TAHUN 2006 terjadi perang besar antara Israel dengan Hizbullah di perbatasan antara Israel dan Lebanon. Perang yang berlangsung selama 33 hari ini, dimenangkan oleh Hizbullah.
Untuk menandai kemenangannya ini, Hizbullah mengubah benteng pertahanannya yang berlokasi di bukit Mleeta di kawasan Lebanon Selatan, yang dilengkapi dengan lorong-lorong bawah tanah, menjadi museum.
Museum ini diberi nama sesuai dengan nama desa kawasan tersebut Mleeta, yang sampai kini ramai dikunjungi baik oleh wisatawan lokal maupun wisatawan luar negeri.
Museum Mleeta disamping menawarkan suasana rekreasi yang menarik untuk dikunjungi, mengingat lokasinya yang tinggi sehingga seluruh wilayah Israel bagian Utara terlihat jelas. Bukit ini juga diselumuti oleh hutan yang hijau, dengan udara yang bersih dan cuaca dingin di musium panas.
Museum ini bertambah menarik, karena dilengkapi dengan koleksi puing-puing berbagai peralatan tempur Israel yang berhasil direbut maupun dilumpuhkan. Puing-puing ini ditata sedemikian rupa di lapangan terbuka, yang dibingkai oleh jaring menyerupai bentuk sarang laba-laba (an kabut dalam Bahasa Arab) yang tampak sangat rapih.
Di sini dapat dilihat bangkai tank Merkava buatan Israel yang sangat dibanggakan negara Zionis tersebut, berbagai ukuran peluru rudal yang ditembakkan dari seberang perbatasan, juga drum-drum bertuliskan bahasa Ibrani yang dijatuhkan dari pesawat yang digunakan untuk menuangkan bahan bakar, kemudian disulut untuk membakar wilayah itu.
Selain itu berbagai peralatan tempur yang digunakan pasukan Hizbullah juga bisa dilihat, mulai radio komunikasi, senjata jinjing, sampai senjata berat seperti rudal dengan berbagai ukuran.
Museum juga dilengkapi dengan auditorium yang digunakan untuk memutar film dokumenter, yang menceritakan bagaimana strategi perang dan kegigihan tentara Hizbullah saat bertempur sehingga menggapai kemenangan.
Secara tidak langsung museum ini digunakan sebagai sarana propaganda bagi pengunjung asing, dan sebagai sarana untuk membangun militansi dan rasa percaya diri bagi pengikut dan simpatisan milisi yang berbendera kuning dengan gambar senjata di bagian tengahnya.
Kini ketegangan diantara keduanya muncul kembali, setelah 2 drone Israel memasuki wilayah Lebanon menjalankan operasinya. Satu drone bersenjata berhasil menyerang kantor berita yang dioperisikan oleh Hizbullah di pinggiran kota Bairut, disamping memporak-porandakan kantor, juga menewaskan dua orang stafnya.
Sedang drone kedua gagal menjalankan misinya, meledak di udara dan jatuh di lapangan terbuka di kawasan Lebanon Selatan.
Tidak dijelaskan, apakah jatuhnya drone yang kedua akibat ditembak, kerusakan teknis, atau akibat lainnya. Puing-puing dua drone ini telah diserahkan oleh Hizbullah ke Tentara Lebanon.
Hassan Nasrallah yang menjadi orang nomor satu di Hizbullah yang mendapat sokongan penuh dari Iran ini, di hadapan pendukungnya saat memperingati 1 Syura (tahun baru Hijriah) telah bersumpah akan melakukan pembalasan. Nasrallah beralasan, jika dibiarkan maka Israel akan menganggap wilayah udara Lebanon bebas untuk dimasukinya, dan akan mengulangi tindakannya yang dinilai membahayakan rakyat Lebanon.
Di seberang perbatasan nampak pasukan Israel yang dilengkapi dengan peralatan tempur berat dalam keadaan siaga. Bahkan Perdana Mentri Benyamin Netanyahu yang didampingi oleh seorang komandan lapangan, melakukan wawancara dengan TV setempat dengan latar belakang peralatan tempur di perbatasan.
Akankah pertempuran antara Israel dan Hizbullah terjadi kembali? Kalau terjadi lagi, kali ini siapa yang akan keluar sebagai pemenangnya? Menarik untuk diikuti perkembangannya.
Penulis adalah pengamat politik Islam dan demokrasi.