Berita

Ilustrasi bendera Golkar/Net

Politik

MUNAS GOLKAR

Munas Golkar Perlu Dipercepat Agar Tak Ada Tarik-Menarik Kepentingan

KAMIS, 11 JULI 2019 | 16:07 WIB | LAPORAN: DIKI TRIANTO

Hingga saat ini, belum ada kepastian soal digelarnya Musyawarah Nasional (Munas) partai Golkar yang di dalamnya beragenda penggantian Ketua Umum. Beberapa menyebut Munas akan digelar sesuai AD/ART yakni Desember 2019, lainnya menginginkan digelar Oktober 2019 atau sebelum pelantikan Jokowi-Maruf.

Melihat hal ini, pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago berpandangan Golkar sebaiknya mempercepat Munas sebelum pelantikan.

"Lebih cepat tentu lebih baik. Kalau lambat, koordinasinya tentu akan susah juga ke depan," kata Pangi saat dihubungi, Kamis (11/7).

Ia mengamini bahwa pemilihan Ketua Umum penting di dalam Munas. Namun demikian, percepatan Munas dilakukan lebih pada mementingkan pemerintahan Jokowi-Maruf ke depan.

"Ketum kan bisa ganti lagi. Tapi kalau sebelum pelantikan pemerintah, terpilih ketum baru, tentu akan lebih jelas apa yang akan diperjuangkan, bagaimana role model koalisinya, kue-kue kekuasaannya. Akan lebih enak membaginya," jelasnya.

Diharapkan, Golkar mengikuti parpol pendukung lainnya seperti PDIP, PKB, dan NasDem yang mempercepat Munas. Menurut Pangi, partai-partai yang sudah memutuskan Munas sebelum pelantikan akan memberikan kepastian kepada Jokowi-Maruf. Semisal merekomendasikan menteri dan pimpinan legislatif.

"Tidak akan ada lagi tarik menarik kepentingan, tapi kalau munas setelah pelantikan ganti ketum, tidak ada kepastian," jelasnya.

Baginya, Ketum Parpol memiliki hak menentukan kandidat menteri. Oleh karenanya Golkar harus memberi kepastian kepada Jokowi-Maruf agar tidak terjadi reshuffle di tengah jalan lantaran pemilihan Ketum terjadi setelah pelantikan.

"Artinya ketum baru nanti adalah ketum yang benar, nama-nama yang diusulkan tidak lagi diotak-atik. Menteri-menteri itu tidak diganggu karena itu sudah hasil konvensi," tandasnya.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Samsung Solve for Tomorrow 2024, Momentum untuk Dorong Peningkatan Literasi Digital

Sabtu, 27 April 2024 | 11:48

Paguyuban Warung Madura: Harusnya Kami Dilindungi Bukan Diberangus!

Sabtu, 27 April 2024 | 11:36

PIS Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2

Sabtu, 27 April 2024 | 11:18

Sam Altman hingga Sundar Pichai Gabung Dewan Keamanan AI Amerika Serikat

Sabtu, 27 April 2024 | 10:59

OASA Perkuat Modal di Anak Usaha Rp69 Miliar

Sabtu, 27 April 2024 | 10:41

Ilham Bintang: Prabowo Siap-Siap Beli Obat Anti Resah

Sabtu, 27 April 2024 | 10:37

Induk Perusahaan Google Bagi-bagi Dividen untuk Pertama Kali

Sabtu, 27 April 2024 | 10:29

KPU Sewa 8 Kantor Hukum Hadapi Perselisihan Pileg 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20

Blinken: Amerika Tidak Bermaksud Menghambat Tiongkok Lewat Pembatasan Ekspor Chip

Sabtu, 27 April 2024 | 10:18

Realisasi Anggaran untuk IKN Capai Rp4,3 Triliun per April 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:02

Selengkapnya