Berita

Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lapeksdam) Nahdlatul Ulama (NU) Rumadi Ahmad/RMOL

Politik

Awas Jebakan Batman, Kalau Capim KPK Hanya Berlatarbelakang Unsur Jaksa Dan Kepolisian

JUMAT, 23 AGUSTUS 2019 | 08:47 WIB | LAPORAN:

Proses pemilihan Calon Pimpinan (Capim) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berpotensi memunculkan jebakan. Kalau Panitia Seleksi (Pansel) hanya mengutamakan profesi tertentu.

"Perasaan saya, mudah-mudahan saya salah, seolah-olah ada karpet merah untuk profesi tertentu. Misalnya kejaksaan," ungkap Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lapeksdam) Nahdlatul Ulama (NU) Rumadi Ahmad, dalam diskusi 'Pesan untuk Pansel Pimpinan KPK: Capim KPK Harapan Publik' di Griya Gus Dur, di Jakarta, Kamis (22/8).

"Seolah-olah pimpinan KPK itu harus ada yang berlatar belakang jaksa atau kepolisian. Seolah-olah ingin mengatakan bahwa Capim KPK harus ada unsur KPK atau kepolisian. Tapi hanya dua itu saja," lanjutnya.

Menurut Rumadi, tak ada, misalnya capim berlatar belakang dosen atau akademisi. Sehingga ia melihat capim saat ini seakan harus berlatar belakang profesi kejaksaan atau kepolisian.

Kalaupun tidak berlatar polisi atau jaksa, Capim KPK harus punya pengalaman di bidang hukum minimal 15 tahun. Otomatis, hal ini membuat peluang capim dari luar dua profesi tersebut semakin tipis.

"Pimpinan KPK itu, meskipun bukan polisi atau penyidik dia bisa jadi penyidik karena fungsinya tadi. Kalau dia bisa jadi jaksa, dia bisa jadi penuntut karena fungsi yang dia miliki. Oleh karena itu pertimbangan profesi misalnya harus jaksa atau polisi itu justru akan menjadi jebakan untuk KPK itu sendiri. Saya perlu memberikan warning ini," ujar dia.

Rumadi menegaskan, kalau Pansel KPK sudah berpikir bahwa para Capim harus belatar belakang profesi A, B, atau C, ini yang akan memunculkan jebakan bagi capim-capim KPK yang akan datang.

Alhasil, sosok capim yang dicari tak lagi mengutamakan integritas. Melainkan mencari capim dengan mempertimbangkan profesi tertentu.

"Dan itu menurut saya menjadi jebakan," tandasnya.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya