Berita

Salah Satu Siluman/Net

Pertahanan

Siluman: Bukan Soal Ukuran Tapi Bentuk Dan Material

MINGGU, 24 MARET 2019 | 22:45 WIB | LAPORAN: A KARYANTO KARSONO

. Bakal dikepungnya wilayah udara Indonesia oleh jet-jet tempur “siluman” dari sisi selatan dan utara, mencuatkan topik perihal kemampuan alat utama sistem senjata (alutsista) canggih tersebut.

Seperti diketahui, Australia dan Singapura adalah dua negeri jiran Indonesia yang akan segera diperkuat  jet tempur F-35 Lightning II berkemampuan “stealth” (berteknologi “siluman”). Bahkan dua dari 72 unit pesanan Australia sudah ada di Lanud Williamtown, Sydney, Australia sejak Desember 2018 lalu.

Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan teknologi siluman atau stealth? Benarkah pesawat berteknologi siluman tidak dapat dideteksi oleh radar?


Masih banyak khalayak yang keliru soal stealth. Siluman itu sendiri sebenarnya istilah populer awam. Terminologi yang resmi dipakai dalam sains maupun kemiliteran adalah “low observable”. Artinya sulit dijejak, baik oleh radar maupun perangkat penginderaan lainnya. Dan yang paling penting, wahana yang memiliki sifat siluman, sesungguhnya bukan berarti sama sekali tidak dapat terdeteksi radar.

Agar sulit dijejak (low observable), wahana stealth didesain dengan bentuk dan material yang mampu memperkecil pantulan gelombang radar serta memiliki emisi panas dan suara yang rendah.  Radar berkekuatan tinggi masih mampu mendeteksi pesawat berteknologi siluman.  Hanya saja dalam jarak yang jauh lebih kecil dari jangkauan normal.

Begini. Misal sebuah radar berkekuatan tinggi mampu mendeteksi keberadaan jet tempur “non-stealth” seperti F-16 ketika jaraknya masih sejauh 200 kilometer. Dihadapkan pada pesawat siluman, radar itu hanya mampu mendeteksinya, ketika sudah sejarak beberapa kilometer saja. Di sini langsung terlihat keunggulan sifat siluman. Bahkan dengan kecepatan rendah sekalipun, jarak “beberapa kilometer” membuat satuan pertahanan udara (hanud) nyaris mustahil untuk sempat bereaksi.

Amerika Serikat diakui masih yang terdepan dalam teknologi stealth. Ironisnya, penggagas teori stealth sesungguhnya dari Uni Soviet (sekarang Rusia), rival bebuyutan Amerika.

Merujuk Pyotr Ufimtsev, pakar matematika-fisika Soviet dalam makalah berjudul "Method of Edge Waves in The Physical Theory of Diffraction" (Tahun 1964). Sesungguhnya, bahwa intensitas pantulan balik gelombang radar, tergantung pada konfigurasi bentuk maupun material obyek yang bersangkutan, bukan ukurannya.

Jadi stealth, walau pun berukuran besar layaknya pesawat, tetap dapat lolos dari deteksi radar, asalkan bentuk dan material yang digunakan tepat.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya