Berita

Ilustrasi

Politik

Nasionalisme Semu: Ada Bau Amis

KAMIS, 03 JANUARI 2019 | 21:05 WIB | OLEH: SALAMUDDIN DAENG

BANYAK berita artikel di  media dan jurnal internasional menggambarkan giatnya Pemerintah Indonesia dalam menjalankan kebijakan nasionalisasi terutama nasionalisasi sumber daya alam. Beberapa ditaranya mengulas fakta adanya gejala nasionalisme semu.

Menurut KBBI se.mu artinya tampak seperti asli (sebenarnya), padahal sama sekali bukan yang asli (sebenarnya): definisi lebih lengkap tidak saya masukkan karena dapat memberikan citra yang buruk sekali bagi Indonesia.

Banyak sekali contoh kasus nasionalisme semu yang digambarkan. Contoh tersebut Terjadi dalam seluruh sektor penguasaan sumber daya alam, seperti minyak dan gas, batubara, dan tambang mineral. Dengan alasan nasionalisme, konstitusi, pasal 33 UUD 1945, Pemerintah menendang perusahaan perusahaan asing keluar dari Indonesia,  asing dipaksa melepaskan kepemilikan mayoritas mereka.

Tapi hasilnya perusahaan perusahaan tersebut justru jatuh ke tangan para taipan swasta. Banyak tambang telah berhasil dimiliki oleh taipan Indonesia, Banyak juga perusahaan di sektor migas lainnya yang berpindah tangan ke pihak nasional. Perusahaan Taipan telah berhasil menendang perusahaan perusahaan asing keluar dari tambang Indonesia dan mengambil alih tambang tambang tersebut.

Para taipan Indonesia ini telah bangkit menguasai tambang dan sumber daya alam baik yang masuk dalam skema pengakhiran kontrak, divestasi saham, maupun kewajiban dikuasai pihak nasional yang diatur dengan regulasi.  Para penguasa sumber daya alam yang baru secara efektif memanfaatkan kedekatan dengan penguasa untuk mendapatkan riba dari nasionalisasi. Para taipan Indonesia juga berhasil menyedot uang perbankan nasional, disaat utang mereka harganya jatuh di pasar internasional.

Tak hanya para taipan, BUMN juga bangkit menguasai tambang dengan dana utang dan suntikan APBN. Pertamina telah mendapatkan 100 persen Blok Mahakam meskipun kemudian dijual kembali melalui skema sharedown kepada swasta. Juga mendapatkan Blok Rokan namun akan dibiayai dengan global Bond. Baru baru ini PT Inalum Holding Companies membeli hak garap Rio Tinto di Freeport dengan dana utang. Inalum konon akan mendapatkan apa yang didapatkan Rio Tinto dari Freeport selama ini. Persis sama. Menjadi Rio Tinto yang baru di Freeport dengan harga 3,8 miliar dolar.

Dalam waktu dekat juga akan banyak perusahaan batubara dan perusahaan migas asing yang habis masa kontrak. Pemerintah dapat memperpanjang  atau tidak memperpanjang mereka dengan alasan nasionalisme. Pengusaha Batubara adalah penguasa politik yang sebenarnya di Indonesia saat ini. Bayangkan saja dari batubara produksi nasional bisa mencapai 500 juta ton atau bernilai 50 miliar dolar atau setara dengan 700 triliun revenue.

Tapi apa hasil buat rakyat Indonesia? Penerimaan negara PNBP dari seluruh  tambang hanya Rp. 45 triliun. Catat dari seluruh tambang. Nilai itu hanya secuil alias 6 % dari revenue batubara. Rakyat benar benar apes karena tak pernah merasakan nikmatnya kekayaan emas, mineral, batubara, minyak dan gas.

Nasionalisme Indonesia ini disebut asing sebagai nasionalisme semu. Memang korporasi Asing selalu memandang nasionalisme suatu negara sebagai musuh, tapi mereka kadang sekaligus memuji semangat nasionalis yang sejati. Sekarangpun negara seperti Inggris, Amerika Serikat dan negara negara Eropa telah kembali pada semangat itu. Namun nasionalisme yang dilihat di indonesia beraroma kurang sedap. Ada bau amis. [***]

Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)

Populer

Rocky Gerung Ucapkan Terima Kasih kepada Jokowi

Minggu, 19 Mei 2024 | 03:46

Pengamat: Jangan Semua Putusan MK Dikaitkan Unsur Politis

Senin, 20 Mei 2024 | 22:19

Produksi Film Porno, Siskaeee Cs Segera Disidang

Rabu, 22 Mei 2024 | 13:49

Panglima TNI Diminta Tarik Anggota Puspom dari Kejagung

Selasa, 28 Mei 2024 | 18:58

Topeng Mega-Hasto, Rakus dan Berbohong

Kamis, 23 Mei 2024 | 18:03

IAW Desak KPK Periksa Gubernur Jakarta, Sumbar, Banten, dan Jateng

Senin, 20 Mei 2024 | 15:17

Pj Gubernur Jabar Optimistis Polisi Mampu Usut Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

Kamis, 23 Mei 2024 | 06:48

UPDATE

Mulai 2027, Kolombia Larang Adu Banteng

Rabu, 29 Mei 2024 | 13:49

Transisi Energi, Pertamina Hulu Rokan Manfaatkan PLTS Terbesar di Indonesia

Rabu, 29 Mei 2024 | 13:45

Korban Kasus Penggelapan Memohon Hakim MA Kabulkan Kasasi

Rabu, 29 Mei 2024 | 13:42

Umat Diajak Rencanakan Haji di Usia Muda

Rabu, 29 Mei 2024 | 13:36

Partai Buruh Tolak Program Tapera Dijalankan

Rabu, 29 Mei 2024 | 13:25

Denmark Tolak Akui Negara Palestina

Rabu, 29 Mei 2024 | 13:09

Fantastis, Kerugian Negara Kasus Korupsi Timah Naik Jadi Rp300 T

Rabu, 29 Mei 2024 | 13:08

Sambut Pilkada, PP Pemuda Katolik Siap Aktivasi Desk Orkestrasi

Rabu, 29 Mei 2024 | 13:01

Ratusan Juta Uang Kementan Ngalir ke Nasdem

Rabu, 29 Mei 2024 | 12:59

UKT Batal Naik Setelah Diprotes, Bukti Koordinasi Pemerintah Buruk

Rabu, 29 Mei 2024 | 12:48

Selengkapnya