Berita

KH. M. Muammar Bakry/Humas BNPT

Politik

Jadikan Ramadan Momentum Raih Kemenangan Bangsa Di Tengah Perbedaan

KAMIS, 23 MEI 2019 | 15:58 WIB | LAPORAN:

Bulan Ramadhan tahun ini cukup berbeda karena bertepatan dengan proses-proses krusial pasca Pemilihan Umum 2019 mulai dari perhitungan hingga penetapan.

Pemilu sebagai kontestasi politik meniscayakan perbedaan pilihan, ketegangan, pembelahan, bahkan tidak jarang keretakan tali persaudaraan.

Imam Besar Masjid Al-Markaz Al-Islami Makassar, KH. M. Muammar Bakry mengatakan, di tengah situasi bangsa Indonesia yang baru saja menjalani kontestasi politik dengan Pilrpes 2019 lalu, masyarakat harus bisa menjadikan bulan Ramadan ini sebagai momentum untuk meraih kemenangan bersama.

“Yang perlu saya sampaikan bahwa pemilu yang kita lakukan di Indonesia kemarin itu secara perintah agama sudah kita lalui. Karena Nabi Muhammad pernah bersabda bahwa jika kalian pergi bertiga, maka angkatlah satu di antara tiga itu sebagai pemimpin. Maknanya bahwa kepemimpinan itu satu hal yang mutlak dalam satu komunitas,” ujar Muammar di Jakarta, Kamis (23/5).

Lalu bagaimana dengan bangsa Indonesia yang jumlah penduduknya lebih dari 200 juta? Jika dalam memilih pemimpin itu semua proses dilalui dengan benar, maka tidak ada alasan untuk menolak hasilnya.

"Di dalam Islam namanya Syuro atau biasa kita istilahkan Musyawaroh. Wa Amruhum Syura Bainahum yang artinya kesepakatan-kesepakatan bangsa ini melalui demokrasi yang sudah kita sepakati tentu harus menjadi rujukan hukum dan memiliki kekuatan hukum. Karena itu perintah untuk memiliki satu kepemimpinan itu sudah dilakukan oleh bangsa Indonesia ini. Jadi hal itu tentunya juga sudah islami,” kata pemimpin Pondok Pesantren Multidimensi Al-Fakhriyah ini.

Menurutnya, bulan Ramadan kali ini juga terasa sangat istimewa karena menjadi aktual dan kontesktual sebagai penyambung keterputusan relasi sosial dan penambal keretakan di masyarakat. Di mana Ramadan adalah bulan mengajarkan kebersamaan untuk meraih kemenangan bersama tanpa kenal sekat pembeda agama, idelogi, partai politik dan latar belakang sosial budaya.

Ramadan dalam hadist-hadist itu seperti ibarat lembaga pendidikan atau madrasah yang punya kurikulum.

Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa Ramadan itu, pertama memberikan rahmah, kedua yakni maghfirah atau ampunan dan ketiga, yakni itqun minan nar yaitu pembebasan dari api neraka.

Maknanya bahwa Ramadan, dari kurikulum 10 hari pertama untuk menempa diriuntuk memberikan rahmah. Maksudnya dengan puasa, diharuskan untuk memberikan Rahmah atau kasih sayang kepada siapapun. Kemudian kurikulum puasa kedua, yaitu maghfirah. Diharapkan dari puasa itu dapat tercipta jiwa-jiwa yang mudah memaafkan.

"Bukan jiwa-jiwa pemarah. Jadi jangan sampai kita berpuasa tetapi efek puasa itu tidak berbekas dalam kehidupan sosial kita di masyarakat," katanya.

Dan kurikulum puasa ketiga yakni itqun minan naryang artinya bahwa orang yang memiliki kualitas puasa yang baik adalah orang berjiwa empati dan simpati.

"Jadi lebih membantu orang yang susah, mudah menolong, bukan justru membuat masalah, tetapi menyelesaikan masalah,” ucapnya.

Diakuinya, sebelum Pilpres kemarin masyarakat seperti dibuat terpecah dengan perbedaan pilihan. Ramadan ini harus dijadikan sebagai penyambung keterputusan relasi sosial dan penambal keretakan jalinan masyarakat akibat Pilpres lalu.

“Urusan politik saya kira hanya urusan lima tahunan, yang paling utama adalah kita merawat bangsa ini dan tujuan keumatan, kebangsaan untuk kemaslahatan. Itulah yang seharusnya kita pikirkan lebih fokus lagi,” ucap dosen Ilmu Fiqih Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar ini.
 
Dalam bentuk kenegaraan NKRI, menurut dia, pada prinsipnya bangsa ini telah mencontoh apa yang dilakukan oleh Nabi ketika berada di Madinah dengan membangun masyarakat Madani di situ juga hidup umat kritiani, yahudi, dan juga banyak penganut agama-agama lain selain Islam.

“Kalau di Indonesia ini dengan Pancasilanya dibaratkan dengan Piagam Madinah dalam teksnya yakni Ummah Wãhidah yang mana dalam satu bangsa terdiri dari berbagai macam latar belakang agama yang hidup berdampingan pada masa Nabi. Nah Indonesia ini juga mencontoh apa yang sudah dilakukan Nabi pada saat itu. kita harapkan budaya, agama, suku, bahasa yang beraneka ragam ini bisa hidup bersama, bersatu dalam bingkai NKRI,” ujar Ketua Bidang Agama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Provinsi Sulawesi Selatan (FKPT Sulsel) ini.

Untuk itu ia juga meminta kepada masyarakat Indonesia bisa menahan diri dan tidak mudah terprovokasi terhadap hasutan atupun kabar hoax.

Nuansa Ramadan ini juga harus bisa menjadi momen untuk Kebangkitan Nasional yang tanggal 20 Mei lalu bertepatan dengan bulan Ramadan.

“Kita harapkan tentu jihad yang paling utama kita lakukan adalah jihad kemanusian, jihad melawan kebodohan, jihad melawan kemiskinan atau jihad melawan disintegritas. Jihad-jihad seperti inilah yang justru harus kita tampilkan bersama sehingga bangsa kita ini menjadi bangsa yang terdepan,” tutur peraih Doktoral dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Emak-emak Antarkan Tahanan "Jokowi dan Iriana" ke KPK

Rabu, 26 Februari 2025 | 16:17

Permainan Jokowi Terbaca Prabowo dan Megawati

Selasa, 25 Februari 2025 | 18:01

Mengapa KPK Keukeuh Tidak Mau Usut Dugaan Korupsi Keluarga Jokowi?

Selasa, 25 Februari 2025 | 08:02

KPK Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar di Kasus e-KTP

Rabu, 26 Februari 2025 | 17:59

KKMP: Copot Raffi Ahmad dari Jabatan Utusan Khusus Presiden

Selasa, 25 Februari 2025 | 11:11

Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana Tak Patuhi Instruksi Megawati

Sabtu, 22 Februari 2025 | 03:26

UPDATE

Presiden Prabowo, Copot Mendes Yandri

Sabtu, 01 Maret 2025 | 17:39

Denny JA Terima Penghargaan Global Power Leader 2025

Sabtu, 01 Maret 2025 | 17:07

Hubungan Megawati dengan Prabowo Sangat Baik, Tunda Retret Hanya Respon Reaktif

Sabtu, 01 Maret 2025 | 17:04

Protes Pemangkasan Anggaran, Menteri Pembangunan Inggris Pilih Mundur

Sabtu, 01 Maret 2025 | 16:35

Suhartoyo Tidak Sah Jabat Ketua MK, Semua Putusan Pilkada Ilegal

Sabtu, 01 Maret 2025 | 16:04

Rekrutmen Akpol Transparan, Pakai Calo Dipastikan Sia-sia!

Sabtu, 01 Maret 2025 | 15:27

BPKH Kolaborasi dengan 30 Bank Beri Layanan Terbaik bagi Jamaah Haji

Sabtu, 01 Maret 2025 | 15:17

Kepastian Legalitas Dukung Investasi dan Perekonomian di Pesisir Tangerang

Sabtu, 01 Maret 2025 | 15:17

Aliran Modal Asing Kabur Rp10,33 Triliun dari RI Selama Sepekan

Sabtu, 01 Maret 2025 | 15:02

Intel Tunda Pembangunan Pabrik di Ohio hingga 2030

Sabtu, 01 Maret 2025 | 14:44

Selengkapnya