Berita

Dahlan Iskan

Bata Untuk Nancy

SABTU, 26 JANUARI 2019 | 05:01 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

HARI berganti cepat. Tanggal pun kilat tertanggal. Tak terasa tinggal 35 hari lagi. Dari batas waktu 90 hari yang disepakati. Di gencatan senjata perang dagang Amerika-Tiongkok. Deadline kian dekat.

Wakil Perdana Menteri Liu He baru akan ke Washington akhir bulan ini. Ketika batas waktu tidak sampai 30 hari lagi. Pun belum ada sinyal apa-apa. Akan sukses atau buntu. Tiongkok minta ada pertemuan pendahuluan. Sebelum Liu He ke sana. Ia akan kirim dua wakil menteri. Tapi keinginan Tiongkok itu ditolak.
Itu belum bisa diartikan sebagai sinyal buruk.

Presiden Donald Trump sulit dibaca. Baik wajahnya maupun ucapannya. Tiap hari Trump masih up load twitter. Tapi tidak ada yang terkait dengan perang dagang. Setengah bulan terakhir. Eh tiba-tiba ada. Baru kemarin. Memberi sinyal positif. Tapi ya itu tadi. Siapa yang bisa memegang twitternya.

Presiden Donald Trump sulit dibaca. Baik wajahnya maupun ucapannya. Tiap hari Trump masih up load twitter. Tapi tidak ada yang terkait dengan perang dagang. Setengah bulan terakhir. Eh tiba-tiba ada. Baru kemarin. Memberi sinyal positif. Tapi ya itu tadi. Siapa yang bisa memegang twitternya.

Apalagi Presiden Trump masih terus sibuk dengan urusan dalam negerinya. Soal tembok perbatasan. Soal mantan pengacaranya, Michael Cohen. Yang berbohong di depan DPR. Yang kebohongan itu, kata sang pengacara, atas suruhan presiden. Yang dampaknya, mestinya, bisa gawat. Bagi sang presiden.Sang mengacara sudah siap beberkan semua. Termasuk peran Trump dalam kebohongan itu. Tanggal 29 Januari depan.

Tiba-tiba sang pengacara membatalkannya. Istri dan mertuanya terancam. Mereka diteror oleh Trump. Bisa jadi anak-anaknya juga. Pada gilirannya nanti.Itu menambah kehebohan tersendiri. Sang pengacara sudah mengakui semua kesalahannya. Sudah dijatuhi hukuman 3 tahun. Tanggal 1 Maret nanti ia sudah harus menjalani hukuman. Kian sempit waktu untuk bersaksi di DPR.
Presiden juga masih sibuk di internal timnya. Tim sukses untuk Pilpres tahun 2020. Yang dipimpin menantunya: Jared  Kushner.

Tim sukses itu baru saja bikin  gerakan perlawanan. Sekaligus menghimpun dana. Semua pendukung Trump diminta beli bata. Untuk dikirim ke kantor Nancy Pelosi, ketua DPR dari Partai Demokrat. Dan ke kantor ketua fraksi Demokrat di DPD.Trump memang sangat marah.

Demokrat terus menolak permintaan anggaran untuk membangun tembok perbatasan. Yang besarnya sekitar Rp 70 triliun. Yang dulu jadi andalan janji kampanyenya.
Saat Pelosi diundang Trump ke Gedung Putih pun dia tetap menjawab 'no'. Trump pun tetap tidak mau menandatangani APBN. Yang sudah disetujui DPR. Yang tanpa anggaran tembok.
Akibatnya APBN tidak bisa dijalankan. Banyak instansi pemerintahan tutup. Sampai sekarang. Sudah lebih satu bulan. Penutupan terlama dalam sejarah Amerika.
Yang bikin heboh bukan hanya soal batanya. Batanya sih bata simbolik. Tapi harganya. Gerakan kirim bata itu sebenarnya ide ejekan yang kreatif. Sayangnya pendukung Trump diminta hanya membeli bata ke tim sukses. Juga diminta tidak kirim bata sendiri-sendiri. Perusahaan pengiriman yang akan kirim bata itu ke Nancy Pelosi.

Harga bata itu sudah ditentukan: 20.20. Dua puluh dolar duapuluh sen. Padahal harga bata di Amerika hanya sekitar 3 dolar. Tim sukses dianggap terlalu banyak mengambil laba.
Diperkirakan setidaknya 20 juta pendukung Trump akan kirim bata itu. Hitung sendiri berapa miliar dolar laba yang diraih tim sukses. Cukup untuk  biaya untuk Pilpres mendatang.
Yang anti Trump tidak kalah kreatifnya: mengapa tidak menggunakan uang itu saja. Untuk membangun tembok beneran di perbatasan.
Gerakan itu banyak ditentang. Dianggap kontra produktif. Padahal desain batanya sudah dibuat. Lengkap dengan tulisan di bata itu. Lihat fotonya.Biar pun di dalam negerinya begitu ruwet tekad membendung pengaruh Tiongkok tampaknya tidak reda. Demikian juga membendung Huawei dan ZTE.
Minggu lalu Amerika memberi peringatan pada sekutu utamanya: Israel. Agar waspada pada meluasnya pengaruh Tiongkok.

Israel menjadi serba salah. Pengaruh Tiongkok sudah terlanjur jauh di Israel. Kerjasama dua negara sudah sangat dalam. Bahkan pelabuhan kontainer di Israel dibangun oleh perusahaan dari Shanghai. Yakni pelabuhan Haifa. Pelabuhan terbesar di Israel. Padahal pelabuhan itu dekat dengan pangkalan armada Amerika. Padahal perusahaan Shanghai itu tidak sekedar membangun. Juga akan mengoperasikannya. Selama 30 tahun. Mulai tahun 2021 nanti.
Betapa risi armada angkatan laut Amerika. Berpangkalan di depan mata rivalnya.Tiongkok sendiri tampaknya akan berubah strategi. Akan kelihatan banyak mengalah. Ada doktrin yang belakangan dimasyarakatkan di Tiongkok. Agar rakyatnya ikut memahami langkah baru pemerintahnya.

"Mengambil langkah mundur tidak berarti menyerah." Itulah doktrin baru itu. Mundur bisa saja dengan tujuan untuk maju. Apalagi kalau mundurnya hanya tiga langkah. Sedang  majunya kelak lima langkah.[***]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya