Berita

Ilustrasi/Net

Dahlan Iskan

Sayap RSS

KAMIS, 25 APRIL 2019 | 05:57 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

MEREKA menyebutnya bukan 'menunggangi agama'. Justru dengan sengaja membawa bendera agama. Untuk memenangi Pemilu di India. Yang sedang berlangsung sekarang ini.

Itulah pola perjuangan partai BJP (Bharatiya Janata Party). Yang lima tahun lalu menang besar. Atas rival lamanya, Partai Kongres. Termasuk menghabisi partai lokal Dalit. Yang mewakili rakyat terbawah. Di bawah kasta terbawah. Yang sebelumnya menguasai negara bagian Uttar Pradesh.
 
Kali ini BJP kelihatannya akan menang lagi. Dengan mudah. Dengan tema yang sama: pembawa misi agama. Hindu. Terang-terangan. Terbuka. Melawan partai Kongres yang mereka anggap sekuler.
Kejayaan BJP itu tidak datang tiba-tiba. Di dalam partai itu dibangun sayap militan. Isinya anak-anak muda. Ideologis. Dilatih kemiliteran. Terorganisasi dengan rapi.

Kejayaan BJP itu tidak datang tiba-tiba. Di dalam partai itu dibangun sayap militan. Isinya anak-anak muda. Ideologis. Dilatih kemiliteran. Terorganisasi dengan rapi.

Nama organisasi ini RSS: Rashtriya Swayamsevak Sangh. Yang sebenarnya kelompok lama. Sejak zaman penjajahan. Tapi baru mau masuk politik setelah tahun 2000. RSS punya 6 juta anggota. Yang tersebar di 60 ribu cabangnya.

Di Pemilu lima tahun lalu RSS-lah yang 'menghabisi' suara Dalit di Uttar Pradesh. Sampai partai wong cilik itu tidak meraih satu pun kursi di DPR. Caranya pun sangat militan. Satu orang anggota RSS harus membuat daftar 100 orang pemilih. Orang itulah yang bertanggungjawab: 100 orang itu akan mencoblos BJP. Termasuk pagi-pagi harus membangunkan mereka. Di hari pencoblosan. Bahkan harus mengantarkan mereka ke TPS. Dengan kendaraan RSS.

Semua itu dibalut dengan isu tunggal: demi kejayaan agama. Putusan masuk ke politik pun tidak mudah. Sulit mencari partai yang seide. Yang mau memperjuangkan agama secara total. Politik dianggap terlalu kompromistis. Politik itu kotor. Seperti toilet.

Tapi mereka juga sadar. Tanpa politik sulit mencapai tujuan perjuangan. Dengan politik misi RSS mudah tercapai. Syaratnya: harus menang pemilu. Agar bisa mengendalikan negara.

"Kalau politik itu kotor kitalah yang harus membersihkan," ujar tokoh RSS, seperti dikutip New York Times.
Akhirnya RSS masuk politik. Dicarilah partai yang mau didukung RSS. Dengan kontrak: harus menjadikan India negara Hindu sepenuhnya. Partai BJP mau.

Mulailah RSS bergerak. Sebagai  sasarannya adalah Pemilu 2014. Yang harus dimenangkannya. Mereka juga menemukan tokoh yang sangat berprestasi: Narendra Modi. Yang pernah 10 tahun jadi gubernur Gujarat.

Dengan prestasi luar biasa: ekonomi Gujarat tumbuh di atas 10 persen selama 10 tahun bertutut-turut.
Lalu RSS menerapkan kerja militannya di negara-negara bagian kunci. Misalnya di Uttar Pradesh tadi.
Model Uttar Pradesh itulah yang lantas dicopy. Untuk negara-negara bagian lain. Yang jumlah kursi DPR-nya besar. Termasuk untuk negara bagian yang dianggap rawan: yang perkembangan agama lainnya pesat. Seperti di West Bengal. Yang ibukotanya Calcutta. Yang selama 10 tahun terakhir penduduk Islamnya naik 2 persen. Menjadi 22 persen. Lebih tinggi dari rata-rata nasional yang 14 persen.

Khusus untuk West Bengal aktivis RSS juga harus bisa mengembangkan jihad cinta. Yakni mencegah terjadinya perkawinan yang menyebabkan wanita Hindu pindah agama di negara bagian itu.
Mimpi besar memang sedang dibangun oleh RSS di India. Terutama menjadikan Hindu resmi sebagai agama negara. Termasuk menjalankan syariatnya. Di dalamnya harus ada larangan menyembelih sapi secara nasional. Di seluruh wilayah negara.

Mimpi besar yang lain adalah: menemukan kembali sungai Irawati. Yang disebut dalam kitab suci Hindu. Tapi di peta India modern sungai itu tidak ada. Tidak ditemukan. Negara harus bisa menemukannya. Harus mengerahkan ahli dan ilmuwan untuk melakukan riset besar-besaran.

Sungai Irawati adalah sungai sakti. Tempat betara Indra mencegah datangnya bencana.
Kini memang ada sungai Ravi. Yang mengalir dari India, bermuara di Pakistan. Lewat kota Lahore. Sungai ini dulu pernah disebut sungai Irawati. Tapi itu dianggap mengada-ada. Lalu ganti nama. Menjadi sungai Ravi.
Di Myanmar kini juga ada sungai Irawati. Sungai terbesar di Myanmar. Yang jadi urat nadi kehidupan negara itu. Tapi kitab suci menyebut sungai Irawati ada di India. Bukan Myanmar.
 
Irawati, Irawadi, Iravati, Iravadi. Begitu banyak nama yang penulisannya beda.
Masih ada mimpi yang lebih besar. Yang terbesar. Yakni bagaimana bisa membangun pura suci di Ayodya. Di Uttar Pradesh. Di lokasi asli di mana Rama berada.  Mereka menemukan di mana tempat Rama yang asli. Di Ayodya itu.

Tapi sejak abad 16 lokasi itu ditempati bangunan masjid. Namanya masjid Babri.
Mereka percaya sebelum Islam masuk ke India di lokasi itu ada bangunan pura. Pura Rama. Maka RSS memendam misi. Harus bisa membangun kembali pura Rama di situ. RSS lantas menjadikan pura Rama  sebagai isu sentral yang sexy.

Masjid Babri itu pun hancur. Di tahun 1992. Dalam sebuah kerusuhan besar. Sekitar 2000 orang mati.
RSS kemudian dilarang pemerintah. Untuk keempat kalinya. Yang pertama melarang adalah pemerintahan penjajah Inggris. Dianggap anti penjajahan.

Hidup lagi. Sampai tiba larangan yang kedua: saat  Mahatma Gandhi dibunuh. Oleh sayap radikal RSS. Gara-gara Gandhi memaafkan kelompok Islam.

Selalu saja RSS bisa hidup kembali. Dan kini menjadi sayap ideologis di partai BJP. Begitulah zaman ini. Di mana-mana agama dan politik menyatu.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Pasutri Kurir Narkoba

Rabu, 03 Desember 2025 | 04:59

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Berjuang Bawa Bantuan Bencana

Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

UPDATE

Rais Syuriyah PBNU: Ada Indikasi Penetrasi Zionis

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:49

Prabowo: Saya Tidak Punya Tongkat Nabi Musa, Tapi Semua Bekerja Keras

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:42

Mohammad Nuh Jabat Katib Aam PBNU Kubu Sultan

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:19

Konstitusionalitas Perpol Nomor 10 Tahun 2025

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:18

Pemeriksaan Kargo Diperkuat dalam Pemberantasan Narkoba

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:11

Korban Meninggal Akibat Banjir dan Longsor Sumatera Tembus 1.006 Jiwa

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:53

Aktivis 98 Bagikan Paket Bantuan Tali Kasih Natal untuk Masyarakat

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:52

Kader Pemuda Katolik Bali Cetuskan Teori PARADIXIA Tata Kelola AI Indonesia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:39

Ketika Jabatan Menjadi Instrumen Pengembalian Modal

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:35

Tokoh Muda Dukung Prabowo Kejar Lompatan Gizi dan Pendidikan Indonesia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:29

Selengkapnya