Berita

Kilang minyak Libya/Net

Muhammad Najib

Kini Minyak Menjadi Sumber Bencana Rakyat Libya

SENIN, 30 DESEMBER 2019 | 14:03 WIB | OLEH: DR. MUHAMMAD NAJIB

DULU minyak menjadi sumber berkah bagi rakyat Libya. Semua sekolah gratis mulai TK sampai universitas. Rumah Sakit gratis, apapun penyakitnya. Bahkan setiap pasangan yang baru menikah, berhak mendapatkan rumah dari negara. Tidak ada pajak atau iuran warga untuk keperluan pembangunan infratruktur ataupun fasilitas umum.

Kini situasinya berbalik 180 derajat. Sejak pemerintahan yang dipimpin Muammar Khadafi runtuh pada tahun 2011 terkena badai Musim Semi Arab, Lybia terus bergolak akibat perebutan kekuasaan yang tidak kunjung selesai. Suku-suku atau kabilah-kabilah terus bersaing. Penggunaan senjata tidak terhindarkan lagi.

Sulitnya ekonomi dan hilangnya rasa aman, menyebabkan tidak sedikit rakyat sipil yang memutuskan untuk meninggalkan negrinya, lalu menyebrang ke Utara menuju negara-negara Eropa dengan status sebagai pengungsi. Yang mampu menggunakan pesawat, sementara yang tidak mampu harus menyebrangi Laut Mediterania dengan perahu seadanya. Akibatnya, tidak sedikit yang menemui ajalnya, terkubur tanpa jejak di dasar laut.

Empat tahun situasi seperti ini dialami rakyat Libya. Berkat bantuan sejumlah negara termasuk PBB sebagai mediator antara kelompok yang bertikai, mereka berhasil membentuk pemerintahan yang dikenal dengan nama: Pemerintahan Kesepakatan Nasional (Government of National Accord, GNA) yang kini dipimpin oleh Perdana Mentri Fayez al-Sarraj.

Khalifa Haftar seorang jenderal purnawirawan komandan Tentara Nasional Libya (LNA) tidak puas dengan GNA, kemudian memberontak dan secara de facto menguasai wilayah Timur  Libya yang kaya minyak berbatasan dengan Mesir.

Dalam perkembangannya LNA yang dipimpin Haftar beroperasi sebagai pemerintahan tandingan yang dikendalikan dari Kota Tobruk. Haftar mendapatkan dukungan dari Mesir, dan sejumlah negara kaya Teluk seperti Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab (UAE).

LNA semakin hari semakin kuat karena dukungan dan keterlibatan negara-negara super power seperti Perancis, China, dan Rusia. Dikabarkan LNA kini diperkuat dengan drone dan pesawat tempur. Lebih dari itu tentara bayaran asing yang dikerahkan oleh Wagner sebuah perusahan keamanan yang beroperasi di Rusia ikut memperkuatnya.

Fakta ini tentu menimbulkan kecemasan pemerintahan resmi GNA. Apalagi Haftar dan pasukannya berulangkali berusaha merebut ibukota Tripoli. Hal ini kemudian mendorong Perdana Fayez mengunjungi Turki. Kesepakatan kerjasama antara dua negara kemudian ditandatangani. Kerjasama meliputi banyak hal termasuk masalah keamanan.

Kesepakatan ini kemudian menjadi landasan yuridis Tripoli untuk mengundang tentara Turki, tentu dengan maksud mengimbangi kekuatan LNA yang semakin mengancam.

Presiden Erdogan telah menyetujui perminaan Perdana Mentri Fayez, dan kini hanya menunggu persetujuan Parlemen. Karena itu kehadiran pasukan Turki ke wilayah Libya tampaknya hanya dalam hitungan hari.

Jika pertempuran antara dua kelompok ini pecah, bisa dibayangkan bagaimana kehancuran Libya alam waktu dekat. Bukan mustahil penderitaan yang akan dialami rakyatnya seperti yang dialami Suriah saat ini. Ratusan ribu rakyat Suriah meninggal, dan jutaan menjadi pengungsi di negara lain.

Pertanyaannya, jika di Suriah pemerintah Rusia dan China membantu pemerintahan legal yang ada, kenapa di Libya mereka membantu pemberontak ? Jika Libya tidak memiliki minyak, apakah orang-orang asing itu akan datang? Sampai kapan para pemimpin Arab terus dipermainkan seperti ini, atau berapa banyak korban lagi yang diperlukan untuk menyadarkannya?

Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

UPDATE

Tulisan 'Adili Jokowi' Curahan Ekspresi Bukan Vandalisme

Minggu, 09 Februari 2025 | 07:36

Prabowo Harus Mintai Pertanggungjawaban Jokowi terkait IKN

Minggu, 09 Februari 2025 | 07:26

Penerapan Dominus Litis Melemahkan Polri

Minggu, 09 Februari 2025 | 07:03

Rontok di Pengadilan, Kuasa Hukum Hasto Sebut KPK Hanya Daur Ulang Cerita Lama

Minggu, 09 Februari 2025 | 06:40

Senator Daud Yordan Siap Naik Ring Lagi

Minggu, 09 Februari 2025 | 06:17

Penasihat Hukum Sekjen PDIP Bongkar Kesewenang-wenangan Penyidik KPK

Minggu, 09 Februari 2025 | 05:53

Lewat Rumah Aspirasi, Legislator PSI Kota Tangerang Ajak Warga Sampaikan Unek-Unek

Minggu, 09 Februari 2025 | 05:36

Ekonomi Daerah Berpotensi Merosot akibat Sri Mulyani Pangkas Dana TKD

Minggu, 09 Februari 2025 | 05:15

Saat yang Tepat Bagi Prabowo Fokus MBG dan Setop IKN

Minggu, 09 Februari 2025 | 04:57

7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat Menuju Indonesia Emas

Minggu, 09 Februari 2025 | 04:42

Selengkapnya