Berita

Aksi blokade warga Manokwari yang menghadang rombongan Pangdam Cendrawasih Selasa kemarin/Istimewa

Pertahanan

Setara: Penanganan Papua Harus Berbasis Keamanan Warga

RABU, 21 AGUSTUS 2019 | 11:58 WIB | LAPORAN: ANGGA ULUNG TRANGGANA

Kerusuhan di Papua yang dipicu oleh tindakan rasisme oknum aparat di Surabaya saat mengepung mahasiswa asal Papua tidak bisa dianggap kejadian biasa.

Seruan damai disuarakan oleh berbagai pihak bahkan elite pemerintah baik pusat dan daerah berupaya penuh menciptakan suasaa kondusif.

Memahami Papua harus dicari akal masalahnya. Ketidakadilan politik, ekonomi, sosial dan sejarah integrasi Papua yang masih dipersoalkan warganya berpotensi menimbulkan terjadinya kekerasan, pelangaran HAM dan ketidakadilan akan menimpa warganya.

Peneliti HAM dan Sektor Keamanan Setara Institute, Ikhsan Yosarie menyebut rencana Menkopulhukam, Wiranto yang akan menambah pasukan TNI/Polri adalah gambaran kekeliruan dalam memahami Papua, yang justru berpotensi membuat kondisi semakin tidak kondusif.

"Perspektif keamanan dan stabilitas negara yang dikedepankan pemerintah merupakan bentuk upaya pemantapan stabilitas melalui daya paksa dan tata keamanan yang membatasi kebebasan warga," tandas Ikhsan dalam keterangan tertulisnya, Rabu (21/8).

Lebih lanjut, Ikhsan menjelaskan, cara penanganan pemerintah yang memilih melindungi obyek vital negara dibanding melindungi hak asasi warga Papua sama sekali tidak menunjukkan upaya pengutamaan keamanan manusia (human security).

Menurutnya, cara pandang pejabat politik yang cenderung memandang warga Papua sebagai pemberontak sangatlah destruktif. Seharusnya pemerintah menggunakan pendekatan human security dalam upaya pemulihan keamanan di Papua.

"Dalam human security, subjek atas keamanan bukan semata-mata negara (state oriented), melainkan manusia (human oriented), yang ditujukan untuk memastikan pemenuhan HAM, rasa aman dan keamanan warga Papua," demikian ditulis dalam keterangan pers yang diterima redaksi.


Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Pendapatan Garuda Indonesia Melonjak 18 Persen di Kuartal I 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:41

Sidang Pendahuluan di PTUN, Tim Hukum PDIP: Pelantikan Prabowo-Gibran Bisa Ditunda

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:35

Tak Tahan Melihat Penderitaan Gaza, Kolombia Putus Hubungan Diplomatik dengan Israel

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:34

Pakar Indonesia dan Australia Bahas Dekarbonisasi

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:29

Soal Usulan Kewarganegaraan Ganda, DPR Dorong Revisi UU 12 Tahun 2006

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:25

Momen Hardiknas, Pertamina Siap Hadir di 15 Kampus untuk Hadapi Trilemma Energy

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:24

Prabowo-Gibran Diminta Lanjutkan Merdeka Belajar Gagasan Nadiem

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:16

Kebijakan Merdeka Belajar Harus Diterapkan dengan Baik di Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:06

Redmi 13 Disertifikasi SDPPI, Spesifikasi Mirip Poco M6 4G

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:59

Prajurit TNI dan Polisi Diserukan Taat Hukum

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:58

Selengkapnya