Berita

Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha/Net

Dunia

PM Thailand Dukung Polisi Kumpulkan Informasi Mahasiswa Muslim Pasca Teror Bom

RABU, 18 SEPTEMBER 2019 | 06:43 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha membela polisi karena meminta informasi tentang mahasiswa Muslim dari universitas di seluruh negeri.

Tindakan itu dinilai sejumlah pihak sebagai diskriminatif dan ilegal. Salah satu pihak yang kontra adalah mantan komisaris hak asasi Angkhana Neelapaijit.

Dia membagikan sebuah surat resmi dari kepolisian secara online. Dalam surat itu, tertulis bahwa pihak kepolisian Thailand meminta sebuah universitas untuk memberikan informasi tentang jumlah, tempat asal, afiliasi sekte, dan perincian lainnya tentang kelompok-kelompok mahasiswa yang diorganisir oleh Muslim. Namun nama universitas itu tidak diperlihatkan.

"Ini adalah campur tangan terhadap hak-hak pribadi dan diskriminasi berdasarkan agama," kata Angkhana, seraya menambahkan bahwa kebebasan beragama dan hak privasi dijamin oleh konstitusi Thailand.

Menanggapi hal tersebut, Prayuth menjelaskan bahwa permintaan polisi soal informasi mahasiswa muslim, yang telah dilakukan pasca serangkaian ledakan bom yang terjadi di ibukota Thailand, Bangkok pada bulan Agustus lalu, perlu dilakukan untuk membangun basis data keamanan nasional.

"Polisi sudah menunjukkan ini untuk pembuatan database intelijen," kata Prayuth.

"Tidak ada hak yang dilanggar. Kami tidak dapat mengelola apa pun jika kami tidak memiliki data," tambahnya, seperti dimuat Al Jazeera (Selasa, 17/9).

Sementara itu, sekelompok mahasiswa muslim Thailand mengatakan permintaan polisi itu diskriminatif.

"Kami ingin polisi mempertimbangkan kembali hal ini, universitas harus menjadi ruang di mana siswa dapat mengekspresikan pandangan mereka secara bebas dan hak-hak mereka dilindungi," kata presiden Federasi Pelajar Muslim Thailand, Ashraf Awae.

Kelompok muslimndi Thailand sendiri merupakan minoritas. Sekitar 90 persen orang Thailand beragama Buddha.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Viral Video Mesum Warga Binaan, Kadiv Pemasyarakatan Jateng: Itu Video Lama

Jumat, 19 April 2024 | 21:35

UPDATE

Satgas Judi Online Jangan Hanya Fokus Penegakkan Hukum

Minggu, 28 April 2024 | 08:06

Pekerja Asal Jakarta di Luar Negeri Was-was Kebijakan Penonaktifan NIK

Minggu, 28 April 2024 | 08:01

PSI Yakini Ekonomi Indonesia Stabil di Tengah Keriuhan Pilkada

Minggu, 28 April 2024 | 07:41

Ganjil Genap di Jakarta Tak Berlaku saat Hari Buruh

Minggu, 28 April 2024 | 07:21

Cuaca Jakarta Hari Ini Berawan dan Cerah Cerawan

Minggu, 28 April 2024 | 07:11

UU DKJ Beri Wewenang Bamus Betawi Sertifikasi Kebudayaan

Minggu, 28 April 2024 | 07:05

Latihan Evakuasi Medis Udara

Minggu, 28 April 2024 | 06:56

Akibat Amandemen UUD 1945, Kedaulatan Hanya Milik Parpol

Minggu, 28 April 2024 | 06:26

Pangkoarmada I Kunjungi Prajurit Penjaga Pulau Terluar

Minggu, 28 April 2024 | 05:55

Potret Bangsa Pasca-Amandemen UUD 1945

Minggu, 28 April 2024 | 05:35

Selengkapnya