Berita

Foto:Net

Politik

Jelas Tidak Lucu, Gerindra Dapat Tiga Menteri Dan Nasdem Jadi Oposisi

SENIN, 07 OKTOBER 2019 | 13:45 WIB | LAPORAN: RUSLAN TAMBAK

Setelah "mengalah" dalam pertarungan ketua MPR, Partai Gerindra dikabarkan dapat jatah menteri di kabinet kedua Presiden Jokowi.

Jumlah menteri yang akan diterima partai pimpinan Prabowo Subianto itu tidak tanggung-tanggu, yaitu hingga tiga kursi.

Di sisi lain, Partai Nasdem didorong menjadi oposisi setelah hubungan ketua umumnya Surya Paloh sedang tidak baik dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Mega adalah "pemegang saham terbesar" di pemerintahan Presiden Jokowi.


Analis politik dari Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, sebenarnya dalam politik ada rasionalitas dan tergantung kesepakatan. Namun, Gerindra gabung ke pemerintah dan Nasdem jadi oposisi akan merusak tradisi politik.

"Sistem presidential seperti Amerika Serikat bagus, yang kalah mengambil posisi oposisi dan yang menang langsung menjadi partai penguasa alias the rulling party," sebut Pangi saat dihubungi redaksi, Senin (7/10).

"Kalau begini jelas nanti sangat mudah untuk bertukar posisi dan secara etika jelas masalah, pemilih Gerindra juga bisa enggak respek," lanjut Pangi.

Dia juga belum bisa membayangkan, bagaimana mungkin Gerindra yang tidak berdarah-darah dalam memenangkan Jokowi, tiba-tiba dapat kursi menteri lumayan banyak. Sementara partai pengusung utama, misalnya hanya dapat dua kursi menteri.

"Ini jelas tidak lucu," imbuh Pangi.

Dia yakin meski hubungan Mega-Paloh tidak baik, Nasdem akan tetap di pemerintahan, tidak mungkin jadi oposisi.

"Nasdem jelas akan tetap dalam kekuasaan, bagaimana ceritanya oposisi, menikmati kue kekuasaan saja belum," ucap Pangi.

"Aneh bin ajaib dan rusak tradisi politik kita apabila Gerindra yang tidak ikut berkontribusi memenangkan Jokowi bergabung ke pemerintah dapat kursi menteri, sementara Nasdem yang sudah berkeringat memenangkan Jokowi, justru mengambil peran oposisi dan tak dapat kursi menteri, sudah kebolak balik dan jelas enggak rasional," tuturnya menambahkan.

Jadi, masih pendapat Pangi, tradisi dan etika politik tetap dijunjung bersama. Merasa tahu diri dan berkaca jauh lebih penting selain menghargai perasaan partai pengusung yang sudah berkeringat dan berdarah-darah memenangkan Jokowi.

"Jangan sampai karena kekuasaan semuanya dihalalkan, tahu diri dan menjaga nuansa kebatinan teman-teman dengan partai lain jauh lebih penting," tutupnya.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

Cetak Rekor 4 Hari Beruntun! Emas Antam Nyaris Tembus Rp2,6 Juta per Gram

Rabu, 24 Desember 2025 | 10:13

Saham AYAM dan BULL Masuk Radar UMA

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:55

Legislator PKB Apresiasi Langkah Tegas KBRI London Laporkan Bonnie Blue

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:44

Prabowo Bahas Kampung Haji dengan Sejumlah Menteri di Hambalang

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:32

Pejabat Jangan Alergi Dikritik

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:31

Saleh Daulay Dukung Prabowo Bentuk Tim Arsitektur Perkotaan

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:26

Ribuan Petugas DLH Diterjunkan Jaga Kebersihan saat Natal

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:21

Bursa Asia Bergerak Variatif Jelang Libur Natal

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:13

Satu Hati untuk Sumatera: Gerak Cepat BNI & BUMN Peduli Pulihkan Asa Warga

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:04

Harga Minyak Naik Jelang Natal

Rabu, 24 Desember 2025 | 08:54

Selengkapnya