Berita

Bundaran Mayjen Soengkono Surabaya/Net

Dahlan Iskan

Underpass REI

MINGGU, 02 JUNI 2019 | 11:21 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

HOREEEEE. Tidak macet total lagi. Bahkan tidak macet sama sekali. Bundaran Mayjen Soengkono Surabaya sudah lancar. Proyek underpass-nya sudah selesai. Jumat sore lalu sudah diresmikan.

Saya melintasinya Sabtu sore. Menjelang berbuka puasa. Kalau saja underpass itu belum ada bisa jadi saya akan sangat kelaparan.

Yang istimewa: underpass itu tidak dibiayai oleh pemerintah. Tidak pemerintah pusat. Tidak pula pemerintah daerah. Yang membiayainya adalah anggota REI Jatim. Di bawah koordinasi pengurus REI Jatim itu.
Semula saya membayangkan: alangkah sulitnya mengkordinasikan proyek ini. REI adalah organisasi. Bukan lembaga pemerintah. Bukan pula perusahaan. Yang bisa mengeluarkan kebijakan. Atau anggaran.

Semula saya membayangkan: alangkah sulitnya mengkordinasikan proyek ini. REI adalah organisasi. Bukan lembaga pemerintah. Bukan pula perusahaan. Yang bisa mengeluarkan kebijakan. Atau anggaran.
Maka saya salut kepada pengurus REI Jatim. Saya bisa membayangkan: pasti banyak makan hatinya. Pasti sulit mengajak anggota untuk urunan. Apalagi satu anggota Rp 10 miliar. Apalagi ekonomi nasional lagi berat. Apalagi kasus-kasus hukum lagi menghantui.

Setelah berhasil merumuskan nilai urunannya pasti sulit lagi: menentukan siapa urunan berapa. Pastilah dorong-dorongan: yang punya proyek besar di kawasan itu dong yang urunan paling besar. Pasti juga ada yang ngotot: bagi rata saja.

Saya ada juga mendengar berita gembira. Netty, yang proyeknya besar di Surabaya Barat, menyanggupi dengan gagah: akan urunan yang paling besar. Netty adalah 大老板-nya Grup Puncak Permai.

Semula proyek ini direncanakan selesai dalam 18 bulan. Dengan biaya Rp 85 miliar. Dengan asumsi semua komitmen berjalan lancar.

Maka proyek pun dimulai. Ternyata banyak komitmen yang meleset. Saya bisa memaklumi. Mengeluarkan uang segitu banyak tidak mudah. Kredit banknya saja banyak tersendat. Kok menyumbang begitu besar.

Tapi proyek sudah terlanjur dimulai. Batas waktu penyelesaian juga kian mepet. Masa kepengurusan REI Jatim juga hampir habis.

Ir Danny Wahid Sutan ketiban tanggung jawab menyelesaikan proyek ini. Lulusan S2 Petra/NUS ini terpilih sebagai ketua REI Jatim yang baru. Danny harus berpikir keras. Juga harus mengorbankan perasaan lebih dalam.

Di lapangan pun ditemukan kendala besar. Yang tidak diperkirakan sebelumnya: ada pipa air raksasa. Harus terkena proyek underpass. Yang kalau diganggu bisa membuat warga seluruh Surabaya Barat tidak bisa mandi.

Danny sebenarnya juga tidak punya kepentingan di Surabaya Barat. Perusahaan real estatenya bukan yang raksasa-raksasa: PT Dewe Makmur Sejahtera. Bukan pula di Surabaya Barat. Bahkan bukan di Surabaya. Perumahan sederhana miliknya ada di daerah-daerah. Seperti Sidoarjo.

Warga Surabaya, terutama Surabaya Barat layak berterima kasih pada REI Jatim. Pada Ir Danny Wahid Sutan. Lalu-lintas yang begitu ruwet kini terurai dengan mulus.

Danny sendiri orangnya realistis. Kalau harus cari uang Rp 85 miliar bisa jadi underpass ini akan mangkrak. Maka ia loby banyak pihak. Termasuk Bu Risma, walikota Surabaya. Akhirnya biaya bisa dikurangi menjadi Rp 60 miliar. Beberapa proyek pendukung diambil alih Pemkot. Misalnya: penurunan pipa air, pembuatan taman dan lampu lalu-lintas.

Saya suka sekali desain penyelesaian bundaran Mayjen Sungkono ini. Dulu, saya pikir, underpassnya menyusup di bawah jalan toll. Ternyata ada ide lain yang tentu lebih murah. Lihatlah sendiri. Benar-benar bagus.

Kalau ingin melihat lebih jelas naiklah ke gedung Srijaya. Dari lantai 5 terlihat desain underpass ini sangat bagus. Saya pernah melihat dari atas itu. Ketika proyeknya masih seret.

Meski penyelesaiannya mundur beberapa bulan tapi saya sangat terharu dengan proyek ini. Kebanggaan saya. Bahwa kerukunan orang Surabaya tidak ada duanya.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

UNJ Gelar Diskusi dan Galang Donasi Kemanusiaan untuk Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:10

Skandal Sertifikasi K3: KPK Panggil Irjen Kemnaker, Total Aliran Dana Rp81 Miliar

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:04

KPU Raih Lembaga Terinformatif dari Komisi Informasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:41

Dipimpin Ferry Juliantono, Kemenkop Masuk 10 Besar Badan Publik Informatif

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:13

KPK Janji Usut Anggota Komisi XI DPR Lain dalam Kasus Dana CSR BI-OJK

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:12

Harga Minyak Turun Dipicu Melemahnya Data Ekonomi China

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:03

Kritik “Wisata Bencana”, Prabowo Tak Ingin Menteri Kabinet Cuma Gemar Bersolek

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:56

Din Syamsuddin Dorong UMJ jadi Universitas Kelas Dunia di Usia 70 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:54

Tentang Natal Bersama, Wamenag Ingatkan Itu Perayaan Umat Kristiani Kemenag Bukan Lintas Agama

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:46

Dolar AS Melemah di Tengah Pekan Krusial Bank Sentral

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:33

Selengkapnya