Berita

Komisioner Komnas HAM Khairul Anam/RMOL

Hukum

35 Orang Meninggal Akibat Lubang Tambang Kaltim, Komnas HAM Gandeng KPK

SENIN, 05 AGUSTUS 2019 | 18:22 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mendatangi gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menggandeng dan menuntaskan dugaan pelanggaran HAM sekaligus dugaan korupsi pada sektor pertambangan di wilayah Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim).

Diduga, lumbang tambang batu bara yang berlokasi di Makroman, Kecamatan Sambutan, Samarinda telah melanggar prosedur dan tata kelola tambang yang menelan korban jiwa sedikitnya 35 orang dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

Begitu kata Komisioner Komnas HAM Khairul Anam kepada wartawan sesudah bertemu pejabat KPK, di kawasan Kuningan, Jakarta, Senin (5/8).


"Kita koordinasi untuk kerja sama bagaimana menyelesaikan tambang lubang di Kalimantan. Kami bersepakat untuk mulai kerjasama antara KPK dan Komnas HAM untuk melihat tambang di Kalimantan dengan dua narasi. Narasi HAM dan narasi antikorupsi," kata Anam.

"Yang Komnas HAM temukan adalah tidak mungkin ada korban pelanggaran HAM kalau tidak ada lubang yang tata kelolanya salah. Kalau tidak ada pengelolaan yang salah, enggak mungkin ada yang salah kalau enggak ada korupsi. Jadi ini berangkaian," sambungnya.

Anam mengatakan, sebelum ke KPK, pihaknya sudah melakukan survei dengan mendatangi lokasi lubang tambang batu bara di Kaltim itu. Menurutnya, hal itu bertujuan untuk meninhau langsung kondisi tambang.

"Minggu lalu kami punya tim yang juga datang ke Kalimantan untuk melihat apakah temuannya juga demikian. Ada 35 orang anak meninggal lebih dari (kurun waktu) 5 tahun terus-menerus," ungkap Anam.

Lebih lanjut, Komnas HAM mencatat sejumlah fakta dugaan korupsi yang menyangkut perizinan dan dugaan kesalahan prosedur pada tambang batu bara di Samarinda. Bahkan, ada upaya semacam unsur kesengajaan dalam memuluskan izin lubang tambang tersebut.

"Kami menemukan satu proses pengawasan yang lemah, proses pengurusan administrasi yang juga lemah dan indikasinya memang kelemahan-kelemahan ini bukan praktek biasa, ini praktek yang sistematis. Memang disengaja lemah dalam prakteknya," pungkas Anam.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Tiga Jaksa di Banten Diberhentikan Usai jadi Tersangka Dugaan Pemerasan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:59

Bakamla Kukuhkan Pengawak HSC 32-05 Tingkatkan Keamanan Maritim

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:45

Ketum HAPPI: Tata Kelola Sempadan Harus Pantai Kuat dan Berkeadilan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:05

11 Pejabat Baru Pemprov DKI Dituntut Bekerja Cepat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:51

Koperasi dan Sistem Ekonomi Alternatif

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:24

KN Pulau Dana-323 Bawa 92,2 Ton Bantuan ke Sumatera

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:50

Mutu Pangan SPPG Wongkaditi Barat Jawab Keraguan Publik

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:25

Korban Bencana yang Ogah Tinggal di Huntara Bakal Dikasih Duit Segini

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:59

Relawan Pertamina Jemput Bola

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:42

Pramono dan Bang Doel Doakan Persija Kembali Juara

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:25

Selengkapnya