Berita

Presiden China Xi Jinpin, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in/Net

Dunia

Korsel Ajak China Bantu Dialog Nuklir Korut-AS Yang Macet

SENIN, 23 DESEMBER 2019 | 14:33 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Macetnya dialog denuklirisasi antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara bukan hanya tidak menguntungkan bagi negara-negara di kawasan, namun juga Korea Utara itu sendiri.

Demikian yang dikatakan oleh Presiden Korea Selatan Moon Jae-in kepada Presiden China Xi Jinping ketika bertemu di Beijing pada Senin (23/12).

Sebelum dia menghadiri pertemuan trilateral dengan Perdana Menteri China Li Keqiang dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di Chengdu.

"Situasi baru-baru ini di mana dialog antara Korea Utara dan AS ditangguhkan dan ketegangan meningkat di semenanjung tidak pernah bermanfaat, tidak hanya bagi kedua negara kita tetapi juga Korea Utara. Saya harap kita bekerja sama lebih erat, sehingga kesempatan langka ini akan membuahkan hasil," ujar Moon seperti yang dimuat Reuters.

Lebih lanjut, Moon juga mengapresiasi Xi karena China telah berusaha memainkan peran penting dalam masalah tersebut.

Namun demikian, Moon tidak memberikan tanggapan mengenai draft resolusi yang diajukan China dan Rusia ke PBB mengenai penghapusan beberapa sanksi untuk Korea Utara.

Selain Moon, Abe juga dijadwalkan akan bertemu dengan Xi di Beijing sebelum pergi ke Chengdu untuk melakukan pertemuan langka tersebut. Meski pertemuan negara-negara Asia Timur tersebut memiliki banyak agenda, termasuk ekonomi, namun tampaknya isu mengenai Korea Utara serta perselisihan antara Korea Selatan dan Jepang akan menjadi topik utama. 

Pertemuan ini diketahui juga sebagai respons atas batas tenggat waktu yang akhir tahun yang hampir habis dari Korea Utara untuk Amerika Serikat agar menawarkan konsesi yang lebih menarik. Korea Utara menyatakan, AS harus menghentikan kebijakan bermusuhan atau menghapuskan sanksi bila ingin melanjutkan dialog denuklirisasi.

Pada Sabtu (21/12), media pemerintah Korea Utara dalam laporannya menyatakan AS akan membayar mahal karena mempersoalkan catatan hak asasi manusia Korea Utara dan kata-kata jahat yang dikeluarkan AS hanya memperburuk ketegangan di Semenanjung Korea.

Banyak pihak, termasuk AS memperkirakan bahwa Korea Utara akan melakukan provokasi dengan menembakkan rudal antarbenua yang beberapa waktu lalu sempat diujicobakan di sebuah situs peluncuran roket. 

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya