Dalam dua hari terakhir jagad maya diramaikan berbagai foto yang memperlihatkan Presiden Joko Widodo bersama pemimpin-pemimpin negara anggota G20 di Osaka, Jepang.
Foto-foto itu umumnya berasal dari kalangan pemerintah, baik dari Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, maupun dari akun Twitter @jokowi milik Presiden Jokowi.
Foto pertama yang diunggah akun @jokowi adalah saat dirinya dan Ibu Iriana Jokowi tiba di Jepang. Sementara foto kedua memperlihatkan Jokowi bersama lima pemimpin negara lain, termasuk Presiden AS Donald Trump.
“Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbagai permen kepada yang lain,†tulis @jokowi pada bagian keterangan foto itu diikuti emoticon tertawa.
Akun @jokowi juga mengunggah family photo KTT G20 Osaka dimana dirinya berdiri diapit Presiden Prancis Emannuel Macron dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Foto lain yang diunggah akun itu adalah foto Jokowi dan Ibu Iriana Jokowi bersama Macron dan istrinya, Brigitte Trogneux Macron.
Juga ada foto di saat Jokowi duduk diapit Macron dan Trump. Jokowi terlihat berbisik-bisik dengan Trump. Tidak dijelaskan apa yang dibicarakan mereka sambil berbisik-bisik. Apakah sesuatu yang yang penting, atau sekadar basa-basi.
Di luar dari apa yang dipublikasikan oleh akun @jokowi tentu ada juga foto atau potongan video lain yang memperlihatkan Jokowi di arena KTT G20.
Salah satunya adalah potongan video yang memperlihatkan Jokowi sedang berusaha menjelaskan sesuatu kepada Macron, namun Macron terlihat kesulitan memahami apa yang dimaksud Jokowi.
Akhirnya Macron berpaling dan berbicara dengan Kanselir Jerman Angela Merkel.
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, menilai dalam berbagai foto atau video yang menampakkan Jokowi bersama pemimpin dan tokoh dari negara-negara lain, masih ada kesan canggung dan tidak percaya diri.
“Gestur canggung seperti dicitrakan sikap tak percaya diri Presiden Jokowi harus diperbaiki demi nama baik dan harga diri bangsa,†ujar Hendri dalam perbincangan dengan redaksi.
Gestur canggung yang sering diperlihatkan Jokowi, sambungnya, seperti beberapa kali memperbaiki tempak duduk dan dasi. Atau tanpa ekspresi setelah ditinggal lawan bicara.
“Hal ini bisa diperbaiki bila Presiden lebih sering hadir di forum Internasional dan selalu membiasakan menggunakan bahasa Indonesia dan tidak memaksakan menggunakan bahasa Inggris,†sambung Hendri.
“Lagi pula penggunaan Bahasa Indonesia dianjurkan oleh undang-undang,†demikian Hendri.