Berita

Foto/Net

On The Spot

Dari Pagi Sampai Siang Pak Pos Demo Di 3 Tempat

Telatnya Pembayaran Gaji Berbuntut Panjang
KAMIS, 07 FEBRUARI 2019 | 10:39 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Gejolak di PT Pos Indonesia berlanjut. Kemarin, ratusan pekerja PT Pos, atau biasa disebut Pak Pos, berunjuk rasa lagi. Sejumlah tuntutan mereka sampaikan. Antara lain, pergantian direksi karena telatnya pembayaran gaji.

 Jam belum menunjukkan pukul sembilan pagi, saat Deni Sutarya, tiba di depan Gedung Pos Ibu Kota Jakarta. Semangat terli­hat di wajahnya. Langkahnya bergegas. Dia mendapati re­kan-rekannya sudah lebih dulu sampai di depan gedung yang berada di Sawah Besar, Jakarta Pusat itu.

Deni mengenakan baju oranye. Khas pegawai PT Pos. Samaseperti ratusan rekannya yang ikut melakukan aksi. Tanpa ragu, Deni masuk ke kerumunan mas­sa. Dia ikut mengangkat tangannya, saat orator memekikkankalimat yang membangkitkan semangat massa.

Dua jam lebih dia berada di sana. Namun, wajah Deni belumterlihat lelah. Selanjutnya, Kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) jadi tujuan para Pak Pos. Aksi jalan kaki, alias long march jadi pilihan. Tak tampak keraguan, jarak sekitar 3 kilometer (Km) ditempuhnya.

Tak berbeda dengan di lokasi sebelumnya, di depan Kantor Kementerian BUMN, Pak Pos juga menyerukan tuntutan yang sama. Pergantian direksi. Hanya, kali ini ditujukan ke Menteri BUMN. Deni tak mau keting­galan. Sesekali dia ikut berteriak penuh semangat.

Dari Kementerian BUMN, para Pak Pos bergerak ke Istana untuk menyuarakan hal yang sama. Deni pun ikut serta aksi di tiga tempat ini, dari pagi hingga siang.

Deni, sebenarnya sudah ber­status Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sejak Agustus 2017. Namun, menurutnya, PHK itu tidak sah. Hingga kini, dia masih berjuang di Pengadilan Hubungan Industrial (PHI).

"Yang berhak menentukan saya PHK atau tidak, hakim PHI," ujar Deni, saat ngobrol.

Terkait kondisi saat ini, dia mengaku telah memprediksi sejak lama. Makanya, dia men­dukung apa yang diperjuangkan rekan-rekannya. Dia mendukung adanya pergantian direksi. Hal itu, tertuang dalam hasil pertemuan perwakilan massa dengansalah satu kepala bagian di Kementerian BUMN.

Pertemuan itu menghasilkan keputusan. Tapi, tidak dijelaskan waktu pelaksanaan keputusan itu. Hanya disebut, secepatnya. "Yang pasti, yang tahu kapan akan diganti itu kan Menteri BUMN dan Presiden," ujarnya.

Deni bilang, sejak bekerja di PT Pos Indonesia pada 1992, baru kali ini gaji tertunda. Biasanya, selalu dibayar tanggal 1, setiap bulan. Alasan penundaan, karena ada demonstrasi karyawan pada 28 Januari lalu, menurutnya, tak bisa diterima.

Pasalnya, gaji adalah hak dasar karyawan. Saat ini, jumlah karyawan PT Pos sekitar 28 ribu orang. "Ditambah keluarganya, ada berapa yang nggak makan? Nggak masuk akal," herannya.

Dia mensinyalir, aliran keuanganperusahan tengah ter­ganggu. Soalnya, tidak mungkin gajisampai tertunda. Katanya lagi, bulan ini bisa saja gaji ditunda dari tanggal 1 ke tanggal 4, tapi bulan depan belum ada kepastian. "Duit dari mana? Uang nggak ada. Pinjam lagi?" tanyanya.

Dia menambahkan, dalam pernyataan yang dibuat direksi tanggal 1 Februari 2018, demon­strasi mengganggu kemitraan perusahaan. Akibatnya, mitra menarik investasi. Perusahaan tidak jadi dapat pinjaman. Menurut Deni, itu berarti perusa­haan sudah mengakui tak punya uang. "BUMN macam apa? Masa untuk gaji harus pinjam," ujarnya.

Terpisah, PT Pos Indonesia menyatakan, penundaan pem­bayaran gaji baru pertama kali. Kepala Regional 4 Pos Indonesia Jakarta Pupung Purnama menga­takan, perusahaan memiliki ala­san terkait keputusan penundaan pembayaran gaji. "Ada beberapa poin," ujarnya.

Sebelumnya, PT Pos memberi pernyataan resmi tentangpenundaan gaji tersebut. Penundaan gaji dilakukan sebagai buntutdemo pegawai. "Sehingga, membuat perusahaan harus mengatur ulang kondisi keuangannya," ucapnya.

Tuntutan Pak Pos Didengarkan Anak Buah Menteri BUMN

Tiga tempat jadi lokasi demon­strasi Pak Pos yang tergabung dalam Serikat Pekerja Pos Indonesia Kuat Bermartabat (SPPI KB) di Jakarta, kemarin.

Ada ratusan Pak Pos yang ambil bagian. Bukan cuma dari Jakarta. Beberapa di antaranya, berasal dari luar kota.

Sejak pagi hari, massa berpakaianoranye telah memadati jalan di depan Gedung Pos Ibukota. Massa datang membawa spanduk.

Isinya, beberapa tuntutan terhadap perusahan. Meminta direksi diganti. Satu unit mobil komando, jadi tempat orator menyampaikan aspirasi.

Aksi berjalan kondusif. Beberapa aparat kepolisian dari Polsek Sawah Besar juga terlihat melakukan penjagaan di lokasi.

Selanjutnya, aksi bergeser ke kantor Kementerian BUMN. Sekitar jam 11 siang. Massa melakukan long march dari Gedung Pos Ibukota, ke kantor kementerian yang dipimpin Rini Soemarno itu.

Di sini, peserta aksi meminta Rini mengevaluasi kinerja jaja­ran direksi. Menurut massa, itu demi menyelamatkan PT Pos Indonesia dari masalah yang dihadapinya.

Wahab, salah seorang koordinator aksi dari SPPI KB menyebut, ada 1.000 orang yang ikut aksi di depan Kementerian BUMN. Para pekerja itu, jelas Wahab, berasal dari pegawai PT Pos Indonesia di sekitar Jabodetabek. Jumlahnya men­capai setengahnya.

"Setengah lagi dari luar Jabodetabek," ucap Wahab.

Di sini, 11 perwakilan massa diterima pihak Kementerian BUMN. Pertemuan berlangsung selama tiga jam. Mahmud, Kepala Bidang 1B Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN, menyebut, diterimanya perwakilan massa sebagai bukti keseriusan pihaknya.

"Kami memperhatikan. Kami sudah terima dan akan kami laporkan ke atasan," ujar Mahmud.

Sekitar jam 1 siang, massakembali melakukan long march. Kali ini, tujuannya Istana Merdeka. Tepatnya, Taman Pandang Istana. Namun, tak ada perwakilandari Istana yang bisa ditemui. Massa pun membubarkan diri sebelum jam 3 sore. ***

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Waspadai Partai Cokelat, PDIP: Biarkan Rakyat Bebas Memilih!

Rabu, 27 November 2024 | 11:18

UPDATE

Disdik DKI Segera Cairkan KJP Plus dan KJMU Tahap II

Sabtu, 30 November 2024 | 04:05

Israel dan AS Jauhkan Umat Islam dari Yerusalem

Sabtu, 30 November 2024 | 03:38

Isu Kelompok Rentan Harus Jadi Fokus Legislator Perempuan

Sabtu, 30 November 2024 | 03:18

Dorong Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Kadin Luncurkan White Paper

Sabtu, 30 November 2024 | 03:04

Pasukan Jangkrik Gerindra Sukses Kuasai Pilkada di Jateng

Sabtu, 30 November 2024 | 02:36

Fraksi PKS Usulkan RUU Boikot Produk Israel

Sabtu, 30 November 2024 | 02:34

Sertijab dan Kenaikan Pangkat

Sabtu, 30 November 2024 | 02:01

Bawaslu Pastikan Tak Ada Kecurangan Perhitungan Suara

Sabtu, 30 November 2024 | 01:48

Anggaran Sekolah Gratis DKI Disiapkan Rp2,3 Triliun

Sabtu, 30 November 2024 | 01:17

Mulyono Bidik 2029 dengan Syarat Jakarta Dikuasai

Sabtu, 30 November 2024 | 01:01

Selengkapnya