Berita

Rapat koordinasi KPK bersama petinggi Papua dna pihak terkait/RMOL

Hukum

1,5 Juta Penerima Bansos Invalid, KPK Evaluasi Bersama Petinggi Papua

SELASA, 12 NOVEMBER 2019 | 15:48 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) temukan 89 persen data penduduk di Provinsi Papua sebagai penerima bantuan sosial (Bansos) tidak valid.

Jurubicara KPK, Febri Diansyah mengatakan, dari 1,69 juta data penduduk yang menerima bansos, sebanyak 1,5 juta diantaranya tidak sesuai dengan data Nomor Induk Kependudukan (NIK) di Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri.

"KPK menemukan 1,5 juta data penduduk Papua penerima bantuan sosial dari total sekitar 1,69 juta, tidak padan dengan data NIK," kata Febri Diansyah dalam keterangan tertulis, Selasa (12/11).

Sehingga, dari banyaknya data yang tidak valid tersebut menjadi salah satu bahasan dalam kegiatan monitoring evaluasi yang dilakukan KPK selama sepekan ini sejak Selasa (12/11).

Rapat tersebut dihadiri oleh kepala daerah, Ketua Majelis Rakyat Papua (MRP), Ketua DPRD di lingkungan Pemprov Papua, perwakilan Kementerian Sosial, Kejaksaan, Polda, Kanwil BPN, BPK, BPKP dan BPS perwakilan Papua.

Dalam rapat tersebut kata Febri, membahas langkah-langkah melembagakan pembenahan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) secara sistematik.

Pada kesempatan itu juga dilakukan penandatanganan komitmen dan rencana aksi pembenahan DTKS oleh seluruh kepala daerah di Provinsi Papua. KPK mendorong seluruh kepala daerah di lingkungan Provinsi Papua untuk melakukan pembenahan basis DTKS tersebut dan data penerima bantuan sosial se-Provinsi Papua.

Tak hanya itu, KPK juga merekomendasikan agar Pemprov, Pemkab dan Pemkot se-Papua secara serius membangun sistem informasi dan database orang asli Papua (OAP) agar data terpadu peningkatan kesejahteraan OAP dari tahun ke tahun dapat diukur.

"Dari 30 pemerintah daerah di Provinsi Papua, baru 3 Kabupaten/Kota yang telah melakukan finalisasi data terpadu, yakni Kabupaten Merauke, Jayawijaya dan Keerom," ungkap Febri.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya