NASKAH “Jihad Al Nafs Demi Lobster Dan Nelayan†yang dimuat RMOL 26 Juni 2019 memperoleh banyak tanggapan rata-rata bernada prihatin, antara lain dari fotografer jaman now, Leo Pradana Suryanaputra. Leo yang ternyata penggemar berat makan lobster berkomentar kelabu sebagai berikut.
"Sayang sekali ya Pak, lobster terancam punah sekarang. Kalau makan lobster di luar negeri juga termasuk akan punah ya Pak? Atau lobster di Indonesia saja yang jumlahnya mengecil? Sayang ya Pak, semoga lobster bisa diternak dan dijadikan komoditi ya! Sayang kalau saya tidak bisa makan lobster lagiâ€.
Setelah saya sarankan dia berwirausaha peternakan lobster, langsung sang fotografer muda berdalih
“Hehehehehe kalau saya yang bikin peternakannya, bisa-bisa habis untuk saya makan sendiri, Pak!"SayembaraSastrawan peminat humorologi pendiri IHIK (Institut Humor Indonesia Kini) merangkap mahaguru Kejawen saya, Darminto M. Sudarmo meratap sebagai berikut.
“Memprihatinkan juga ya nasib lobster di laut kita. Setuju, gerakan pertama adalah dimulai dari diri sendiri --kalau saya udang biasa aja sudah terlalu mewah, boro-boro lobster. Kedua, supaya yang serakah tidak serakah dan tidak menjual hasil tangkapan benur lobster ke asing, pemerintah wajib membeli dengan harga lebih mahal dan benurnya dibudidayakan secara khusus dan terlindungi supaya di lain saat bisa dilepas ke laut; ketiga diadakan sayembara penangkaran lobster yang hasilnya produktif, dapat hadiah umroh atau barang elektronik (kerja sama dengan sponsor) dst dst.â€HAMALMas Darminto lanjut bersabda,
"tahun 1999 saya kerja sama dengan para kartunis bikin buku yang intinya menggambarkan andaikatamologi kelautan. Andaikata laut kita (saat itu setiap tahun ilegal fishing membuat pemerintah rugi 35 triliun rupiah) dikelola dengan baik dan benar, maka seluruh rakyat Indonesia cukup duduk manis, bisa hidup makmur dan berkecukupan karena dahsyatnya laut kita (2/3 wilayah RI!) penuh potensi yang menghasilkan bagi negara begitu luar biasa (ikan, biota laut, tambang, harta karun terkubur, perairan berbayar untuk kapal asing, dll) dan tak pernah habis".
Namun ada pula anggota Lobster Fans Club yang fanatik mengejawantahkan HAMAL (Hak Asasi Makan Lobster) garang sesumbar bahwa selama makan lobster belum dilarang secara konstitusional akan tetap gigih makan lobster! Apa boleh buat lobster menang enak dimakan!
Penulis gemar makan lobster tapi tidak konsekuen mengejawantahkan HAMAL