Berita

Ilustrasi kenaikan pajak penjualan di Jepang/Net

Dunia

Berisiko, Jepang Tetap Naikkan Pajak Penjualan Hingga 10 Persen

RABU, 02 OKTOBER 2019 | 02:51 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Meski berisiko, Jepang tetap menaikkan pajak penjualannya menjadi 10 persen pada Selasa (1/10). Kenaikan ini terjadi di tengah kekhawatiran gagalnya pertumbuhan kekuatan ekonomi di negara tersebut.

Dilansir Associated Press, kenaikan pajak penjualan ini dilakukan untuk ketiga kalinya selama 22 tahun terakhir. Sebelumnya pada 1997, Jepang menaikan pajak penjualannya hingga 5 persen dan 2014 menjadi 8 persen.

Akibat kenaikan ini, Jepang dilanda resesi. Belajar dari pengalaman, para pejabat Jepang pun telah membuat beragam langkah untuk meredam dampak kenaikan pajak sebesar 2 persen dari angka sebelumnya ini.

Kenaikan pajak penjualan dilakukan setelah adanya rilis data yang menunjukkan buruknya sentimen bisnis di antara produsen besar pada September selama 6 tahun terakhir. Kenaikan ini sempat ditunda selama dua hari oleh Perdana Menteri Shinzo Abe. Namun hal itu tidak dapat dihindari karena meningkatnya biaya perawatan lansia dan utang nasional seiring pertambahan populasi.

Meski pemerintah optimis, namun survei Bank of Japan justru menunjukkan sebaliknya. Prospek penjualan diperkirakan akan memburuk hingga laporan triwulan pada bulan Desember.

Kebijakan ini pun dikritisi kekonom di Dai-ichi Life Research Institute, Toshihiro Nagahama lantaran kondisi ekonomi global yang sangat dipengaruhi oleh perang dagang AS dan China.

"Mempertimbangkan kondisi ekonomi saat ini, waktunya tidak tepat," kritiknya.

Kenaikan pajak penjualan diketahui akan menambah beban rumah tangga lebih dari 2 triliun yen atau sekitar Rp 263 triliun (kurs Rp 2.367 per yen). Kenaikan tersebut mencakup sebagian besar barang dan jasa dari pakaian, elektronik, hingga transportasi dan biaya pengobatan.

Di sisi lain, pemerintah setempat meringankan pajak untuk pembelian rumah dan mobil. Pajak bahan makanan pin dijaga agar tidak berubah untuk rumah tangga berpenghasilan rendah dan menyediakan pendidikan pra-sekolah gratis.

"Kami akan melakukan upaya cepat dan maksimal untuk menangkal risiko penurunan ekonomi," ujar Kepala Sekretaris Kabinet, Yoshihide Suga.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya