Berita

Dahlan Iskan

Seni Nego

MINGGU, 03 FEBRUARI 2019 | 06:36 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

INIKAH yang disebut seni negosiasi? Yang diklaim sebagai keahlian khusus Donald Trump? Sejak muda dulu? Sampai berhasil jadi konglomerat? Dan akhirnya jadi presiden Amerika?

Gebrak dulu. Dirundingkan belakangan. Ancam dulu dibicarakan kemudian.

Begitulah cara Trump menangani nuklir Korea Utara. Gebrak habis Kim Jong-Un. Sampai mau diserang secara fisik. Dengan kekuatan militer.


Hasilnya: pertemuan puncak di Singapura. Antara Trump dan Jong-Un. Korut pun sudah ngringkesi senjata nuklirnya.

Biar pun awalnya sangat mengkhawatirkan. Seperti akan mengancam keamanan dunia. Tapi hasilnya konkrit: Korut membongkar sendiri proyek nuklirnya.

Pun dengan Tiongkok.

Gebrak dulu. Dengan menaikkan pajak impor. Tanpa menghiraukan perjanjian internasional. Mengabaikan badan perdagangan dunia, WTO.

Gebrak dulu. Kirim kapal-kapal perang ke Laut Cina Selatan. Kirim kapal perusak ke selat Taiwan.

Gebrak dulu. Kuras emosi Tiongkok. Kirim pejabat tinggi ke Taipei. Ijinkan Presiden Taiwan mendarat di Los Angeles.

Gebrak dulu. Tangkap pimpinan puncak Huawei. Tuduh dulu dengan tuduhan pencucian uang dan pelanggaran dagang dengan Iran.

Tiongkok mencoba ganti menggebrak. Terjadilah perang dagang. Tapi akhirnya Tiongkok harus masuk meja perundingan.

Gebrak dulu Iran. Dengan pembatalan perjanjian internasional. Soal proyek nuklir Iran. Sangat sepihak. Tiba-tiba saja Trump tidak mengakui perjanjian itu. Mengabaikan tandatangan Presiden Obama. Tidak peduli negara-negara Eropa. Sahabatnya itu. Tidak diajak berunding lebih dulu.

Eropa marah pada Trump. Tapi juga tidak berani melawannya.

Gebrak dulu Ketua DPR Amerika, Nancy Pelosi. Dengan cara melarang pesawat angkatan udara penerbangkannya ke Eropa. Dan ke Iraq. Juga dengan ngambek: tidak mau tandatangan anggaran negara. Sampai mengakibatkan 25 persen instansi pemerintah pusat tutup.

Dan banyak lagi. Gebrak dulu. Rundingkan belakangan. Hukum tidak penting. Perasaan tidak dipakai. Pertemanan diabaikan. Solidaritas dicampakkan.

Itukah yang disebut seni bernegosiasi? Yang jadi unggulannya?

Korut sudah menyerah. Tiongkok sudah kelihatan melunak. Akan banyak keinginan Amerika yang diakomodasikan.

Perundingannya sendiri sudah selesai. Yang tahap dua itu. Yang di Washington itu. Delegasi Tiongkok sudah pulang: untuk merayakan Imlek.

Harus diakui: berarti Trump berhasil. Dengan cara apa pun. Mungkin Trump penganut filsafat kekacauan: kacaukan dulu. Hasil yang baik tidak harus dilakukan dengan cara yang baik.

Nancy Pelosi memang belum menyerah. Permintaan Trump ke DPR masih ditolak. Soal anggaran tembok perbatasan itu.

Eropa juga belum takluk.

Huawei masih sulit dikalahkan.

Memang Trump sudah diijinkan berpidato: State of the Union. Di depan rapat gabungan DPR-DPD. Tapi anggaran tembok perbatasannya belum ada tanda-tanda dikabulkan.

Eropa memang tidak terang-terangan melawan Trump. Minggu lalu masih cari akal untuk berkelit.

Inggris, Jerman, Perancis bertemu di Buchares. Merumuskan taktik baru: membentuk lembaga keuangan khusus. Untuk menangani transaksi dagang dengan Iran. Sebagai siasat ‘melawan’ Trump.

Nama lembaga itu adalah Instex: Instrument in Support of Trade Exchanges. Instexlah yang akan menangani lalu-lintas pembayaran antara Iran dengan negara-negara Eropa.

Saya khawatir cara gebrak dulu itu dianggap jalan menuju sukses. Lalu akan menjadi pola umum. Banyak ditiru.

Kita bisa bayangkan: apa jadinya kalau semua kepala negara melakukan itu.
Tender proyek bikin tembok bakal ramai di seluruh dunia. [***]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Wakil Wali Kota Bandung Erwin Ajukan Praperadilan

Kamis, 18 Desember 2025 | 04:05

Prabowo Diminta Ambil Alih Perpol 10/2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 04:00

BNPB Kebut Penanganan Bencana di Pedalaman Aceh

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:32

Tren Mantan Pejabat Digugat Cerai

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:09

KPID DKI Dituntut Kontrol Mental dan Akhlak Penonton Televisi

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:01

Periksa Pohon Rawan Tumbang

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:40

Dua Oknum Polisi Pengeroyok Mata Elang Dipecat, Empat Demosi

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:13

Andi Azwan Cs Diusir dalam Gelar Perkara Khusus Ijazah Jokowi

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:01

Walikota Jakbar Iin Mutmainnah Pernah Jadi SPG

Kamis, 18 Desember 2025 | 01:31

Ini Tanggapan Direktur PT SRM soal 15 WN China Serang Prajurit TNI

Kamis, 18 Desember 2025 | 01:09

Selengkapnya