Berita

Ilustrasi Ekonomi/Net

Bisnis

Ekonom: Ekonomi Turun Drastis Jika Perusahaan Indonesia Gagal Bayar Utang

RABU, 02 OKTOBER 2019 | 15:21 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Laporan Moody’s Investors Service tentang adanya risiko gagal bayar dari perseroan di Indonesia yang berutang di perbankan ternyata tidak terlalu ditanggapi serius oleh Menteri Keuangan RI Sri Mulyani.

Bukan tanpa alasan, Sri malah membuat imbauan kepada seluruh perusahaan besar di Indonesia agar tidak mengambil langkah ceroboh dalam menyikapi peringatan dari Moody’s Investors Service.

Menurut Direktur Riset Center of Perform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah Redjalam, peringatan dari Moody’s Investors Service tersebut cukup beralasan lantaran banyak perusahaan di Indonesia memiliki utang sangat besar di perbankan dunia.

"Jika nantinya perusahaan-perusahaan tersebut gagal membayar utang mereka, maka salah satu dampak terbesar bagi rakyat Indonesia yakni adanya penurunan ekonomi secara drastis hingga negatif atau di bawah normal," ujar Piter kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (2/10).

Piter menambahkan, jika salah langkah maka kondisi ekonomi Indonesia akan mirip pada tahun 1997 dan 1998.

“Kalau terjadi perusahaan-perusahaan swasta gagal bayar, akan terjadi mirip tahun 1997 1998. Gagal bayar itu akan merambat ke perbankan, NPL naik drastis, perbankan mengalami krisis, investasi terhenti, pengangguran meningkat, pertumbuhan ekonomi turun drastis atau bahkan negatif,” paparnya.

Piter menuturkan, kisah kelam tahun 1998 juga menjadi mimpi buruk pemerintah saat ini dalam mengontrol keuangan negara. Piter menyebut Indonesia mengalami krisis multi dimensi.

“Krisis nilai tukar yang merambat menjadi krisis moneter dan perbankan. Selain itu terjadi juga krisis politik,” imbuhnya.

Untuk mencegah hal itu terjadi, lanjut Piter, pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani harus segera mengambil kebijakan yang tepat guna menastabilkan ekonomi.

“Pemerintah sebaiknya mengambil kebijakan-kebijakan yang tepat dalam menghadapi lambatnya ekonomi dan mencegah terjadinya pelemahan rupiah yang ekstrim,” pungkasnya.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya