Pelaksana Tugas (Plt) Jurubicara Kemlu Teuku Faizasyah/RMOL
Menjadi negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia membuat peran Indonesia ditunggu-tunggu dalam hal penyelesaikan konflik yang berhubungan dengan umat Islam. Salah satunya kasus yang menimpa etnis Uighur di Xinjiang, China yang didominasi oleh umat muslim.
Beberapa hari terakhir, pandangan dunia terhadap peran Indonesia dalam kasus Muslim Uighur menjadi negatif dengan munculnya sebuah artikel yang dimuat The Wall Street Journal yang menyatakan ormas-ormas Islam di Indonesia telah dibungkam dengan bantuan/donasi dari China.
Tak ayal, ormas-ormas Islam di Indonesia geram. Mereka dengan tegas menyanggah tuduhan tersebut dan meminta pemerintah untuk lebih bersikap tegas mengenai peran Indonesia dalam kasus Muslim Uighur.
Saat ini, polemik semakin berkembang dengan adanya anggapan bahwa pemerintah, dalam hal ini salah satu yang memiliki kewenangan adalah Kementerian Luar Negeri dinilai kurang memiliki tindakan yang signifikan atau bahkan seakan-akan memaklumi kasus tersebut.
Ketika dikonfirmasi, Pelaksana Tugas (Plt) Jurubicara Kemlu Teuku Faizasyah menyanggah hal tersebut. Sekali lagi, ia menegaskan, pemerintah Indonesia selalu mencari peluang untuk berperan dalam perdamaian di Xinjiang.
"Memaklumi? Siapa yang bicara?" tanya Teuku yang menunjukkan sanggahannya.
Seperti yang sudah disampaikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Madrid seusai bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi, lanjutnya, Menlu Retno meminta kembali perkembangan di Xinjiang dan penjelasan kondisi di sana.
"Jadi memang pendekatan yang dilakukan Indonesia itu secara bilateral melalui komunikasi, meminta penjelasan. Jadi sudah dilakukan dan ditanyakan kembali," tambahnya seraya mengatakan dengan melakukan komunikasi untuk mendapatkan informasi terkini dari waktu ke waktu, hal tersebut telah menjawab keseriusan pemerintah.