Berita

Foto:Net

Politik

Diskriminasi Sawit Indonesia Di Uni Eropa Tidak Boleh Didiamkan

SELASA, 26 MARET 2019 | 11:27 WIB | LAPORAN: RUSLAN TAMBAK

. Pemerintah RI perlu segera melakukan upaya retaliasi atau perlawanan guna menantang kebijakan Uni Eropa dalam melakukan diskriminasi sawit/Crude Palm Oil (CPO) Indonesia, karena menyangkut eksistensi dan dignity Indonesia dalam kancah hubungan internasional.

Demikian disampaikan Sekretaris Eksekutif Labor Institute Indonesia atau Institut Pengembangan Kebijakan Alternatif Perburuhan Indonesia, Andy William Sinaga kepada redaksi, Selasa (26/3).

Bentuk retaliasi yang segera dilakukan, seperti memanggil Dubes Eropa di Indonesia untuk mempresentasikan sawit Indonesia yang keberlanjutan, atau memboikot pembelian produk-produk Uni Eropa seperti pesawat jet Airbus.

"Bisa juga pemberian kebijakan tarif dan tax bagi perusahaan-perusahaan multinasional Eropa di Indonesia," ujar Andy William.

Menurutnya, diskriminasi sawit Indonesia tersebut sangat tidak masuk akal karena sertifikasi produk sawit Indonesia melalui RSPO (Roundtable Sustainable Palm Oil) dan ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil) sudah dilakukan terutama prinsip-prinsip terhadap penghormatan terhadap HAM dan lingkungan hidup.

Andy William juga menambahkan ekspor sawit Indonesia ke Uni Eropa sekitar 25 persen dari total eksport CPO Indonesia tetapi cukup berpengaruh bagi lebih kurang 17 juta pekerja sawit, dimana 5 juta pekerja yang terlibat langsung dan 12 juta pekerja yang tidak terlibat langsung dalam proses produksi sawit mulai dari hulu ke hilir.

"Selain itu diskriminasi tersebut perlu disikapi secara bijak dan lapang dana guna menyiapkan langkah antisipasi kongkret dalam melawan kebijakan tersebut," tutup Kordinator JAPBUSI (Jaringan Pekerja/Buruh Sawit Indonesia) ini.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Samsung Solve for Tomorrow 2024, Momentum untuk Dorong Peningkatan Literasi Digital

Sabtu, 27 April 2024 | 11:48

Paguyuban Warung Madura: Harusnya Kami Dilindungi Bukan Diberangus!

Sabtu, 27 April 2024 | 11:36

PIS Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2

Sabtu, 27 April 2024 | 11:18

Sam Altman hingga Sundar Pichai Gabung Dewan Keamanan AI Amerika Serikat

Sabtu, 27 April 2024 | 10:59

OASA Perkuat Modal di Anak Usaha Rp69 Miliar

Sabtu, 27 April 2024 | 10:41

Ilham Bintang: Prabowo Siap-Siap Beli Obat Anti Resah

Sabtu, 27 April 2024 | 10:37

Induk Perusahaan Google Bagi-bagi Dividen untuk Pertama Kali

Sabtu, 27 April 2024 | 10:29

KPU Sewa 8 Kantor Hukum Hadapi Perselisihan Pileg 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20

Blinken: Amerika Tidak Bermaksud Menghambat Tiongkok Lewat Pembatasan Ekspor Chip

Sabtu, 27 April 2024 | 10:18

Realisasi Anggaran untuk IKN Capai Rp4,3 Triliun per April 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:02

Selengkapnya