Berita

Dahlan Iskan/Net

Dahlan Iskan

Kembali ke OBOR

RABU, 24 APRIL 2019 | 05:07 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

JUSTRU kian meriah. Acara yang dibuka besok lusa itu. Pun kian banyak kepala pemerintahan yang hadir. Termasuk Presiden Putin dari Rusia. Padahal Amerika terus melancarkan kampanye negatifnya. Ke mana-mana.

Itulah gambaran Muktamar ke-2 OBOR di Beijing. Yang dimulai tanggal 26 April lusa. Lebih 36 kepala pemerintahan hadir. Jauh lebih banyak dari yang pertama dulu. Dua tahun yang lalu.

Sempat setahun penuh OBOR (One Belt One Road) jadi sorotan dunia. Dianggap sebagai jebakan untuk negara miskin. OBOR kelihatan memberi pinjaman besar-besaran. Untuk proyek-proyek infrastruktur. Akibatnya negara peminjam tidak bisa bayar. Lantas asetnya disita Tiongkok.


Amerika terus mengkampanyekan 'jebakan utang' itu. Tapi awal istilah jebakan utang mulanya sebenarnya dari India. Dari tulisan seorang ahli di salah satu universitas di Delhi. Lalu dianggap logis.

"Waspadalah dengan jebakan utang!" Itulah tema sentral yang dilancarkan Amerika untuk negara-negara sabahatnya. Minggu lalu pun kampanye seperti itu masih dilancarkan. Kali ini untuk negara-negara Amerika Latin. Yang juga mulai tertarik pada OBOR.

Banyak negara termakan oleh kampanye itu. Mulai membatalkan proyek OBOR. Setidaknya menundanya. Atau meninjau ulang. Tapi akhirnya mereka balik kucing. Setelah berpikir ulang mereka mengambil kesimpulan: kembali ke OBOR.

Malaysia contohnya. Dengan proyek kereta cepat antar pantai. Atau Pakistan. Atau Kamboja. Atau Vietnam.

Bahkan Italia. Menjadi negara pertama dari kelompok G7 yang menerima OBOR. Diperkuat oleh Swiss. Dan Austria. Dan Monaco. Dan belakangan Athena menyusul. Seperti agak buru-buru. Minta dimasukkan dalam forum negara Eropa 16+1 menjadi 17+1. Dua minggu lalu. Agar sempat diikutkan muktamar ke-2 OBOR.

Begitu banyak kepala pemerintahan yang hadir di muktamar ini. Seperti mengabaikan begitu saja seruan Amerika. Yang tidak hadir hanya dua: India dan Amerika.

Saya melihat OBOR memang mempunyai banyak kelebihan. Prosedur mendapatkannya tidak berbelit. Cepat. Nilainya besar.

Kelemahannya: bunganya lebih tinggi. Dibandingi pinjaman jangka panjang dari Jepang. Atau Amerika.

Kelemahan pinjaman dari Jepang/Amerika adalah prosedurnya sulit. Persyaratannya njelimet. Mengurusnya lama. Bisa tiga tahun. Saat persetujuan turun nilai proyek sudah berubah. Kondisi lapangan juga sudah beda. Nilainya tidak sebesar OBOR.

Kelebihannya: begitu disetujui beres. Ruwet di depan tapi beres di pelaksanaannya. Jalannya proyek sangat lancar. Dengan mutu yang baik.

Amerika memang mengakui anggaran yang disiapkan tidak sebesar OBOR. Hanya 60 miliar dolar setahun. Sedang OBOR sampai 3 triliun dolar. Bedanya begitu jauh.

Kalau saja saya boleh hadir di muktamar OBOR lusa saya akan usul: perbaikilah tata kelola OBOR. Terutama: tolaklah kalau ada permintaan dana siluman di dalamnya.

Jepang dan Amerika sangat ketat di bidang itu. Bahkan Amerika menyiapkan dana khusus untuk LSM yang akan ikut mengontrol setiap proyeknya.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya