Berita

Salamuddin Daeng/Net

Publika

Utang Pemerintah Jadi Sandaran Utama Ekonomi Indonesia

SENIN, 18 MARET 2019 | 22:20 WIB | OLEH: SALAMUDDIN DAENG

MEMANG banyak pemerintahan negara di dunia punya utang, termasuk pemerintahan negara negara maju. Namun ketika utang pemerintah menjadi tumpuan dalam segala hal kehidupan negara itu, maka itu sudah sangat membahayakan.

Utang bukan hanya menciptakan ketergantungan tapi juga sekaligus menghancurkan.

Itulah yang terjadi dengan Indonesia saat ini. Utang pemerintah telah menjadi sandaran. Bahkan untuk menopang cadangan devisa dan nilai tukar, yang seharusnya kedua hal tersebut ditopang oleh kinerja makro ekonomi yakni investasi dari luar negeri dan surplus perdagangan.

Tapi, sekarang cadangan devisa dan nilai tukar ditopang oleh utang pemerintah.

Mengapa terjadi? Karena segala lini ekonomi Indonesia defisit. Neraca perdagangan defisit, neraca migas defisit, neraca jasa defisit, neraca pendapatan primer defisit, akibatnya neraca transaksi berjalan defisit dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) defisit. Indonesia mengalami apa yang disebut dengan double deficit yang parah.

Pertanyaan mendasar adalah apa urgensinya pemerintah berutang? pemerintah adalah administratur negara. Utang hanya digunakan untuk gaji pejabat negara. pemerintah bukan badan bisnis, tidak bisa berinvestasi, tidak boleh mencari untung.

Jika pemerintah berutang besar,maka sudah pasti rakyat dan bangsa jadi korban. Pemerintah akan memungut pajak habis-habisan dan menyerahkan kekayaan alam ugal-ugalan kepada swasta sebagai ucapan untuk mendapatkan royalti agar dapat membayar utang.

Pemerintah akan cari untung sebesar-besarnya dari hajat hidup orang banyak. Ini sangat membahayakan keselamatan bangsa, rakyat, dan negara.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) utang luar negeri pemerintah sampai akhir tahun 2018 mencapai Rp 2.644 triliun. Selama pemerintahan Jokowi utang luar negeri pemerintah telah bertambah Rp 802 triliun lebih (diukur dengan kurs Rp 14.200 per dolar AS). Ini adalah tambahan yang besar karena tambahanya mencapai 30 persen dari utang luar negeri pemerintah sejak Indonesia merdeka.

Sementra utang dalam negeri pemerintah dari surat utang negara saat ini (Februari 2019) mencapai Rp 2.082 triliun. Sepanjang pemerintahan Jokowi utang dalam negeri meningkat sebesar Rp 975 triliun dan meningkat dalam Januari dan Februari tahun 2019 sebesar Rp 94,3 triliun.

Ini adalah peningkatan yang sangat besar karena tambahan yang terjadi pada era pemerintahan Jokowi mencapai 47 persen atau hampir separuh sejak disahkan UU 24/2002 tentang Surat Utang Negara. Hampir separuh surat utang negara dipegang investor asing.

Kecenderungan meningkatnya  utang pemerintan bukan hanya untuk menutup defisit anggaran negara, tapi utang pemerintah menjadi sandaran untuk menopang ekonomi yang terus memburuk, termasuk di dalamnya menahan ambruknya nilai tukar dan menjaga ketersediaan devisa

 Sebagaimana dilansir berbagai media bahwa cadangan devisa Februari 2019 menjadi 123,3 miliar dolar AS berkat penerbitan surat utang, di antaranya sukuk wakalah sebesar 2 miliar dolar AS (sukuk wakalah berdasar pada dana haji).

Untuk pertama kali dalam sejarah Indonesia teori cadangan devisa bertambah dari utang mendapatkan pembenaran.

Ibarat kata “karena pendapatan tidak cukup untuk makan, maka utang jadi sandaran utama, akibatnya makan pun tak cukup gizi, hasilnya gizi buruk, busung lapar, stunting, sementara utang terus menggunung”. Ngenes.

Penulis adalah peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Pendapatan Garuda Indonesia Melonjak 18 Persen di Kuartal I 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:41

Sidang Pendahuluan di PTUN, Tim Hukum PDIP: Pelantikan Prabowo-Gibran Bisa Ditunda

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:35

Tak Tahan Melihat Penderitaan Gaza, Kolombia Putus Hubungan Diplomatik dengan Israel

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:34

Pakar Indonesia dan Australia Bahas Dekarbonisasi

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:29

Soal Usulan Kewarganegaraan Ganda, DPR Dorong Revisi UU 12 Tahun 2006

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:25

Momen Hardiknas, Pertamina Siap Hadir di 15 Kampus untuk Hadapi Trilemma Energy

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:24

Prabowo-Gibran Diminta Lanjutkan Merdeka Belajar Gagasan Nadiem

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:16

Kebijakan Merdeka Belajar Harus Diterapkan dengan Baik di Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:06

Redmi 13 Disertifikasi SDPPI, Spesifikasi Mirip Poco M6 4G

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:59

Prajurit TNI dan Polisi Diserukan Taat Hukum

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:58

Selengkapnya