Edy Rahmayadi mundur dari Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada Minggu (20/1). Sehari setelah ia mundur, Kantor PSSI sepi.
Tidak ada aktivitas apapun di dalamnya. Petugas keamanan juga tidak tampak. Tapi, ada mobil dan motor yang terparkir. "Seluruh pengurus dan karyÂawan masih kongres di Bali. Jadi sepi," ucap Minah, penjaga warung di samping Kantor PSSI, Senin (21/1).
Sebelumnya, Kantor PSSI beberapa kali pindah. Era Djohar Arifin Husin, PSSI berkantor di Kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta. Saat renovasi SUGBK menjelang Asian Games 2018, kantor PSSIpindah ke Rasuna Office Park, Kuningan, Jakarta Selatan. Selanjutnya, pindah ke Gran Rubina Park Lantai 17. Setelah Ketum berganti ke Edy Rahmayadi, PSSImengontrak rumah di Jalan Kemang Timur V, Jaksel, sebagai kantor.
Di kantor saat ini, penjagaannya tidak terlalu ketat. Pasalnya, lokasinya di sebuah rumah. Hanya dua petugas keamanan yang biasanya berjaga. Sebelumnya, penjagaan dibilang ketat. Tidak sembarang orang bisa masuk. Sebab, kantor PSSIsebelumnya berada di kawasan perkantoran Episentrum, Kuningan, Jakarta.
Kantor PSSIsaat ini lokasinya cukup terpencil. Letaknya di tengah-tengah pemukiman elit di Kemang. Namun, tidak ada peÂtunjuk apapun sebagai penanda, bahwa di sekitar lokasi ini ada kantor PSSI.
Kantor ini merupakan rumah satu lantai. Pagar gerbangnya tertutup. Tapi, gemboknya tidak dikunci. Hanya dibiarkan mengÂgantung di pagar. Masyarakat sekitar juga tidak banyak yang tahu, rumah ini dijadikan tempat kerja induk sepakbola Indonesia. Juga menerima tamu. Namun, saat itu tidak ada t amu yang datang. "Mulai Rabu (23/1) baru ramai lagi," ucap Minah kembali.
Rumah ini cukup luas. Sekitar 1.000 meter persegi. Lengkap dengan kolam renang di belakangnya. Suasananya sejuk. Banyak pohon besar tumbuh di depan rumah bercat abu-abu itu. Pintu masuk ada dua. Di kanan dan kiri. Di kiri, terdapat sisa tempelan poster. Ukurannya cukup beÂsar. Tapi, tidak utuh lagi. Secara samar-samar, terlihat info soal penjualan tiket sepak bola secara online. Namun, penjualannya sudah berakhir beberapa bulan lalu. Di bawahnya terdapat tulisan "PSSI.org". "PSSI mengontrak di sini sejak setahun lalu," ucap Minah.
Masuk lebih dalam, terhampar halaman. Luas. Lantainya berdeÂsain papan catur. Kondisinya bersih. Tidak ada daun kering berserakan. Kendati banyak poÂhon. "Ada dua
office boy yang setiap hari bertugas membersihÂkan halaman," ujarnya.
Berlanjut ke garasi. Untuk sebuah kantor, ukurannya kecil.
Hanya bisa menampung tigamobil. Di atasnya ditutup kanopi.Bahannya polikarbonet. Bahan untuk menyerap panas. "Sebelumnya, rumah ini disewa orang Korea. Mereka pindah karÂena sering banjir," sebut Minah.
Makanya, Minah terkejut bila akhirnya rumah tersebut disewa PSSI. Sebab, hampir setiap taÂhun kawasan ini banjir. Bahkan, bisa setinggi dada orang dewasa. Apalagi, ada kali di depan ruÂmah ini.
"Untungnya, selama disewa PSSI, tidak pernah banjir. Kalau banjir kasihan PSSI, banyak dokumen yang bakal rusak," khawatirnya.
Minah bersyukur, dengan adanya kantor PSSIdi tempat ini. Sebab, dagangannya setiap hari selalu habis dibeli karyawan. Mereka juga tidak ada yang mengutang. "Bahkan, sesama karyawan berebut saling memÂbayar," pujinya.
Dia berharap, PSSI tidak pinÂdah lagi. Sebab, bila tidak ada kegiatan di luar kota, kantor ini selalu ramai. "Baru tiga hari ini saja sepi karena ada kongres di Bali," ucap Minah.
Pengurus PSSI Menampik Utang Sewa Kantor 40 Juta Sekjen PSSI Ratu Tisha Destria mengaku tak ada alasankhusus, kenapa memilih menyewa rumah di Kemang sebagai kantor PSSI. "Kami lebih tepat berada di daerah landai," ujar Tisha.
Menurut Tisha, dengan berÂkantor di Kemang, maka dekat dengan lokasi latihan sepakbola dan stadion untuk bertanding.
Sebelum pindah ke Kemang, Jakarta Selatan, PSSIsempat berkantor di Gran Rubina Park Lantai 17, Kuningan, Jaksel. Di kantor tersebut, induk olahraga sepakbola ini, disebut sempat menunggak sebesar Rp 40 juta.
Hal itu ditampik Deputi Bidang Bisnis Sekjen PSSI Marsal Masita. Dia membantah soal tunggakan sewa kantor PSSI di Gran Rubina Business Park. "Tidak ada utang ke pengelola Rubina. Kalau ada utang, pasti PSSIdicari-cari, dong," sanggahnya.
Sedangkan menurut Ketua Komite Perubahan Sepak Bola Nasional (KPSN) Suhendra Hadikuntono, tunggakan sewa kantor itu Rp 40 juta. Dia meÂnyarankan, tunggakan sewa kantor yang "tidak seberapa" itu segera dilunasi.
"Itu cerminan, bahwa penguÂrus PSSItidak bisa mengelola PSSI," nilai Suhendra.
Suhendra pun menilai, munÂdurnya Edy Rahmayadi sebagai Ketua Umum PSSI, tidak cukup untuk menyelesaikan persoalan di tubuh PSSI. Organisasi induk sepakbola ini, kata dia, harus memotong satu generasi bila inÂgin sukses. "Masalah PSSI baru akan selesai bila semua penguÂrusnya mundur," sarannya.
Menurut Suhendra, langkah Edy Rahmayadi mundur dari PSSI sudah tepat. Sebab, bekas Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) itu, tak bisa fokus lagi mengurusi PSSIsetelah terpiÂlih menjadi Gubernur Sumatera Utara. "PSSI ibarat anak tiri ketika dipimpin seorang guberÂnur," tandasnya.
Untuk itu, Suhendra menyarankan Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum PSSI Joko Driyono agar segera menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI untuk memilih pengurus baru yang bersih, profesional, dan bebas dari kontaminasi dugaan pengÂaturan skor. ***