Berita

Menkeu Sri Mulyani/RMOL

Bisnis

Kucurkan 35 Triliun Dana Riset, Sri Mulyani Minta Perguruan Tinggi Inovatif

KAMIS, 01 AGUSTUS 2019 | 03:22 WIB | LAPORAN:

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengucurkan anggaran riset dan pengembangan senilai Rp 35 triliun di tahun 2019. Hal itu dilakukan karena kegiatan riset di Indonesia diangap harus dilakukan secara intensif.

Bahkan baru-baru ini pemerintah mengambil langkah untuk meningkatkan investasi di bidang riset dengan dana abadi untuk riset senilai Rp 990 miliar.

"Dari sisi APBN, dana riset yang lebih dari Rp 35 triliun itu dialokasikan untuk 45 Kementerian Lembaga. Jadi kalau Anda bayangkan, ya diecer-ecer banyak begitu. Maka tidak terasa dari sisi penggunaannya,” ungkapnya dalam forum 'Mencari model dan pengelolaan dana riset untuk Indonesia' di Kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Rabu (31/7).

Ia menuturkan, lebih dari 43 persen dana penelitian ini ditekankan sepenuhnya untuk penelitian. Sisanya untuk belanja operasional, modal, jasa IPTEK, bahkan pendidikan, serta pelatihan.

“Dari dana riset yang digunakan di 45 Kementerian Lembaga, itu 43,7 persen dana penelitian benar-benar untuk penelitian," ucapnya.

Dengan ini, ia berharap penelitian dilakukan secara inovatif, seperti halnya pengembangan infrastruktur penelitian yang lebih diefisienkan agar tidak memakan anggaran terlalu besar.

“Mungkin rektorat bisa menciptakan infrastruktur research sehingga peneliti itu tidak sibuk 65 persen waktunya untuk pertanggungjawaban, jadi research service provider yang dilakukan perguruan tinggi,” paparnya.

Caranya, kata Sri, yakni dengan meng-hire akuntan laporan pembukuan. "Jadi para peneliti biarkan mereka yang bikinin laporannya untuk keuangannya, itu kan bisa,” tegasnya.

Dengan demikian, diharapkan perguruan tinggi berinovasi untuk menciptakan sistem kelembagaan dan tata kelola serta sistem akuntabilitas yang tidak terlalu membebani kegiatan penelitian itu sendiri.

Sebelumnya, pada tahun 2016, Indonesia menganggarkan dana riset dengan persentase 0,2 dari produk domestik bruto (PDB). Angka tersebut lebih rendah dari Vietnam (0,44 persen), Thailand (0,78 persen) dan Malaysia (1,3 persen).

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya