Musim hujan datang. Banjir mengancam. Namun, pembangunan waduk justru terhenti. Seperti pembangunan Waduk Kampung Rambutan.
Lahan bakal Waduk Kampung Rambutan, berada di Kelurahan Kampung Rambutan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Tepatnya, berada di Jalan Bungur XII, RT 17, RW 6.
Tak sulit menemukannya. Letaknya tak jauh dari jalan besar, Jalan Bungur. Jaraknya dari Terminal Kampung Rambutan, tak sampai satu kilometer (Km).
Lahan Waduk Kampung Rambutan, berada di tengah pemukiÂman penduduk. Cukup padat. Berada di sisi Kali Cipinang. Akses jalan menuju lahan itu, tak begitu besar. Tak sampai tiga meter lebarnya.
Waduk ini terlihat seperti dalam proses pengerjaan. Di depanÂnya terdapat plang tak begitu besar, yang menandakan lahan itu milik negara. Di balik plang itu, terlihat kubangan besar yang telah tergali. Sudah terisi air. Luasnya sekitar satu hektar.
Hari itu, tak tampak ada pekerjaan. Padahal, lima buah ekskavator milik Pemprov DKI terparkir di lahan itu. Di dekat ekskavator, sebuah bedeng beruÂkuran tak begitu besar, didirikan. Ada beberapa pekerja yang tamÂpak berada di bedeng tersebut.
Lahan yang telah terisi air, diÂmanfaatkan warga sekitar untuk berbagai kegiatan. Salah satuÂnya mancing. Menjelang sore, para pemancing berdatangan. Lengkap dengan alat pancing dan umpan. Tak jauh dari para pemancing, anak-anak bermain di gundukan tanah. Warga lainÂnya, duduk-duduk santai meÂmandangi lahan waduk. Seperti yang dilakukan Nani.
Tak jauh dari bibir kubangan waduk, Nani bersantai. Menikmati sore sambil duduk di atas kursi kayu. Rumahnya sangat dekat dengan lahan waduk. Tapi, dia tak tahu apakah rumahnya akan terkena proyek itu atau tidak.
Bagi Nani, pembangunanwaduk itu adalah berkah tersendiri. Meski belum selesai, hasilnya sudah mulai tampak. Rumahnya, dan juga rumah warga di sekitarnya, tidak lagi kebanjiran.
Padahal biasanya, pada musim hujan, rumahnya kerap terendam. Apalagi, Kali Cipinang hanya berjarak 30 meter dari rumahÂnya. "Tinggi banjirnya, biasanya lebih dari setengah meter," tutur Nani, saat ngobrol-ngobrol.
Bekas banjir di rumahnya masih bisa dilihat. Masih terÂsisa bercak di dinding pagar rumahnya yang berkelir putih. "Sudah hampir setahun aman-lah. Proyek ini kan sebelum Lebaran tahun lalu," ucapnya.
Kembali ke belakang, tadinya lahan waduk dipenuhi rumah. Padat. Ada puluhan. Berada di RT yang sama. RT 17 RW 6. Sebelum dijadikan pemukiman, lahan sekitar tadinya sawah. Lalu berubah fungsi. "Diuruk, dibikin rumah," bebernya.
Meski mulai memperlihatkanhasil, Nani menyayangkan proyek terhenti. Dia berharap, proyek segera berlanjut. Soalnya, kubangan di lahan waduk, dia nilai cukup berbahaya. Tak ada pagar pembatas, meski sudah ada peringatan itu di tanah negara.
"Takutnya orang nyemplung ke air atau gimana gitu, kan bahaya," ucapnya.
Sepengetahuannya, proyek berhenti sejak bulan lalu. Alasan yang didengarnya, terkait anggaÂran. Dia malah menduga, proyek bakal berlanjut usai gelaran Pemilu nanti. "Mudah-mudahan sebelum Pemilu lanjut lagi," harapnya.
Tak Kunjung Selesai, Kumuh dan Jadi Sarang Nyamuk Pembangunan Waduk Kampung Rambutan, dipercaya bisa memberikan dampak dan manfaat besar. Terutama penÂanggulangan banjir luapan air Kali Cipinang.
Risma, warga yang ditemui di sekitar lahan waduk, mengaku sangat menanti rampungnya proyek itu. Agar, wilayahnya tak lagi banjir saat hujan tiba. Kata dia, saat hujan, air bisa masuk ke rumah.
"Jadi kalau ada waduk, berÂharapnya biar bisa tertanggulangi," ucap Risma.
Dia mengaku, rumahnya salah satu yang terkena pembebasan lahan, akibat pembangunan waduk ini. Makanya, dia ingin merasakan manfaatnya, meski rumahnya digusur dan harus pindah.
Saat ini, rumahnya berada lebihdekat ke Terminal Kampung Rambutan. "Tapi saya bingung, sampai sekarang belum jadi juga," lanjutnya.
Warga lainnya, Basir, berharap nantinya pembangunan ini memberikan manfaat besar buat warga sekitar. Apalagi, dia sudah rela direlokasi demi proyek itu. "Saya berharap satu saja sih, banjir bisa tertangani," ujar Basir.
Terhentinya proyek mengakibatkan dampak negatif lainnya. Salah satunya, nyamuk. Lurah Kampung Rambutan Dwi Widiastuti mengeluhkan hal itu. Dia mengeluh, pengerjaan pemÂbuatan waduk seluas 4,6 hektar tersebut lambat.
Menurut dia, molornya pengerjaan waduk, menyebabkan area di sekitarnya menjadi kuÂmuh. Selain itu, berpotensi besar menjadi sarang nyamuk demam berdarah dengue (DBD) saat musim hujan tiba.
Dwi menambahkan, hingga bulan Februari ini, sebanyak 10 orang warganya, positif menÂderita penyakit yang disebabkan nyamuk aedes aegypti itu. Kasus tertinggi, kata dia, berada di Kelurahan Ciracas. "Tapi, kalau di Kampung Rambutan sendiri tercatat ada 10 orang penderita DBD," jelasnya.
Ia pun berharap, pengerjaan waduk dapat segera dirampungÂkan. Agar wilayah di sekitarnya tak lagi kumuh. Kata dia, sudah banyak keluhan dari warga.
"Mereka semua berharap waduk cepat selesai, karena sudah beberapa tahun nggak jadi-jadi," tandasnya. ***