Berita

Sun Tzu/Net

Publika

Sun Tzu, Sosial Media Dan Debat Digital

SENIN, 18 FEBRUARI 2019 | 12:41 WIB

BERTEBARAN! Berbagai meme dari kepingan potongan sesi debat Pilpres di jagad digital, dimainkan oleh para pendukung kandidat.

Di dunia maya, perdebatan sengit terjadi antar kubu yang berseberangan. Teknologi dijadikan sarana untuk mendorong perluasan paparan komunikasi, bahkan bot, buzzer berseliweran bersama dengan user organik bisa saling berjibaku atau malah bahu membahu.

Itulah realitas dunia sosial media sebagai medan tempur baru.


Lantas trending topic dan hashtag menjadi alat ukur. Meski dikepung fake account yang ditengarai dipergunakan untuk menambah keriuhan, tentu saja pemenangan opini ditentukan pada akhirnya ditangan para pemilih langsung.

Bisa jadi, tidak terepresentasi secara akurat melalui peta dunia online. Meski begitu, apa yang nampak di sosial media tidak dapat dihiraukan begitu saja.
Di tingkat yang minimal kita mendapatkan sekilas voice over noise yang terdeteksi. Tentu saja dibutuhkan kemampuan pembacaan data, sekaligus interpretasi sosio psikologisnya.

Debat politik yang disiarkan secara langsung melalui media massa, sedikit banyak akan memberikan pengaruh persuasi, khususnya kepada pemilih yang masih mungkin berpindah -swing voters maupun yang belum menentukan pilihan -undecided voters.

Situasi tersebut berbeda dari pemilih yang sudah menjatuhkan pilihan dan dukungan, kelompok ini akan terasosiasi kuat pada pasangan calon.

Terlebih pasangan yang berkontestasi, seolah merupakan perulangan Pilpres 2014, sehingga gerbong fans and followers menjadi tipikal secara dikotomi.

Akankah efektif? Kondisinya akan sangat bergantung pada bagaimana tim dan mesin kampanye masing-masing kandidat dapat mengelaborasi pasca debat kali ini menjadi sebuah sentimen positif.

Kemampuan mengemas -packaging, dapat dibentuk melalui framing terhadap isu-isu sensitif serta kontroversial yang mencuat dan terangkat di dalam debat. Maka evaluasi sepintas atas meme menjadi menarik untuk dilihat, sebagai petanda didunia maya.

Sekilas, kita dapat melihat keseragaman bentuk meme dari pendukung petahana, tampak bahwa terdapat persiapan yang cukup untuk membentuk infografis dan tim digital yang responsif secara update, sehingga formatnya menjadi tunggal untuk dapat direplikasi, melalui amplifikasi retweet ataupun repost serta share di sosial media.

Sementara hal yang berbeda terjadi di kubu penantang, sifatnya sporadis, tidak baku dalam template, mempergunakan kreatifitas individual dan tidak terorganisir.

Jika begitu, maka siapa yang dapat dinyatakan memenangkan pertarungan? Tergantung perspektif yang dipergunakan.

Bila ukuran yang dipakai adalah massifikasi gerakan, maka petahana juara. Tetapi bila orisinalitas dan otentisitas yang dipakai, kubu penantang tampak maksimal mendorong stimulasi pendukung untuk menjadi kontributor atas skema user generated content -partisipasi dan kesukarelaan.

Politik adalah soal legitimasi dukungan, dan penentuan terjadi bersamaan dengan pembentukan opini publik sesaat setelah debat berlangsung.

Siasat Sun Tzu

Dalam hal ini politik ditamsilkan sebagai perang tanpa senjata, dan pemenang perang adalah penakluk yang dapat mengalahkan lawan, bahkan dengan menggunakan strategi tanpa terjadi peraduan fisik.

Pada kajian strategi, Sun Tzu menawarkan konsepsi kesempurnaan pengetahuan dalam memenangkan pertarungan, yakni: (a) kenali kawan, (b) ketahui lawan, (c) identifikasi medan laga, dan (d) kuasai diri sendiri.  

Banyak aspek yang menjadi kunci penentu secara kompleks, dan hal tersebut adalah prioritas agenda kerja tim serta mesin pemenangan.

Lalu bagaimana debat kedua semalam? Sekurangnya analisis Sun Tzu dapat dipergunakan.

Pertama: soal kawan maka supporter masing-masing kandidat, termasuk anggota partai pendukung harus menjadi bagian yang solid, sehingga apa yang diterangkan kandidat pada saat debat, harus mampu pula diterangkan ke lapisan bawah tersebut.

Bukankah kriteria kawan tidak dapat berpindah pilihan? Dalam komunikasi terdapat efek pesan yang bergaung, bila paparan informasi yang berlawanan keras menerpa pihak kawan, bisa jadi suatu titik akan mendapatkan celah persuasi pembenaran.

Pada poin kedua: pihak lawan, baik petahana maupun penantang bisa memanfaatkan ruang kosong dari kesalahan logika masing-masing. Apa yang mengemuka dari perdebatan semalam dimaknai sebagai adu data bagi petahana, dan adu kata bagi penantang.

Jelas karena incumbent dilengkapi dengan kelengkapan data serta informasi, meski sangat terkesan terlalu teknis dan bersifat hafalan, tetapi data bisa menjadi amunisi.

Di sisi lain bagi penantang konsep besar dapat dimaknai sebagai prinsip dasar yang berbeda menjadi tawaran alternatif. Sehingga dalam cara yang berkebalikan, data dan kata bisa dijadikan sebagai bumerang serangan bagi keduanya.

Di titik ketiga: mengetahui medan pertempuran, bahwa debat terkoneksi pada kelompok perkotaan yang modern, terkonsentrasi di Jawa, dengan akses informasi terbuka, baik untuk lapisan muda dan tua.

Sementara, debat dapat pula dimaknai berbeda pada kelompok pedesaan dan tradisional, berasosiasi non Jawa. Dengan begitu harus ada upaya infiltrasi gagasan yang melekat, dan tidak menyandarkan sisi pada kemenangan wacana terlebih hanya di ruang sosial media semata.

Kelompok yang sebelumnya dikarakteristikan sebagai lapisan apolitis seperti para pemuda, pemilih pemula, kaum millennials perlu di touch up agar lebih dekat dengan figur kandidat.

Untuk bagian keempat: hal ini terkait dengan persona individu, bahwa karakter dalam watak kandidat harus ditampilkan utuh. Bisa dibantu dengan tim pembentuk citra, tetapi baseline pada pondasi dasarnya tidak menghilangkan keaslian jati diri.

Debat membutuhkan kelihaian, mampu merespon secara sigap, memberi jawab yang lugas dan tangkas dalam mengajukan pertanyaan. Perlu jam terbang yang tinggi dan terbiasa dengan diskusi mendalam. Sekaligus mampu berpikir kritis, dalam kesadaran untuk mengendalikan faktor emosi psikologi, sebagai sebuah bentuk dari kematangan kepemimpinan

Kombinasi melalui keempat poin Sun Tzu tersebut, upaya strategi pemenangan dapat lebih terukur dan terarah. Hal tersebut dapat diimplementasikan, pada laga debat yang masih tersisa nanti.

Kalau begitu, kita kembali ke pertanyaan siapa pemenang debat kali ini? Tentu yang paling minimal melakukan blunder dalam pemakaian data dan kata, serta menunjukan gagasan besar dalam konsepsi pengelolaan negara.

Detail jelas diperlukan, tetapi tidak menghilangkan esensi atas kepemimpinan yang bukan hanya sekedar manajerial aspek! [***]


Yudhi Hertanto

Program Doktoral Ilmu Komunikasi Universitas Sahid

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Tiga Jaksa di Banten Diberhentikan Usai jadi Tersangka Dugaan Pemerasan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:59

Bakamla Kukuhkan Pengawak HSC 32-05 Tingkatkan Keamanan Maritim

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:45

Ketum HAPPI: Tata Kelola Sempadan Harus Pantai Kuat dan Berkeadilan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:05

11 Pejabat Baru Pemprov DKI Dituntut Bekerja Cepat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:51

Koperasi dan Sistem Ekonomi Alternatif

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:24

KN Pulau Dana-323 Bawa 92,2 Ton Bantuan ke Sumatera

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:50

Mutu Pangan SPPG Wongkaditi Barat Jawab Keraguan Publik

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:25

Korban Bencana yang Ogah Tinggal di Huntara Bakal Dikasih Duit Segini

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:59

Relawan Pertamina Jemput Bola

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:42

Pramono dan Bang Doel Doakan Persija Kembali Juara

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:25

Selengkapnya