik untuk memutuskan apakah akan menembakkan rudal atau tidak. Karena gangguan komunikasi, ia pun memilih menembakkan rudal.

Hajizadeh pun menyatakan dirinya menerima tanggung jawab penuh atas insiden yang menewaskan 176 orang.

"Saya menerima tanggung jawab penuh dan saya akan mematuhi keputusan apa pun yang diambil," ujar Hajizadeh. "Saya lebih memilih mati daripada menyaksikan kejadian seperti itu," imbuhnya.

Pengakuan militer Iran mengenai penembakan pesawat sipil Ukraina itu disampaikan hari ini, Sabtu (11/1), setelah pemerintah Iran berulang kali membantah tuduhan negara-negara Barat.

Pesawat penumpang tersebut ditembak jatuh beberapa jam setelah Iran melancarkan serangan rudal balistik ke dua pangkalan militer di Irak yang menjadi markas pasukan Amerika Serikat. Serangan rudal itu sebagai pembalasan atas tewasnya jenderal Iran, Qassem Soleimani dalam serangan udara AS di Baghdad, Irak.

Pesawat diketahui membawa 176 orang yang terdiri atas 167 penumpang dan 9 awak pesawat. Semuanya dipastikan tewas. Data dari otoritas setempat menyebut pesawat itu membawa 82 warga Iran, 63 warga Kanada, 11 warga Ukraina, 10 warga Swedia, empat warga Afghanistan, tiga warga Jerman dan tiga warga Inggris.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Pendapatan Garuda Indonesia Melonjak 18 Persen di Kuartal I 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:41

Sidang Pendahuluan di PTUN, Tim Hukum PDIP: Pelantikan Prabowo-Gibran Bisa Ditunda

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:35

Tak Tahan Melihat Penderitaan Gaza, Kolombia Putus Hubungan Diplomatik dengan Israel

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:34

Pakar Indonesia dan Australia Bahas Dekarbonisasi

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:29

Soal Usulan Kewarganegaraan Ganda, DPR Dorong Revisi UU 12 Tahun 2006

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:25

Momen Hardiknas, Pertamina Siap Hadir di 15 Kampus untuk Hadapi Trilemma Energy

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:24

Prabowo-Gibran Diminta Lanjutkan Merdeka Belajar Gagasan Nadiem

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:16

Kebijakan Merdeka Belajar Harus Diterapkan dengan Baik di Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:06

Redmi 13 Disertifikasi SDPPI, Spesifikasi Mirip Poco M6 4G

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:59

Prajurit TNI dan Polisi Diserukan Taat Hukum

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:58

Selengkapnya