Berita

Muhri Fauzi Hafiz/Nert

Nusantara

Jadi Preseden Yang Buruk, Muhri: Pemilu Selalu Jadi Pabrik Koruptor Baru

SABTU, 06 APRIL 2019 | 12:09 WIB | LAPORAN: TUAHTA ARIEF

Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK terhadap Kader Partai Golkar Bowo Sidik Pangarso dengan barang bukti 400.000 amplop dan uang senilai Rp87 miliar bakal "serangan fajar" semakin memperkuat preseden buruk bagi pelaksanaan pemilihan.

Politik uang di injury time masa kampanye menjadi hantu demokrasi yang paling menakutkan selain kecurangan-kecurangan pemilu yang sudah ditemukan bahkan sebelum pencoblosan.

Bagi yang memiliki pundi-pundi logistik, politik uang bukan masalah. Namun sebaliknya, senjata adiguna yang menggiurkan itu sangat mustahil dimiliki peserta kompetisi berkantong pas-pasan.


"Apalagi bagi petahana atau yang sudah sempat menimbun logistik di periode sebelumnya. Namun money politic sangat berat dan menjadi momok bagi caleg-caleg muda yang ukuran usia masih belum mampu menimbun harta," kata Ketua Komisi A DPRD Sumut dari Fraksi Demokrat Muhri Fauzi Hafiz kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (6/4).

Senjata efektif bernama politik uang itu menjadi pamungkas, lanjut Muhri, karena si pemilik uang tak perlu rumit dan pusing memikirkan sosialisasi program.

"Serangan fajar atau sejenisnya hal yang biasa. Sebab, dia punya uang banyak dan tak perlu rumit juga pusing-pusing melakukan sosialisasi," kata Muhri yang pada 2019 ini kembali maju dalam pemilihan legislatif Sumatera Utara daerah pemilihan Binjai-Langkat.

Bagi yang tak punya harta, lanjut Muhri, akhirnya memilih jalan utang atau membangun komitmen dengan mafia hitam, pemborong atau kontraktor yang nanti akan mempengaruhi kerja seorang anggota DPRD yang terpilih.

"Akibatnya, gaji dan tunjangan yang didapat nanti tak mencukupi buat bayar utang. Tentu korupsi dan kolusi menjadi salah satu jalan yang mungkin sekali akan dipilih," lanjut kata anggota legislatif yang paling kencang menyuarakan anti politik uang.

Ongkos demokrasi yang mahal ini, akhirnya melahirkan koruptor yang secara tak langsung diproduksi oleh sistem yang bernama pemilu.

"Politik uang ini akan jadi preseden buruk bagi setiap penyelenggaraan pemilu. Karena sepanjang pemilihan digelar akan selalu lahir kader baru koruptor yang dikader secara tak langsung oleh pemilu," demikian Muhri.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

UNJ Gelar Diskusi dan Galang Donasi Kemanusiaan untuk Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:10

Skandal Sertifikasi K3: KPK Panggil Irjen Kemnaker, Total Aliran Dana Rp81 Miliar

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:04

KPU Raih Lembaga Terinformatif dari Komisi Informasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:41

Dipimpin Ferry Juliantono, Kemenkop Masuk 10 Besar Badan Publik Informatif

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:13

KPK Janji Usut Anggota Komisi XI DPR Lain dalam Kasus Dana CSR BI-OJK

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:12

Harga Minyak Turun Dipicu Melemahnya Data Ekonomi China

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:03

Kritik “Wisata Bencana”, Prabowo Tak Ingin Menteri Kabinet Cuma Gemar Bersolek

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:56

Din Syamsuddin Dorong UMJ jadi Universitas Kelas Dunia di Usia 70 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:54

Tentang Natal Bersama, Wamenag Ingatkan Itu Perayaan Umat Kristiani Kemenag Bukan Lintas Agama

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:46

Dolar AS Melemah di Tengah Pekan Krusial Bank Sentral

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:33

Selengkapnya