Berita

Presiden Joko Widodo/Net

Dunia

Bungkam Soal Penindasan Uighur, Indonesia Disentil Pakar Kajian Xinjiang Asal Jerman

SENIN, 24 JUNI 2019 | 22:03 WIB | LAPORAN:

Pemerintah Indonesia menjadi sorotan setelah dinilai banyak bungkam terhadap penindasan etnis minoritas Uighur dan Muslim Turk lainnya di Provinsi Xinjiang oleh Pemerintah China.

Dalam laporan media berbasis di Hong Kong, South China Morning Post kemarin, (Minggu, 23/6), Indonesia dinilai lebih lebih lantang terhadap krisis kemanusiaan di Rakhine State Myanmar daripada masalah Uighur.

Tak hanya itu, sejumlah pihak di Indonesia disebut meyakini laporan soal penindasan terhadap Uighur di Xinjiang adalah propaganda Barat. Tujuannya adalah untuk merendahkan China yang saat ini terjebak dalam Perang Dagang melawan Amerika Serikat (AS).


Pemerintah, imbuh laporan itu, dinilai enggan bersikap vokal terhadap Uighur karena kekhawatiran akan menguatnya suara kelompok Islam yang dominan dalam perpolitikan di Indonesia.

Laporan SCMP itu melansir dari sebuah lembaga wadah pemikir (think tank), Lembaha Analisis Kebijakan Konflik yang berbasis di Jakarta.

Pemerintah Indonesia, sebut laporan itu, menganggap penindasan China terhadap warga Uighur adalah respons yang konstitusional dalam menghadapi separatisme. Pemerintah cenderung enggan untuk campur tangan karena juga menghadapi gangguan separatis yang sama di Papua.

Sikap Indonesia tersebut kemudian menjadi sorotan Pakar Kajian Xinjiang dan Tibet asal Jerman Adrian Zenz. Ia menyoal sikap bungkam Indonesia terhadap Uighur dan membandingkannya dengan sikap Indonesia terhadap krisis Rohingya.

"Mengapa Indonesia cenderung bungkam terhadap kamp-kamp konsentrasi Uighur di Xinjiang China, dan lantang terhadap krisis Rohingya?" ujar pengajar di European School of Culture and Theology, Jerman itu di laman Twitter pribadinya, Senin (24/6).

Sebelumnya, Indonesia menampakkan perhatiaannya terhadap krisis Rohingya di Rakhine State Myanmar. Bahkan, isu itu menjadi fokus utama Presiden Jokowi saat menghadiri KTT ASEAN ke-34 di Bangkok Thailand akhir pekan kemarin.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya