Berita

Presiden Jokowi/Net

Pertahanan

Dirikan Crisis Center, Presiden Jokowi Harus Bicara Hati Ke Hati Dengan Masyarakat Papua

SABTU, 31 AGUSTUS 2019 | 08:18 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Gejolak yang terjadi di Papua dan Papua Barat tidak boleh dianggap kecil. Pemerintah pusat harus memberikan perhatian secara proporsional untuk menangani kompleksitas masalah di tanah Papua.

Guna mengurai kusutnya masalah di Papua dan diduga ada campur tangan asing, pemerintah disarankan untuk segera membuat crisis center di Bumi Cenderawasih tersebut.

"Saya sarankan, presiden, kementerian, unsur terkait, Kapolri, Panglima TNI ngantor di Papua atau Papua Barat. Buat crisis center di sana," kata pengamat intelijen dan terorisme Harits Abu Ulya kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (30/8).

"Ambil keputusan-keputusan politik yang penting sesuai amanah UU demi menjaga merawat kedaulatan NKRI. Keputusan yang komprehensif, terukur dan tuntas. Jangan gagap hanya karena pihak asing ikut bermain," tambah Direktur CIIA ini.

Menurutnya, selayaknya Presiden Joko Widodo membangun crisis center di Papua, untuk memprioritaskan dan memberi perhatian lebih atas gejolak di Papua. Terlebih, di Papua, Jokowi menang 90 persen pada kontestasi Pilpres 2019.

"Apalagi konon dukungan politik masyarakat Papua saat pilpres kisaran 90 persen untuk Bapak Jokowi. Ini menjadi modal sosial politik yang besar bagi Presiden Jokowi untuk duduk bicara dari hati ke hati, dengan nalar sehat dengan seluruh organ kunci di Papua," ucap Harits.

Dia mengatakan operasi keamanan di Papua juga harus berjalan, pemerintah tidak boleh menarik mundur pasukan seperti permintaan masyarakat Papua. Hal ini guna menjaga situasi kondusif dan rasa aman bagi warga sipil.

"Operasi keamanan harus jalan karena ini penting, untuk menciptakan rasa aman bagi semua masyarakat yang tinggal di bumi Papua. Diberitakan atau tidak, rasa cemas, khawatir, rasa takut itu real telah menjadi kabut yang melingkupi sebagian besar masarakat pendatang (non asli papua)," katanya.

"Di samping itu diplomasi persuasif juga wajib jalan agar gejala yang mengarah kepada konflik horizontal dan vertikal yang lebih serius bisa direduksi," tutup Harits menambahkan.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji!

Senin, 06 Mei 2024 | 05:37

Samani-Belinda Optimis Menang di Pilkada Kudus

Senin, 06 Mei 2024 | 05:21

PKB Kota Probolinggo cuma Buka Pendaftaran Wawalkot

Senin, 06 Mei 2024 | 05:17

Golkar-PDIP Buka Peluang Koalisi di Pilgub Jabar

Senin, 06 Mei 2024 | 04:34

Heboh Polisi Razia Kosmetik Siswi SMP, Ini Klarifikasinya

Senin, 06 Mei 2024 | 04:30

Sebagian Wilayah Jakarta Diperkirakan Hujan Ringan

Senin, 06 Mei 2024 | 03:33

Melly Goeslaw Tetarik Maju Pilwalkot Bandung

Senin, 06 Mei 2024 | 03:30

Mayat Perempuan Tersangkut di Bebatuan Sungai Air Manna

Senin, 06 Mei 2024 | 03:04

2 Remaja Resmi Tersangka Tawuran Maut di Bandar Lampung

Senin, 06 Mei 2024 | 02:55

Aspirasi Tak Diakomodir, Relawan Prabowo Jangan Ngambek

Senin, 06 Mei 2024 | 02:14

Selengkapnya