Matheos de Haan, polisi berpangkat Brigadir Polisi Kepala (Bripka), ditemukan meninggal di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Mutiara, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat. Matheos meregang nyawa dengan luka tembak di bagian kepala.
Jenazah Matheos ditemukan di lahan kosong yang berada perÂsis di depan TPU Mutiara. Lahan tersebut biasa dijadikan tempat parkir kendaraan pengunjung yang hendak berziarah ke TPU tersebut. Lahannya tak begitu besar. Ukurannya hanya sekitar 15x10 meter.
Tak ada yang istimewa dari lahan tersebut. Hanya sebuah tanah kosong yang dijadikan tempat parkir dengan beralaskan tanah dan rumput. Tak ada areal yang dipasangi semen maupun beton. Sebuah pohon berukuran sedang berdiri di tengah lahan tersebut.
Kemarin, tak ada aktivitas berarti di lahan tersebut. Di sekelilingnya dipasangi garis polisi. Bercak darah Matheos yang sudah mengering, terlihat menghitam di tanah.
TPU Mutiara sendiri terbagi di dua wilayah kelurahan, Mampang, dan Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat. Lokasinya berada di dekat pemukiman yang cukup ramai, meskipun tidak terlalu padat. Masih banÂyak lahan kosong dapat ditemui di sekitar TPU itu.
Lokasi TPU tidak berada di sekitar jalan raya besar yang biÂasa ramai lalu lalang kendaraan. Jaraknya sekitar 250 meter dari Jalan Raya Sawangan, mesti melalui gang kecil yang hanya bisa dilalui satu lajur mobil.
Hari itu, aktivitas di jalan sekitar TPU cukup ramai. Hilir mudik kendaraan roda dua terÂlihat di jalan depan TPU yang memiliki lebar sekitar empat meter. Tak banyak kendaraan roda empat yang melewati jalan depan TPU tersebut.
TPU Mutiara dikelola secara swadaya oleh warga setempat. Tanahnya merupakan tanah wakaf dengan luas sekitar dua hekÂtar. Di depan TPU itu, terdapatjuga dua lokasi pemakaman berukuran jauh lebih kecil.
Lokasi ditemukannya jenazah Matheos sebenarnya berada tak jauh dari kantor TPU. Jaraknya hanya sekitar 15 meter. Di kanÂtor tersebut terdapat halaman dan beberapa kursi yang biasa dijadikan tempat Syafi'i, penÂjaga TPU Mutiara beraktivitas dan beristirahat.
Syafi’i menuturkan, pertama kali menemukan Matheos beÂrada di dekat pohon. Saat itu, Senin (31/12), sudah menunÂjukkan pukul setengah tujuh malam. Saat itu, kata pria 50 tahun tersebut, Matheos masih bernafas
"Saya lihat banyak darah di kepala. Posisinya telentang, sepertiorang tidur, dengan tangan terlipat di atas perut. Napasnya terdengar berat. Karena tidak berani, saya panggil teman, lalu kami lapor ke Pak RT," tutur Syafi'i.
Ketika itu, Syafi'i hendak meÂnyalakan lampu pintu gerbang makam. Saat malam hari, dia mengatakan, kondisi makam memang gelap. Sebelum ke TPU Mutiara jam enam sore, Syafi'i sempat berada di lokasi sekitar jam lima sore. Namun, dia pulang terlebih dahulu unÂtuk mandi. Perjalanan dari TPU Mutiara ke rumahnya lebih kurang 15 menit.
Pada jam lima sore, Syafi'i tidak melihat ada pergerakan seseorang di lahan parkir TPU Mutiara. Akan tetapi, Syafi'i melihat ada motor Honda Beat warna biru terparkir di dekat poÂhon. "Sampai menemukan tubuh Matheos, motor itu masih ada," katanya.
Ketua RT Miat, yang mendaÂpat laporan dari Syafi'i, segera menginformasikan kepada Pembinaan Masyarakat dan Kepolisian Sektor Pancoran Mas. Miat mengatakan, dirinya meliÂhat tubuh Matheos mengenakan jaket hitam. Kepalanya ditutupi masker kupluk yang menutupi wajah. Darah berada di sekitar tengkuk Matheos.
"Setelah kami lapor, sejumlah polisi mendatangi tempat kejaÂdian perkara. Untuk menambah cahaya penerangan, polisi meÂmasang lampu di atas pohon di dekat ditemukannya Matheos yang terluka," kata Miat.
Warga Hanya Mendengar Suara Seperti Petasan Luka tembak ditemukan di tubuh Matheos. Namun, warga tak mendengar suara letusan senjata api.
Hendra, warga sekitar mengaku, hanya mendengar suara seperti petasan sebelum jenazah Matheos ditemukan. Dia mendapatkan informasi bahwa jasad pria itu ada luka di bagian kepala, seperti luka karena senÂjata api.
"Kita dengar habis Isya ada mayat. Tidak ada hal-hal aneh saat itu, namun tiba-tiba warga berlarian ke arah makam. Ternyata, di situ ditemukan mayat pria bersimbah darah. Tidak ada keributan kok, namun sayup-sayup saya sempat dengar ada suara teriakan seperti laki-laki. Namun, ini juga saya pikir hanya perasaan saja," kata Hendra.
Selanjutnya, pria yang baru satu tahun tinggal di wilayah tersebut menuturkan, beberapa tetangganya mengatakan pernah melihat korban. "Tapi saya tidak kenal," tutur Hendra.
Warga lainnya, Muhadi menuÂturkan, wilayah itu tidak termasuk rawan kejahatan. Dia bilang, siapa pun, baik warga yang berjalan kaki maupun pengenÂdara motor dapat melintas setiap waktu dengan rasa aman.
"Di sini mau siang, sore, tengah malam aman-aman saja biarpun kelihatannya sepi. Tidak pernah ada begal atau rampok. Saya puluhan tahun tinggal di sini," ujar Muhadi.
Lebih lanjut, Muhadi bilang, TPU itu biasanya ramai menjeÂlang hari-hari besar. "Biasanya yang ziarah datang pas mau Ramadhan atau Lebaran, atau hari-hari besarlah. Nah, parkirnya itu di tempat jenazah ditemukan itu," tandas Muhadi. ***