Berita

Peta One Belt One Road/Ist

Publika

Ulama Tolak OBOR

MINGGU, 09 JUNI 2019 | 09:21 WIB

MULTAQO Ulama Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja) yang dihadiri ribuan Ulama, Habaib, Kiai, Pengasuh Pondok Pesantren se-Indonesia yang berkumpul di Pondok Pesantren Darussalam Wanaraja, Garut, Jawa Barat tanggal 12 Mei 2019 telah menyatakan penolakan pada program Republik Rakyat China One Belt One Road (OBOR) atau Belt and Road Initiative (BRI).

Para Ulama ini melihat bahaya dari program China yang direspon hangat dan ditindaklanjuti Pemerintah Indonesia.

Dikhawatirkan Indonesia disadari atau tidak akan menjadi jajahan China. Demikian juga bahaya komunisme dapat mengancam. Bukti sejarah dahulu komunis berkhianat pada negara dan membantai para Ulama.

Sungguh jeli kewaspadaan para Ulama Aswaja terhadap bahaya program OBOR di berbagai belahan dunia. Semangat hegemoni China sangat kuat. Investasi dan hutang adalah "jalan sutera baru" untuk melakukan kolonialisasi. Ekonomi dan politik tak bisa dipisahkan. Indonesia menurut para Ulama khawatir justru menjadi pihak yang dirugikan sedangkan China sangat diuntungkan dengan kerjasama yang diinisiasinya ini.

Program OBOR pada umumnya adalah proyek "turn key" sehingga China sangat dominan. Dana, materil dan mesin, tenaga ahli, hingga tenaga kerja didatangkan dari China. Yang bahaya adalah masuknya ribuan bahkan bisa jutaan tenaga kerja legal dan ilegal ke Indonesia.

Hal ini bisa menjadi misi migrasi terselubung. Menyusul sudah bermukimnya WNI keturunan China yang berhasil "menguasai" berbagai sektor ekonomi penting di Indonesia. Program ambisius PM Xi Jinping yang menekankan "kerjasama" tenaga kerja ini dibenarkan dan dikuatkan oleh Wakil PM Liu Yandong ketika berpidato di kampus UI pada Mei tahun 2015 lalu.

China memang merajalela dan bahaya. Sektor bisnis penting telah dipegang. Konglomerasi dibangun oleh para pengusaha etnis China. Semua tahu negeri ini seolah telah dikendalikan para taipan. Proteksi bagi pribumi dalam dunia usaha tidak signifikan. Bahkan kini peran WNI keturunan ini sudah mulai bereskalasi pada pengisian dan pengaruh sektor politik.

Apa yang dikhawatirkan para Ulama memang sangat beralasan. Jika sudah masuk ruang politik, maka aspek ideologi akan ikut mendompleng. Komunisme mendapatkan ruang untuk pengembangan. Sejarah masa lalu memberi pelajaran akan kejahatan PKI yang menyusup dan memberi pengaruh kuat pada pemegang kekuasaan politik.

Konferensi Partai Komunis China di Beijing telah menekankan program strategis "kebangkitan dan penguatan urusan Cina perantauan". Menggerakkan dan mengoptimalkan potensi etnis China di berbagai belahan dunia. Untuk kepentingan negara leluhur mereka, RRC. Secara tidak langsung juga menjadikan warga  yang berada di perantauan itu sebagai agen-agen ideologi.

Ekspor ideologi komunisme  adalah misi penting di samping keuntungan ekonomi untuk menyejahterakan negara leluhur. Slogan yang dipropagandakan adalah "All Patriots are One Family". Mereka yang di perantauan adalah keluarga dan mereka harus jadi patriot untuk negara China.

Program OBOR adalah irisan atau "cantolan" kepentingan di atas. Inilah yang seharusnya diwaspadai pemerintah. Sayang pemerintahan Jokowi justru menjalankan program berbahaya ini dengan riang gembira. Menko Maritim Luhut Panjaitan berwajah garang memelototi yang tak setuju dengan kebijakan ini.

Akhirnya kita menilai wajar jika ada sebagian rakyat Indonesia mencurigai rezim "simbiosis" Indonesia-China. Pemerintahan Jokowi  tidak peka pada aspirasi masyarakat. Sepertinya masa bodoh dan berprinsip "Anjing menggonggong Kafilah berlalu".

Seharusnya suara Ulama pun didengar dengan seksama. Ada kekhawatiran akan bahaya yang sedang mengancam di depan.

M Rizal Fadillah
Pemerhati Politik

Populer

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

PDIP: Terima Kasih Warga Jakarta dan Pak Anies Baswedan

Jumat, 29 November 2024 | 10:39

Indahnya Seragam Warna Cokelat

Sabtu, 30 November 2024 | 09:37

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

UPDATE

Pengamat: Saham BUMN Anjlok Bukan karena BPI Danantara

Senin, 02 Desember 2024 | 16:11

Tim Hukum Maximus-Peggi Heran Tidak Boleh Ikut Pleno KPU soal Pilkada Mimika

Senin, 02 Desember 2024 | 16:01

Ketua KPU Jabar Diberhentikan DKPP

Senin, 02 Desember 2024 | 15:58

Delapan Orang Dicekal KPK Imbas Kasus Korupsi Pengolahan Karet Kementan

Senin, 02 Desember 2024 | 15:58

Remaja di Eropa Tak Akan Bisa Lagi Pakai Filter Cantik di TikTok

Senin, 02 Desember 2024 | 15:46

Bikin Khawatir, Kapal Selam Perang Rusia Terdeteksi di ZEE Filipina

Senin, 02 Desember 2024 | 15:45

Sebagai Marhaen, Tidak Seharusnya PDIP Menghina Rakyat

Senin, 02 Desember 2024 | 15:40

Kemenag Fokus Tingkatkan Mutu Pendidikan Diiringi Perbaikan Gizi

Senin, 02 Desember 2024 | 15:26

Makan Bergizi Rp10.000 per Porsi Telah Melalui Simulasi Matang

Senin, 02 Desember 2024 | 15:21

Erick Thohir Diminta Klarifikasi, 22 Bulan Melanggar Undang-Undang

Senin, 02 Desember 2024 | 15:13

Selengkapnya