Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Pembantaian Paling Berdarah 38 Tahun Lalu Di Salvador, Anak-anak El Mozote Dibaringkan Dan Ditembaki

RABU, 11 DESEMBER 2019 | 16:45 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Tragedi pembantaian 800 penduduk El Mozote yang dilakukan tentara Salvador, pada 11 Desember 1981, masih menyisakan kenangan pahit dalam sejarah.

Pembantaian 38 tahun lalu terjadi di wilayah El Mozote, 200 km dari ibu kota San Salvador.

Ini adalah pembantaian paling berdarah selama konflik yang terjadi di El Salvador. Tentara Salvador melakukan pembantaian dalam jumlah besar selama beberapa hari di pertengahan Desember 1981.

Pembantaian ini dilakukan di kota-kota El Mozote seperti La Joya, Cerro Pando, Rancherla, Los Toriles, dan Jocote Amarillo di bagian utara Morazan.

Laporan Tutela Legal ini juga merekonstruksi peristiwa-peristiwa yang terjadi pembantaian dan membuat daftar 794 korban.  Korban kebanyakan adalah anak-anak kecil yang terbunuh.

Americas Watch oleh El Rescate yang berbasis di Los Angeles mencatat, Kepala Brigadir ketiga saat itu adalah Letnal Coloner Jaime Ernesto Flores Grijalva.

Sementara, Kepala Detasemen Militer keempat saat itu adalah Elmer Gonzalez Araujo.
Angkatan Udara Salvador diduga terlibat dalam mengangkut pasukan dan meluncurkan roket-roket di desa. Saat pembantaian, saksi melaporkan bahwa sebuah helikopter membawa tiga komandan dan tiba di plaza pusat El Mozote untuk melakukan survei operasi.

Kesaksian-kesaksian diambil dari sejumlah warga yang selamat di desa-desa yang berbeda. Mereka melihat atau mendengar pembunuhan yang dilakukan oleh pasukan pemerintah tersebut. Banyak warga yang kemudian pergi dari Morazan, ke kamp-kamp pengungsian di Honduras dan baru kembali lagi ke El Salvador di tahun 1990an.

Kronologis Pembantaian, pada 8 Desember 1981, sejumlah pasukan diangkut menggunakan helikopter ke kota Perquin. Pasukan Nasional yang ditempatkan di Perquin secara paksa merekrut 10 warga sipil untuk membawa peralatan para perwira.

Sore hari, pasukan itu mulai menyebar ke selatan dari Perquin menuju El Mozote dan Arambala. Pada 9 Desember, unit-unit militer melibatkan pasukan gerilya dalam pertempuran yang terjadi di dekat Arambara, sekitar satu mil dari El Mozote.

Melansir laporan Tutela Legal, pasukan gerilya kemudian meninggalkan lokasi tersebut setelah pertempuran usai. Dalam peristiwa ini, sejumlah warga sipil ditahan oleh pasukan Angkatan Darat. Akan tetapi, kemudian mereka dibebaskan setelah berhasil meyakinkan pasukan Angkatan Darat bahwa mereka bukan bagian ataupun pendukung dari pasukan gerilya.

Pada malam hari di tanggal 10 Desember, pasukan-pasukan etlah sampai di El Mozote, di mana mereka akan menginap.

Pada pagi hari 11 Desember, para tentara membawa seluruh penduduk desa keluar dari rumahnya dan mengumpulkannya. Para penduduk dibagi menjadi dua barisan, pertama untuk para laki-laki, dan satu lagi untuk perempuan dan anak-anak. Para laki-laki dibawa ke gereja. Sementara, anak-anak dan perempuan dibawa ke rumah seorang penduduk bernama Alfredo Marquez.

Para perempuan diinterogasi tentang apakah mereka bekerja sama dengan pasukan gerilya dan tentang lokasi penyimpanan senjata. Mereka diancam akan dibunuh jika tidak menyatakan kebenarannya.

Pada pukul 8 pagi, tentara pun mulai membunuh orang-orang di gereja dengan cara-cara yang kejam. Sementara, orang-orang dan perempuan kemudian ditutup matanya dan dibawa ke suatu tempat. Mereka dipaksa untuk berbaring di tanah. Kemudian, satu per satu pun dibunuh. Ini benar-benar hal yang sangat sadis.

Pembantaian juga dilakukan kepada anak-anak. Mereka dibawa ke rumah Alfredo Marquez dan ditembak hingga meninggal.

Di penghujung hari, seluruh rumah di El Mozote kemudian dibakar. Ketika pembantaian dilakukan di El Mozote, pasukan juga memasuki desa La Joya dan melakukan hal yang serupa. Di desa ini, setidaknya ada 148 korban.

Dua hari setelahnya, di tanggal 12 dan 13 Desember, ditemukan pula lokasi pembantaian penduduk sipil lainnya, yaitu di komunitas communities of RancherÃŒa, Los Toriles, Jocote Amarillo and Cerro Pando. Tutela Legal kemudian mencatat daftar korban sebanyak 794 dalam pembantaian ini. Akan tetapi, jumlah sebenarnya dinyatakan jauh lebih tinggi.

Sebuah sejarah yang mengerikan.

Populer

Rocky Gerung Ucapkan Terima Kasih kepada Jokowi

Minggu, 19 Mei 2024 | 03:46

Pengamat: Jangan Semua Putusan MK Dikaitkan Unsur Politis

Senin, 20 Mei 2024 | 22:19

Dulu Berjaya Kini Terancam Bangkrut, Saham Taxi Hanya Rp2 Perak

Sabtu, 18 Mei 2024 | 08:05

Massa Geruduk Kantor Sri Mulyani Tuntut Pencopotan Askolani

Kamis, 16 Mei 2024 | 02:54

Topeng Mega-Hasto, Rakus dan Berbohong

Kamis, 23 Mei 2024 | 18:03

Aroma PPP Lolos Senayan Lewat Sengketa Hasil Pileg di MK Makin Kuat

Kamis, 16 Mei 2024 | 14:29

KPK Juga Usut Dugaan Korupsi di Telkom Terkait Pengadaan Perangkat Keras Samsung Galaxy

Rabu, 15 Mei 2024 | 13:09

UPDATE

World Water Forum ke-10 Resmi Ditutup, Menteri PUPR Tekankan Tiga Hal Ini

Sabtu, 25 Mei 2024 | 10:04

Hujan Semalaman, 31 RT di Jakarta Kebanjiran

Sabtu, 25 Mei 2024 | 09:45

Kinerja Positif, Saham BRIS Makin Diminati Investor Asing

Sabtu, 25 Mei 2024 | 09:45

Fraksi PKS Apresiasi Spanyol Mengakui Kemerdekaan Palestina

Sabtu, 25 Mei 2024 | 09:28

Penjualan Turun, TOOL Hanya Raih Rp26 Miliar di Kuartal I-2024

Sabtu, 25 Mei 2024 | 09:20

Prediksi Elon Musk, AI akan Mengambil Seluruh Pekerjaan Manusia

Sabtu, 25 Mei 2024 | 09:09

Observasi Titik Rawan Galodo

Sabtu, 25 Mei 2024 | 08:59

Dirjen PHU: Indonesia Harus Cermati Peluang Ekonomi di Balik Penyelenggaraan Haji dan Umrah

Sabtu, 25 Mei 2024 | 08:33

Perekrutan Pegawai Direktorat Risiko Pertamina Baiknya Jangan di Masa Transisi

Sabtu, 25 Mei 2024 | 08:32

Industri Pengolahan Susu Makin Berkibar, Investasi Mencapai Rp23,4 Triliun

Sabtu, 25 Mei 2024 | 08:23

Selengkapnya