Berita

Akhmad Gojali Harahap bersama KH. Maruf Amin/Net

Politik

DPR Jangan Main-main, Revisi UU KPK Harus Tetap Dalam Kerangka Memperkuat

SELASA, 10 SEPTEMBER 2019 | 10:58 WIB | LAPORAN: RUSLAN TAMBAK

Revisi UU 30/2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU KPK) harus dalam kerangka memperkuat lembaga antirasuah. DPR diingatkan tidak main-main dengan persoalan ini.

Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Nasionalisme Center, Akhmad Gojali Harahap dalam keterangan tertulis kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (10/9).

Gojali meminta semua stakeholder harus konsentrasi mengawal proses revisi, termasuk masyarakat civil society jangan pernah tidur. Harus melihat, mengawal dan mengawasi proses revisi UU KPK di DPR.

"Kalau terjadi penyimpangan, masyarakat harus berani melawan sekaligus menolaknya dengan tegas," terangnya.

Jelas Gojali, saat ini KPK menjadi satu-satunya lembaga penegak hukum yang masih bisa dipercaya untuk memberantas korupsi dengan segala plus minusnya. Oleh karena itu, KPK harus diperkuat.

"Terkait dengan calon pimpinan KPK, kita berharap DPR tidak salah pilih. Maka, mari kita segera kritisi atau memberikan masukan tentang calon-calon yang sudah diumumkan," ucapnya.

Gojali menambahkan, masih banyak tugas KPK yang terbengkalai dalam menyelesaikan kasus-kasus besar, seperti Bank Century, BLBI, KTP elektronik, dan Hambalang. Dan saat ini KPK masih terus melakukan OTT lintas batas. Tidak mengenal pangkat, jabatan, umur, jenis kelamin.

Salah satu faktor penyebabnya adalah semakin rendahnya nilai-nilai nasionalisme di kalangan para pejabat dan pimpinan partai politik.

Secara etimologoli bahwa nasionalisme adalah paham kebangsaan dari masyarajat suatu negara yang cinta negara dan bangsanya, satu cita-cita dan satu tujuan. Yaitu untuk mensejahterakan bangsanya. Ciri dari nasionalisme adalah kepatuhan terhadan UU dan hukum negara.

"Para koruptor tidak pernah memikirkan bagaimana bangsanya tapi hanya dirinya sendiri. Para koruptor tidak pernah memikirkan bahwa dia melanggar UU atau melanggar hukum negara. Disinilah terlihat jelas nilai-nilai nasionalisme sudah luntur," ujar Gojali.

"Tentu, di sisi lain ada faktor nafsu serakah dan sistim yang belum bisa membuat mereka jera. Ini harus jadi pemikiran serius buat semua pemangku kepentingan di negara ini," tutupnya menambahkan.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Eko Darmanto Bakal Didakwa Terima Gratifikasi dan TPPU Rp37,7 M

Senin, 06 Mei 2024 | 16:06

Fahri Hamzah: Akademisi Mau Terjun Politik Harus Ganti Baju Dulu

Senin, 06 Mei 2024 | 15:56

Pileg di Intan Jaya Molor Karena Ulah OPM

Senin, 06 Mei 2024 | 15:56

Gaduh Investasi Bodong, Pengamat: Jangan Cuma Nasabah, Bank Juga Perlu Perlindungan

Senin, 06 Mei 2024 | 15:46

Tertinggi dalam Lima Tahun, Ekonomi RI di Kuartal I 2024 Tumbuh 5,11 Persen

Senin, 06 Mei 2024 | 15:46

Parnas Tak Punya Keberanian Usung Kader Internal jadi Cagub/Cawagub Aceh

Senin, 06 Mei 2024 | 15:45

PDIP Buka Pendaftaran Cagub-Cawagub Jakarta 8 Mei 2024

Senin, 06 Mei 2024 | 15:35

Dirut Pertamina: Kita Harus Gerak Bersama

Senin, 06 Mei 2024 | 15:35

Banyak Pelanggan Masih Pakai Ponsel Jadul, Telstra Tunda Penutupan Jaringan 3G di Australia

Senin, 06 Mei 2024 | 15:31

Maju sebagai Cagub Jateng, Sudaryono Dapat Perintah Khusus Prabowo

Senin, 06 Mei 2024 | 15:24

Selengkapnya