Petani Butuh Sentuhan Milenial Dalam Memasuki Era Digital 4.0

Sektor pertanian dan desa merupakan sektor yang masih sangat kurang mendapatkan perhatian kaum milenial, sehingga para petani masih lambat dalam beradaptasi di era digital 4.0.

“Harga sebuah pepaya di level petani Rp 2.000 sekilo, ketika kita chek ke pasar onlinne, harga bisa sampai dua puluh lima ribu rupiah,” kata Petani Milenial dari Aceh, Muslahuddin Daud yang mendapat kesempatan berbicara dan sharing di Teman Juara Show, bertajuk: “Juara di Era Industri 4.0” di Jakarta, Sabtu petang (24/8).

Daud menceritakan, selama 13 tahun lebih di Bank Dunia dan pengalaman lapangannya selama 4 tahun sebagai petani. Menurutnya, petani adalah kelompok rentan di era digital saat ini.

Pasalnya, kaum melinelial kurang memperhatikan petani, padahal petani salah satu elemen penting bangsa, sebagai produsen panganan bangsa.

“Dari sini saya mengimbau, mari kita semua memberikan perhatian untuk sektor ini, karena petani adalah salah satu elemen penting kemajuan bangsa,” ujar putra kelahiran Meureudue yang baru mendapatkan kepercayaan sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Aceh ini.

Menurut Daud, dunia finansial teknologi (fintech) seharusnya mampu menjadi jembatan persoalan krusial akses pasar petani agar mendapat nilai jual yang kompetitif di pasar.

Selain itu, masih menurut Daud, proses budidaya para petani juga harus diketahui secara persis oleh calon pembeli agar terjalin komunikasi dan informasi yang lancar antara petani dan pembeli hasil tani.

"Di sinilah kembali dibutuhkan teknologi untuk menjadi jembatan komunikasi antara petani dan pembeli yang akhirnya terjadi mutual benefit antara produser dan konsumer," katanya.

Muslahuddin Daud sempat terpilih sebagai Petani Modern 2017 versi MNC TV.

Dalam acara Juara Show, Mulahuddin adalah pembicara tamu, di antara pembicara-pembicara lain seperti Prof Rokhmin Dahuri (Akademisi/Mantan Menteri Kelautan), Bunga Jelita (Putri Indonesia), Dochi Sadega (Musisi, Interpreneur). Tyovan Ari Widagdo (Ceo Bahaso) dan Reza Pahlevi (Kementerian Pariwisata).