Berita

Ilustrasi

Pertahanan

‘Dogfight’ Di Era Rudal, Kemampuan Pilot Sangat Menentukan

JUMAT, 08 MARET 2019 | 16:46 WIB | LAPORAN: A KARYANTO KARSONO

Serangan udara Angkatan Udara (AU) India ke wilayah Pakistan diklaim sukses. Sebaliknya, Pakistan pun mengklaim keberhasilan AU mereka merontokkan jet tempur India.

Serangan udara AU India yang dimulai pada 26 Februari 2109 lalu dikumandangkan berhasil merontokkan beberapa jet tempur F-16 Fighting Falcon AU Pakistan, sebelum akhirnya sebuah MiG-21 Bison milik AU India ditembak jatuh jet Pakistan.

Dikabarkan, Komandan Wing Abhinandan Varthaman yang menjadi salah satu pilot MiG-21 sempat jadi tawanan selama tiga hari, sebelum dibebaskan pihak Pakistan.


Bila informasi yang beredar itu benar, klaim MiG-21 AU India berhasil merontokkan F-16 Fighting Falcon AU Pakistan, maka sebuah “rekor” baru tercipta. Di mana pesawat tempur generasi keempat (F-16) berhasil dikalahkan oleh jet tempur generasi ketiga (MiG-21).

Dari segi avionic, memang perbedaan kedua jet tempur itu tidaklah terlalu seperti “langit dan bumi”. Pasalnya, dalam satu dekade terakhir armada MiG-21 India system avioniknya di-upgrade. Walau demikian, tetap saja, usia pesawat tidaklah bisa dilawan. Intinya, MiG-21 bukanlah alutsista berusia muda, sementara F-16 AU Pakistan (apalagi jika yang dikerahkan adalah tipe F-16C/D) jelas masih berusia “segar”.

Seorang pilot tempur militer, kepada Kantor Berita Politik RMOL, mengungkapkan, bahwa kemungkinan tersebut masih sangat mungkin. Di era sekarang di mana jet-jet tempur sudah mengandalkan rudal, baik jarak jauh maupun jarak pendek.

“Kemungkinan terjadinya pertempuran jarak dekat antar pesawat tempur atau yang dikenal dengan istilah 'dogfight', masih besar,” ujarnya.

Di era sekarang, peran rudal udara ke udara jarak menengah-jauh dalam pertempuran udara (antar pesawat tempur) memang amat vital, bahkan bisa dikatakan jadi penentu. Meski disebut rudal jarak pendek sekalipun, namun memiliki jangkauan belasan mil.

Pertempuran udara jarak dekat atau yang dikenal dengan 'dogfight' masih mungkin terjadi. Yang menentukan pemenang duel jarak dekat, bukan hanya faktor jenis atau generasi pesawat tempur. Penentu kemenangan dalam 'dogfight' antara lain: tenaga (power) mesin yang besar (thrust-to-weight ratio minimal 1:1), kemampuan high-G maneuver, jarak pandang dari kokpit (cockpit visibility) yang baik, kemampuan belok cepat (rate of turn besar) dan radius belok (radius of turn) yang kecil.

Dengan demikian, pesawat tempur generasi ketiga sekalipun bisa merontokkan pesawat tempur generasi keempat, bila dibekali syarat-syarat kemampuan tadi.

“Tapi jangan lupa, faktor kemampuan pilot pesawat alias “the man behind the gun”, sangat menentukan,” tuturnya.

Dalam dogfight, pilot dituntut mampu berpikir cepat, instan tapi juga tepat. Selain kondisi fisik pilot wajib prima, terutama daya tahan tubuh dalam menahan beban akibat manuver ekstrem, sambil tetap berpikir simultan.

“Mata harus awas, tajam dan cepat fokus. Pilot tempur juga dituntut memiliki cara pandang terhadap ruang 3 dimensi yang tinggi, karena jika sedang bermanuver, mata tak hanya melihat instrumen dalam kokpit tapi harus tetap fokus terhadap lawan,” jelasnya.

Sehingga dengan tubuh dan pikiran yang “menyatu” dengan pesawat, sang pilot bisa merasakan, apakah pesawat sedang dalam kondisi terbalik, jungkir, naik atau menukik, bahkan tanpa mata melihat ke horison. Mata terfokus penuh kepada lawan dan situasi di luar.

Dalam dogfight, rumusan fokus mata pilot adalah 10:90, di mana hanya 10 persen mata pilot melihat ke dalam utk melihat instrumen. Sementara 90 persen digunakan untuk melihat luar, yaitu posisi lawan dan juga posisi kawan.

“Jika”resep” ini mahir dikuasai, pilot jet tempur takkan takut menghadapi jenis pesawat tempur apapun, karena potensi menang selalu ada,” ungkapnya.


Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya