Berita

Foto:Net

Publika

Pemimpin Gelap

SENIN, 05 AGUSTUS 2019 | 10:43 WIB

DALAM hitungan hari ada tiga peristiwa dialami masyarakat dan negara kita yaitu erupsi Gunung Tangkuban Perahu, Gempa Banten serta padam listrik di Jakarta dan sebagian Jawa Barat.

Soal eror di Ungaran, Turbin Suralaya, dan Turbin Cilegon meski PLN telah meminta maaf namun peristiwa itu menjadi pengalaman berharga dalam "menyambut" Dirut PLN baru.

Dengan sedikit "guncangan" saja masyarakat menjadi panik. Tak terbayang jika itu adalah "guncangan" besar dari Allah, maka tak mampu manusia berbuat apa-apa. Banyak peristiwa membuktikan ketidakberdayaan tersebut. Sebelumnya ada juga "guncangan" Bank Mandiri dan Pertamina.


Ujungnya tentu hal ini menjadi peringatan kepada pemimpin negara tentang cara mengurus rakyat. Walau dia atau mereka biasanya tak mau disalahkan.  Kritikan publik terarah pada cara menangani negara. Sampai soal padam listrik dikomparasikan dengan Menteri Ekonomi Korsel yang mengundurkan diri karena malu merasa bersalah dan merugikan banyak orang. Berbeda dengan kita meski sudah tercium "padam moral" berupa korupsi juga masih terus saja menjabat. Malah ingin jadi Menteri lagi. Maju terus pantang mundur.

Sebenarnya UU Perlindungan Konsumen mengatur kewajiban PLN untuk mengganti kerugian kepada konsumen, hanya saja kita skeptis boro-boro mengganti, PLN berdalih terus merugi.

Guncangan letusan gunung dan gempa menjadi tadzkirah untuk meluruskan perilaku taat kepada Allah, hidup maksiat dikurangi serta meningkatkan tanggungjawab untuk memberantas kezaliman.

Padamnya listrik juga pengingat bahwa betapa rawannya sistem jaringan kelistrikan. Apabila ada sabotase, lalu mati untuk beberapa jam yang lebih lama, maka bisa merontokkan banyak sendi. Ini perlu evaluasi dan investigasi serius. Presiden tentu tak bisa bilang "bukan urusan saya". Di saat rawan justru instruksi dan sikap Presiden mesti jelas. Perangkat teknis dapat minta maaf, tapi kebijakan mesti jelas. Presiden harus hadir di tengah peristiwa.

Bencana atau musibah baik "alam" maupun eror "manusia" harus disikapi dengan spiritual dan langkah rasional. Sebab model padamnya listrik dapat menyebabkan "habis gelap terbitlah terang" atau "habis terang terbitlah gelap".

Dalam konteks keagamaan ini berhubungan dengan kepemimpinan. Pemimpin "ilahiah" dimana Allah sebagai sentral maka "yukhrijuhum minadh dhulumaati ilan nuur" mengeluarkan dari gelap pada terang. Sedangkan kepemimpinan "berhala" dimana thogut lah yang jadi ikutan maka syaitan itu akan "yukhrijunahum minan nuur iladh dhulumat" mengeluarkan dari terang kepada gelap.

Sikap dan kebijakan pemimpin yang selalu mementingkan diri dan menyusahkan rakyat adalah "dark leadership" - kepemimpinan bersisi gelap yang berkarakter narsistik, machiavellis, dan psikopatik.

Pengikut syaithon. Naudzubillah.

M. Rizal Fadillah
Pemerhati politik dan keagamaan.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Pasutri Kurir Narkoba

Rabu, 03 Desember 2025 | 04:59

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Berjuang Bawa Bantuan Bencana

Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

UPDATE

Rais Syuriyah PBNU: Ada Indikasi Penetrasi Zionis

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:49

Prabowo: Saya Tidak Punya Tongkat Nabi Musa, Tapi Semua Bekerja Keras

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:42

Mohammad Nuh Jabat Katib Aam PBNU Kubu Sultan

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:19

Konstitusionalitas Perpol Nomor 10 Tahun 2025

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:18

Pemeriksaan Kargo Diperkuat dalam Pemberantasan Narkoba

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:11

Korban Meninggal Akibat Banjir dan Longsor Sumatera Tembus 1.006 Jiwa

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:53

Aktivis 98 Bagikan Paket Bantuan Tali Kasih Natal untuk Masyarakat

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:52

Kader Pemuda Katolik Bali Cetuskan Teori PARADIXIA Tata Kelola AI Indonesia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:39

Ketika Jabatan Menjadi Instrumen Pengembalian Modal

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:35

Tokoh Muda Dukung Prabowo Kejar Lompatan Gizi dan Pendidikan Indonesia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:29

Selengkapnya