Hikmahanto Juwana/Dok Pribadi
Hikmahanto Juwana berprinsip tidak ingin terjebak pertanyaan yang dirumuskannya bersama panelis lain Debat Capres Cawapres 2019.
Gurubesar Hukum Univesitas Indonesia itu pun menyampaikan skema debat yang akan berlangsung nanti malam (Kamis, 17/1).
Intinya, publik dapat mengambil kesimpulan dari dua perspektif pasangan calon terkait pertanyaan yang dilontarkan panelis.
"Saya selalu mencontohkan karena tidak mau terjebak dengan menyampaikan pertanyaan yang kita sampaikan. Jadi selalu saya mencontohkan seperti isu aborsi di Amerika Serikat," terang Hikmahanto kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (16/1).
Kebijakan soal aborsi sempat mencuat dalam debat final calon presiden AS antara Donald Trump dengan Hillary Clinton.
Trump sangat menentang aborsi. Bagi kelompok Republika, janin merupakan awal kehidupan manusia. Sebaliknya, Hillary dari Demokrat melegalkan dengan alasan melindungi hak perempuan untuk mengatur kehidupan berkeluarga.
Inilah dualisme dan pertentangan dalam isu yang sama.
"Ketika Partai Demokrat nanti jadi presiden yaitu Barack Obama, dia akan mengatakan itu uang APBN turunkan klinik-klinik atau rumah sakit yang mempraktekkan aborsi, tapi kalau Partai Republik yang menang, seperti Donald Trump ia akan melarang, jadi kelihatan apa yang mereka sampaikan ke publik," kata pria yang mendapatkan gelar Doctor of Philosophy (PhD) dari University of Nottingham, Inggris, 1997 lalu ini.
Dua perspektif dari dua capres tersebut akan menjadi keputusan publik secara sadar menjatuhkan pilihannya.
"Saya pilih Demokrat karena misalnya melegalkan aborsi, atau saya memilih republik karena dia tidak melegalkan aborsi.
Nah seperti itu yang kita contohkan, munculkan pertanyaan sehingga ada perbedaan, sehingga masyarakat itu tahu kalau saya memilih ini konsekuensinya ini, kalau saya milih itu konsekuensinya seperti itu, gitu kira-kira," tandasnya.
[wid]