Berita

Foto/Net

Politik

Pernyataan KH Anwar Iskandar Provokatif, Bingkai Perbedaan Pilpres Sebagai 'Pertempuran'

SELASA, 19 MARET 2019 | 09:23 WIB | LAPORAN: TUAHTA ARIEF

Pernyataan KH Anwar Iskandar di hadapan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 01 Maaruf Amin dan puluhan Kiai lainnya dinilai sangat provokatif dan bernuansa memecah belah umat.
Berita Terkait

Demikian disampaikan Sekretaris DPD Partai Gerindra Jawa Timur Anwar Sadad seperti dilansir RMOLJatim (Selasa, 19/3).

Pernyataan itu terekam dalam video lalu viral. Diduga yang memberikan ceramah itu adalah KH Anwar Iskandar.

Pernyataan itu terekam dalam video lalu viral. Diduga yang memberikan ceramah itu adalah KH Anwar Iskandar.

"Arah dari pernyataan itu dapat dibaca dengan jelas, beliau ingin mengatakan bahwa di belakang Paslon 02 ada kekuatan Islam (lain) yang berkonsolidasi dan sedang membangun kekuatan untuk menjadikan Islam mainstream dan para Ulama NU (yang diklaim berada di belakang Paslon 01) sebagai ‘fosil’ di masa depan," kata Sadad dalam keterangan tertulisnya yang diterima redaksi, sesaat lalu (Selasa, 19/3).

Sadad menegaskan, pernyataan tersebut seakan membuat garis batas antara ‘kami’ dan ‘kalian’.

"Ini seperti membangun kembali tembok tribalisme yang telah dengan sekuat-tenaga dirobohkan di zaman Rasulullah SAW," tegas Sadad.

Padahal, sambung Sadad, muqaddimah Qanun Asasi Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari dibuka dengan ide tentang ijtima’, taaruf, ittihad, dan taaluf.
 
"Qanun Asasi bagi warga NU adalah spirit perjuangan, sudah seharusnya dihayati dalam perilaku berjamiyah," tambah Sadad.

Sadad juga menyayangkan sikap KH Anwar Iskandar, sebagai ulama membingkai perbedaan pilihan dalam Pilpres sebagai ‘pertempuran’ kelompok Ahlussunnah Waljamaah vis-a-vis Non-Ahlussunnah Waljamaah.

"Lalu berilusi bahwa kekalahan pihaknya dalam pilpres nanti akan berdampak pada kehancuran kekuatan Islam Ahlussunnah Waljamaah di bumi nusantara. Ini kan seperti menutup mata terhadap fakta banyak tokoh-tokoh NU, beberapa di antaranya bahkan adalah keturunan langsung para pendiri NU, yang dengan tegas memihak Paslon 02," sergah Sadad

Bagi Sadad, seharusnya akan jauh lebih bijak jika KH Anwar Iskandar membingkai perbedaan pilihan Pilpres sebagai perbedaan ijtihad politik. Sebagai ijtihad selalu ada ruang untuk berbeda.

Ruang bagi perbedaan aspirasi politik bagi Warga NU diizinkan asalkan berjalan dalam suasana persaudaraan, tawadhu’, dan saling menghormati sebagaimana tercantum dalam ‘Sembilan Pedoman Politik Warga NU yang menjadi Keputusan Muktamar NU XXVIII di Krapyak Yogyakarta Tahun 1989,” tutur Sadad.

Lebih naif lagi KH Anwar Iskandar menyatakan jika paslon 01 kalah maka tidak akan ada lagi tahlil dan zikir di Istana Negara. Ini a-historis. Memangnya sejak kapan tahlil dan zikir bergantung pada kekuasaan? Tahlil dipraktikkan oleh umat Islam di nusantara ini sejak Indonesia belum lahir,” imbuh Sadad.

Sadad mengatakan, zikir di Istana oleh para ulama pada dasarnya bukan tradisi yang lazim dipraktikkan oleh ulama salaf. Keterangan tentang hal itu dengan mudah dijumpai dalam kitab-kitab kuning yang dipelajari di pesantren. Politikus Partai Gerindra ini yakin Kiai Anwar mengerti hal tersebut.

Sadad menambahkan, perbedaan pilihan politik warga NU dalam pilpres tak bisa terelakkan lagi. Yang seharusnya dilakukan sebagai tim pemenangan, menurutnya, adalah memberikan pencerahan kepada umat, bukan provokasi umat.

Politik adalah instrumen untuk merebut kekuasaan, dan kekuasaan sebagaimana termaktub dalam teks al-kutub al-mu’rabarah (kitab-kitab yang autentik) musti diorientasikan untuk ‘menjaga’ Agama (hirāsat al-dīn) dan ‘mengelola’ kepentingan dunia (siyāsat al-dunyā). Mestinya kita sepakati untuk menjaga kualitas demokrasi sebagai hi-politics, bukan politik murahan yang dipenuhi omong kosong dan provokasi,” demikian Sadad.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

UNJ Gelar Diskusi dan Galang Donasi Kemanusiaan untuk Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:10

Skandal Sertifikasi K3: KPK Panggil Irjen Kemnaker, Total Aliran Dana Rp81 Miliar

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:04

KPU Raih Lembaga Terinformatif dari Komisi Informasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:41

Dipimpin Ferry Juliantono, Kemenkop Masuk 10 Besar Badan Publik Informatif

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:13

KPK Janji Usut Anggota Komisi XI DPR Lain dalam Kasus Dana CSR BI-OJK

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:12

Harga Minyak Turun Dipicu Melemahnya Data Ekonomi China

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:03

Kritik “Wisata Bencana”, Prabowo Tak Ingin Menteri Kabinet Cuma Gemar Bersolek

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:56

Din Syamsuddin Dorong UMJ jadi Universitas Kelas Dunia di Usia 70 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:54

Tentang Natal Bersama, Wamenag Ingatkan Itu Perayaan Umat Kristiani Kemenag Bukan Lintas Agama

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:46

Dolar AS Melemah di Tengah Pekan Krusial Bank Sentral

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:33

Selengkapnya