Berita

Super Hercules C-130J/Net

Pertahanan

Mengintip Pesawat Angkut Taktis Super Hercules Untuk TNI AU

SELASA, 12 MARET 2019 | 15:58 WIB | LAPORAN: A KARYANTO KARSONO

. Ada pepatah “don't judge the book by its cover” (jangan menilai buku dari sampulnya). Ada alat utama sistem senjata (alutsista) yang tak bisa dinilai dari penampilan fisik luarnya saja. Tampang bolehlah sama, tapi isi dan kemampuan bisa saja beda. Bahkan sangat mungkin perbedaannya sangat jauh.

Itu pula yang terjadi pada Hercules. Pesawat angkut berat taktis legendaris ini meluncurkan varian atau generasi terbaru, Hercules C-130J. Kabarnya sebentar lagi akan memperkuat jajaran TNI AU.

C-130J Super Hercules bukan sekedar varian terbaru atau sekedar “lanjutan” dari Hercules C-130H (tipe yang diproduksi sebelumnya). Antara C-130J dan C-130H  terdapat perbedaan yang sangat jauh, meski “tampang” kedua varian itu sangat mirip.


Perbedaan drastis bisa dilihat dari performa C-130J. Super Hercules ini jauh melebihi superior C-130H. Misalnya soal jangkauan terbang, C-130J bisa menempuh jarak lebih jauh 40 persen, dibanding C-130H. Kecepatan jelajah C-130J juga lebih besar 20 persen. Dan tak kalah penting, pada rentang berat muatan yang sama, C-130J hanya perlu panjang landasan kurang dari dua per tiga panjang landasan yang dibutuhkan C-130H untuk lepas landas.

Perbedaan kelengkapan dan fitur C-130J dan tipe sebelumnya sangat banyak. Namun pada intinya, ada lima aspek atau bagian utama yang berbeda signifikan dengan versi terdahulu. Bagian kokpit, sistem elektronik penerbangan atau avionik, mesin, ruang kargo, dan sistem pertahanan diri.

Kokpit C-130J didominasi layar digital. Tersedia HUD (Head Up Display) untuk kedua awak penerbang (pilot dan kopilot), mirip perangkat yang ada di kokpit pesawat tempur. Kecanggihan kokpit varian C-130J membuat sang legendaris hanya membutuhkan dua penerbang. Pilot dan kopilot. Flight Engineer  yang tadinya ada pada varian sebelumnya, dihilangkan.

Avionik C-130J selain canggih juga didesain bersifat open architecture. Sehingga bisa di-upgrade dengan mudah. Pihak Lockheed Martin (pembuatnya) hingga kini masih terus melakukan pengembangan perangkat lunak (software) untuk C-130J. Ini diperlukan untuk misi-misi C-130J yang diperluas.
 
Nah, pada mesin, C-130J yang berubah drastis. Selain daya mesin yang jauh lebih besar, konfigurasi baling-baling atau propelernya pun berbeda. Baling-baling C-130J memiliki enam bilah, sementara tipe C-130H hanya empat bilah. Baling-baling baru seluruhnya dibuat dari komposit. Berbentuk melengkung agar lebih menurunkan level kebisingan.

Meninjau ruang kargo, terdapat sistem manajemen kargo otomatis, terkomputerisasi. Disebut ECHS (enhanced cargo handling system). Kecanggihan ECHS membuat proses penanganan kargo C-130J dapat dilakukan hanya oleh seorang loadmaster. Jadi secara keseluruhan C-130J hanya membutuhkan tiga orang awak, yaitu dua penerbang dan satu loadmaster.

Pembeda utama kelima adalah sistem pertahanan diri (self defense system). Pada tipe Hercules sebelumnya, perangkat ini memang bisa ditambahkan belakangan. Namun pada C-130J sistem ini sudah tersedia dari pabriknya.

Sistem pertahanan diri standar untuk C-130J meliputi An/AAR-47 Missile Warning System, AN/ALR-56M Radar Warning System, AN/ALE-47 Countermeasures Dispensing System (mampu melepas chaff, flares dan decoy), dan AN/ALQ-157 Infra-Red Countermeasures/Jamming System.

Salah satu hal terpenting yang menunjukkan perbedaan besar C-130J Super Hercules dibanding versi sebelumnya adalah rating penerbang. Di AU AS misalnya, penerbang C-130H harus mendapat pelatihan khusus sebelum menerbangkan C-130J.

Lebih khusus lagi, penerbang C-130J tidak diijinkan untuk kembali menerbangkan C-130H. Maksudnya untuk meminimalisir resiko kecelakaan karena perbedaan karakteristik kedua tipe itu. Dalam jajaran AU AS kedua tipe ini pun tak pernah disatukan keberadaannya dalam satu skadron.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya