Berita

Maskapai Garuda/Net

Bisnis

Pengamat: Garuda Merugi, Bisa Jadi Karena Biaya Operasional Terlalu Tinggi

JUMAT, 02 AGUSTUS 2019 | 05:20 WIB | LAPORAN:

PT Garuda Indonesia (Tbk) diduga mengalami kerugian sebesar 175 juta dolar AS, atau setara Rp 2,45 triliun dalam nilai kurs Rp 14.000 per dolar AS. Hal dinilai memengaruhi harga tiket pesawat baik penerbangan regional maupun internasional.

Pengamat penerbangan, Gerry Soejatman menilai bila harga tiket bisa saja dipengaruhi biaya operasional Garuda Indonesia.

"Kenaikan harga tiket memang karena mereka sudah tahu kondisi operasional mereka. Jadi inilah kendala antara biayanya ketinggian atau harga tiketnya ketinggian (menyebabkan pengguna menurun), apa harga tiket kerendahan," kata Gerry kepada Kantor Berita RMOL, Kamis (1/8).

Harga tiket yang tinggi ini mau tidak mau berdampak pada penurunan konsumen. Padahal, biaya operasional terus berjalan. Faktor ini pula yang dimungkinkan memengaruhi tingginya harga tiket domestik dibandingkan dengan penerbangan internasional.

"Di Garuda kan kejadiannya dua-duanya ya. Dari sisi regulasi memang harga tiket terlalu murah, (sedangkan) dari sisi biaya Garuda terlalu mahal," tambahnya.

"Kalau di-compare atau bandingkan dengan maskapai-maskapai lain ya begini, penerbangan domestik Indonesia lebih mahal perkilometer dibandingkan dengan penerbangan internasional. Itu yang jadi tanda tanya," tutupnya.

Sebelumnya Laporan keuangan tahun 2018 yang disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada bulan April lalu ditolak dua komisaris karena berbau rekayasa.

Laporan itu ditemukan selisih sebesar 180 juta dolar AS dengan keuntungan dilaporkan sebesar 5 juta dolar AS atau setara Rp 70,02 miliar.

Dalam laporan yang diperbarui Garuda, tercatat nilai aset perseroan juga mengalami perubahan menjadi 4,17 miliar dolar AS, dari catatan aset sebelumnya senilai 4,37 miliar dolar AS.

Selain itu, total liabilitas yang berkurang 24 juta dolar AS menjadi 3,44 miliar dolar AS. Untuk ekuitas turun sebesar 180 juta dolar AS menjadi 730 juta dolar AS.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Pendapatan Garuda Indonesia Melonjak 18 Persen di Kuartal I 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:41

Sidang Pendahuluan di PTUN, Tim Hukum PDIP: Pelantikan Prabowo-Gibran Bisa Ditunda

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:35

Tak Tahan Melihat Penderitaan Gaza, Kolombia Putus Hubungan Diplomatik dengan Israel

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:34

Pakar Indonesia dan Australia Bahas Dekarbonisasi

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:29

Soal Usulan Kewarganegaraan Ganda, DPR Dorong Revisi UU 12 Tahun 2006

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:25

Momen Hardiknas, Pertamina Siap Hadir di 15 Kampus untuk Hadapi Trilemma Energy

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:24

Prabowo-Gibran Diminta Lanjutkan Merdeka Belajar Gagasan Nadiem

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:16

Kebijakan Merdeka Belajar Harus Diterapkan dengan Baik di Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:06

Redmi 13 Disertifikasi SDPPI, Spesifikasi Mirip Poco M6 4G

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:59

Prajurit TNI dan Polisi Diserukan Taat Hukum

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:58

Selengkapnya