Berita

Ilustrasi/Net

Publika

Kisah Tugu Malang Kembar

RABU, 29 MEI 2019 | 04:33 WIB | OLEH: JOKO INTARTO

PERSAINGAN terbuka itu terjadi di Malang, Jawa Timur. Antara dua media online: TuguMalang dan TuguMalang.

Kembar? Namanya sama. Akhirannya saja yang beda. Yang satu berakhiran .id yang satu lagi berakhiran .com.

Meski namanya sama, keduanya benar-benar berbeda. Terutama: pemiliknya.

Tugumalang.id mulai terbit sekitar tiga bulan lalu. Menjadi media online yang berjaringan dengan Kumparan. Media online itu diterbitkan Thoriq, setelah resign dari Radar Malang.

Senin pagi ( 27/5), grup Whatsapp CowasJP (konco lawas eks karyawan Jawa Pos) heboh oleh informasi hadirnya website baru: TuguMalang.com. Media online ini diterbitkan Radar Malang Online. Media digital jaringan Jawa Pos.

Belum jelas benar. Mengapa Radar Malang Online menerbitkan media baru dengan nama TuguMalang. Walau akhirannya .com. Padahal, nama TuguMalang sudah ada sebelumnya. Dengan akhiran .id.

Apakah karena TuguMalang yang berakhiran .id mengancam eksistensi bisnis Radar Malang Online? Saya tidak tahu persis. Tapi, kata kawan-kawan saya di CowasJP, kehadiran TuguMalang.id memang berhasil mencuri perhatian publik lokal.

TuguMalang kembar bukan kasus pertama dalam bisnis media online. Saya pun pernah mengalami ketika hendak membangun website dengan nama domain DahlanIskan.com. Ternyata domain dengan akhiran .com itu sudah dikuasai orang lain. Mantan karyawannya sendiri.

Saya coba bernegosiasi agar nama domain itu bisa dibeli. Tapi pemegang domain tak bersedia melepaskan. Sampai sekarang Pak Dahlan Iskan tidak berhasil menguasai domain atas namanya sendiri.

Jauh sebelum itu, sudah muncul sebuah kasus hukum di pengadilan di Jakarta: Melibatkan dua perusahaan kosmetika yang saling berseteru.

Perusahaan kosmetika B rupanya menguasai sebuah domain dengan nama perusahaan kosmetika A. Perusahaan kosmetika A mempersoalkan masalah itu ke pengadilan dengan pasal persaingan dagang yang curang. Akhirnya pengadilan memenangkan perusahaan kosmetika A. Domain yang dikuasai perusahaan B harus dikembalikan kepada perusahaan A.

Nama domain memang punya nilai jual tinggi pada suatu masa tertentu. Padahal, saat dibeli pertama harganya sangat murah. Kalau sudah jadi mahalnya bukan main. Tak heran kalau ada orang yang mengoleksi ribuan nama domain selama bertahun-tahun dengan harapan suatu saat bisa dijual kembali dengan harga selangit.

Saya pernah punya satu domain: porosmaritim.com. Domain ini saya buat beberapa jam setelah Jokowi menyebut program "Poros Maritim" dalam debat calon presiden pasa Pemilu 2014 yang lalu.

Setelah saya beli dengan harga Rp 350 ribu, domain itu kemudian saya kelola. Sayangnya, saya tak memperpanjang sewa domain itu. Tahun berikutnya, domain di-suspend karena belum diperpanjang.

Tahun lalu, saya coba akses lagi domain PorosMaritim.com. Gagal. Domain sudah berpindah kepemilikan. Saya bisa mengambilalih lagi dengan harga USD 5 ribu. Wow!

Domain adalah nama unik yang diberikan untuk mengidentifikasi nama server komputer seperti web server atau email server di jaringan komputer ataupun internet.

Nama domain berfungsi untuk mempermudah pengguna di internet pada saat melakukan akses ke server, selain juga dipakai untuk mengingat nama server yang dikunjungi tanpa harus mengenal deretan angka yang rumit yang dikenal sebagai IP address.

Nama domain ini juga dikenal sebagai sebuah kesatuan dari sebuah situs web seperti contohnya “wikipedia.org”.

Nama domain kadang-kadang disebut pula dengan istilah URL, atau alamat website.

Jenis-jenis Domain

Secara garis besar domain dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:

Generic Top Level  Domain (gTLD), adalah domain-domain level tertinggi (internasional) di internet, yang merupakan nama domain berdasarkan jenis institusi, misalnya domain-domain dengan akhiran .com .org .net dan lain-lain seperti di bawah ini:

.com digunakan untuk bidang usaha yang bersifat komersil
.org untuk organisasi non komersil
.net digunakan oleh pribadi atau ISP
.biz untuk bisnis
.gov untuk organisasi pemerintahan
.edu untuk bidang pendidikan
.mil untuk militer dll

Country Code Top Level Domain
(ccTLD), adalah top level domain yang mengidentifikasikan sebuah negara. Misalnya domain dengan akhiran:

.id menandakan domain tersebut digunakn oleh instansi/perorangan di Negara Indonesia.
.my untuk Negara Malaysia
.sg untuk Negara singapura dan lain-lain.

Untuk akhiran domain di Indonesia di antaranya:

.co.id untuk bidang usaha yang bersifat komersil
.or.id untuk bidang usaha yang bersifat nirlaba
.net.id bidang usaha Internet Servicce Provider
.ac.id untuk bidang pendidikan
.sch.id untuk sekolah
.go.id untuk bidang pemerintahan
.web.id untuk pribadi atau insitusi selain diatas
.id untuk semua bidang bisnis maupun media.

Nah agar nama perusahaan dan nama Anda  tidak dikuasai orang lain, belilah domein dengan beberapa akhiran sekaligus: .com, .id, .biz, .net dan lain-lainnya. Lebih baik keluar uang ketimbang mumet sendiri di belakang.

Penulis adalah wartawan senior dan praktisi multimedia.  

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya