Berita

Presiden Joko Widodo/Net

Publika

Surat Terbuka Arief Poyuono: Tidak Perlu Jengkel Tangani Pengimpor Migas

SELASA, 17 DESEMBER 2019 | 19:00 WIB

PENGIMPOR migas pasti orang-orang dekat kekuasaan Kang Mas Joko Widodo dan yang pasti bisa punya pengaruh yang kuat untuk ngatur Pertamina. Karena yang beli migas impor mereka kan cuma Pertamina, yang merupakan satu satunya yang punya hak mendistribusikan BBM dan LPG di Indonesia.

Nah coba Kang Mas sebut saja nama pengusaha dan perusahaan yang suka impor Migas supaya masyarakat jadi tidak bingung. Dan masyarakat mengerti bahwa merekal sebagai salah satu yang menyebabkan neraca perdagangan kita defisit serta nilai kurs rupiah tidak pernah mencapai Rp 10 ribu per dolar AS seperti yang pernah Kang Mas targetkan lima tahun yang lalu.

Dan mereka pula yang menyebabkan ekonomi kita berbiaya tinggi yang akhirnya para pengusaha keberatan menaikkan upah buruh pada taraf sejahtera.


Kasih tahu saja Kang Mas ke saya nanti saya minta kawan-kawan buruh di pelabuhan untuk memboikot pembongkaran impor Migas. Biar tidak  bisa mebongkar Migas impor mereka.

Dan kok bisa-bisanya mereka menghalang-halangi pembangunan industri pengelolaan batu bara jadi LPG yang akan membuat jauh lebih murah harganya dibandingkan LPG yang dihasilkan dari hasil penyulingan minyak bumi.

Pasti yang menghalangi punya power yang kuat alias orang di seputaran kekuasaan Kang Mas sendiri.

Sebab dengan harga LPG yang murah maka industri manufaktur dan UMKM kita yang mengunakan bahan bakar LPG akan jauh lebih efisien dalam menjalankan usahanya.

Kang Mas, rakyat mencatat saat Kang Mas mengatakan bahwa Kang Mas sudah sudah tahu siapa pihak-pihak yang gemar mengimpor minyak dan LPG, yang Kang Mas sampaikan ketika membuka Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) di Istana Negara, Jakarta, Senin (16/12).

Batu bara bisa menjadi LPG lewat fasilitas pengolahan dimethyl ether (DME), gas dari batu bara yang menggantikan liquid petroleum gas (LPG).

DME diolah dari batu bara, yang mana produksinya memang jauh lebih murah daripada lifting minyak dan gas alam. Bahkan, batu bara yang akan dipakai merupakan batu bara berkalori paling rendah yang "kurang menguntungkan" jika dijual di pasar batu bara dunia.

Sebelumnya, PT Bukit Asam Tbk dan PT Pertamina serta perusahaan asal Amerika Serikat Air Product and Chemicals Inc pernah menandatangani nota kesepahaman untuk membangun fasilitas hilirisasi batu bara tersebut di Sumatera. Namun progresnya tidak jelas sampai seperti apa saat ini tuh Kang Mas.

Nah Kang Mas sudah check belum kalau industri 4.0 seperti transportasi online karyanya Mas Nadiem itu juga sudah menyebabkan kenaikan komsumsi BBM juga loh yaitu bertambahnya mobil dan motor di Indonesia.

Tapi baguslah yang penting rakyat bisa bekerja dan bisa menaikkan angka pertumbuhan ekonomi nasional sehingg tidak di bawah 5 persen.

Nah terkait 5 kilang minyak yang direncanakan dibangun tapi sudah lima tahun tidak kunjung kelihatan wujudnya, Kang Mas juga harus check apakah pemenang tender yang berpartner dengan Pertamina punya duit atau hanya sekadar broker.

Kang Mas, memang banyak sih sumur dan ladang minyak kita yang masih bisa dioptimalkan. Namun Kang Mas tahu tidak,  sumur-sumur itu udah tidak ekonomis lagi kalau dieksploitasi. Maklum, tinggallan penjajah Belanda. Dan kayaknya Pertamina dan pemerintah perlu mencari sumber minyak baru dah.

Dan ini tidak pernah tuh dilakukan karena biaya risetnya mahal banget loh katanya.

Untuk info aja ya Kang Mas, dan semakin melebar hingga 2018 seiring meningkatnya konsumsi domestik serta penurunan produksi.

Pada 2018, defisit neraca minyak nasional meningkat 13,79 persen menjadi 977 ribu barel per hari dibandingkan tahun sebelumnya. Melebarnya defisit minyak tersebut dipicu oleh kenaikan konsumsi minyak sebesar 5,24 persen menjadi 1,79 juta barel per hari diikuti turunnya produksi sebesar 3,52 persen menjadi 808 ribu barel per hari.

Ini yang membuat neraca perdagangan migas defisit pada tahun lalu akibat besarnya impor hasil minyak.

Jadi Kang Mas, itu semua gampang kok untuk nangani semua itu. Dan tidak perlu jengkel-jengkelan Kang Mas. Saya siap kok membantu Kang Mas demi bangsa dan negara kita.

Maju terus, sikat mafia impor migas. Tapi kalau berani ya.

Arief Poyuono
Waketum DPP Partai Gerindra

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya