Berita

Foto: Net

Bisnis

Batubara Dan Jokowi

Penerimaan Negara Cuma Seupil, Hanya 5 Persen Dari Nilai Penjualan Batubara Nasional
JUMAT, 21 DESEMBER 2018 | 11:54 WIB | OLEH: SALAMUDDIN DAENG

PRESIDEN Jokowi menginstruksikan agar ekspor batubara ditambah 100 juta ton lagi demi menambah devisa negara.

Jika ini benar terealisasi maka ekspor batubara Indonesia akan mencapai 496 juta ton. Dahsyat memang untuk devisa.

Tapi ada yang Pak Jokowi selaku Presiden kurang menyadarinya, atau setidaknya dipertanyakan oleh Presiden yakni ke mana uang-uang hasil ekspor batubara selama ini?

Coba dibayangkan ya? Produksi batubara tahun ini mencapai 489 juta ton. Ekspor batubara mencapai 81 persen dari produksi nasional. Artinya ekspor batubara itu sebanyak 396 juta ton. Ekspor Indonesia tersebut menjadikan negara ini sebagai eksportir batubara terbesar di dunia alias nomor satu.

Lalu nilai ekspor itu berapa? Harga batubara rata rata dipasar internasional sekitar 70 dolar per ton. Dengan demikian nilai ekspor batubara ini bisa mencapai 27,7 miliar dolar AS atau Rp 401 triliun. Itulah devisa yang seharusnya diterima Indonesia dalam tahun ini dari ekspor batubara saja.

Belum penerimaan penjualan batubara di dalam negeri yang juga di perdagangkan dengan mata uang dolar. Perlu diketahui bahwa Perusahaan Listrik Negara sebagai konsumen batubara utama untuk pembangkit membayar batubara dengan dolar AS.

Demikian juga dengan perusahaan lain pembangkit listrik yang lain juga membayar batubara dengan dolar AS. Ditambah lagi menteri ESDM menetapkan harga batubara yang harus dibeli PLN dan pembangkit swasta rata rata 100 dolar per ton. Dengan demikian perusahaan batubara menerima 9,2 miliar dolar AS atau Rp 134,7 triliun dari perdagangan dalam negeri.

Dengan demikian maka penerimaan seluruh tambang batubara mencapai 36,9 miliar dolar AS atau mencapai sedikitnya Rp 535 triliun.
Bisnis keruk, angkut dan jual yang paling dahsyat dalam masa pemerintahan Pak Jokowi. Ini yang membuat perusahaan perusahaan batubara berada pada urutan teratas sebagai perusahaan dengan perkembangan keuantungan paling cepat dalam empat tahun terakhir.

Tapi sebaliknya negara tidak menerima pendapatan yang berarti dari ekspor dan penjualan batubara ini.  Penerimaan negara dalam bentuk Penerimaan Negara Bukan Pajak dari sektor batubara cuma seupil, dibandingkan dengan revenue perusahaan batubara.

Bayangkan dalam tahun 2018 ini penerimaan batubara hanya Rp 27,5 triliun. Angka yang membuat bangga menteri ESDM ini hanya 5,1 persen dari revenue atau penjualan perusahaan tambang batubara. Itu uang 95 persen penerimaan sektor barubara dibawa kemana? Ini tidak pernah dipertanyakan Pak Jokowi.

Pertanyaan yang seharusnya disampaikan Pak Jokowi kepada Sinar Mas, Adaro, dan Bumi, dan perusahaan swasta dan asing yang menguasai 95 persen produksi batubara nasional. "Ke mana uangnya dibawa pergi Pak?"

Ini penting dipertanyakan karena kalau instruksi Pak Jokowi tahun depan ekspor ditambah 100 juta ton, maka produksi batubara Indonesia mencapai 590 juta ton.

Jadi kalau harga tahun depan rata rata 100 dolar maka Indonesia bisa dapat devisa dari penjualan batubara senilai 59 miliar dolar atau Rp 855 triliun. Pak Jokowi bisa bayangkan kalau uang sebesar itu tidak kabur ke luar negeri. Betapa banyak yang dalam genggaman Bapak? Coba perintahkan menteri-menteri Bapak untuk itung ulang ya. Sekedar saran.[***]


Penulis merupakan Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)

Populer

Rocky Gerung Ucapkan Terima Kasih kepada Jokowi

Minggu, 19 Mei 2024 | 03:46

Pengamat: Jangan Semua Putusan MK Dikaitkan Unsur Politis

Senin, 20 Mei 2024 | 22:19

Dulu Berjaya Kini Terancam Bangkrut, Saham Taxi Hanya Rp2 Perak

Sabtu, 18 Mei 2024 | 08:05

Produksi Film Porno, Siskaeee Cs Segera Disidang

Rabu, 22 Mei 2024 | 13:49

Topeng Mega-Hasto, Rakus dan Berbohong

Kamis, 23 Mei 2024 | 18:03

Massa Geruduk Kantor Sri Mulyani Tuntut Pencopotan Askolani

Kamis, 16 Mei 2024 | 02:54

Aroma PPP Lolos Senayan Lewat Sengketa Hasil Pileg di MK Makin Kuat

Kamis, 16 Mei 2024 | 14:29

UPDATE

Wilayah-wilayah Ini jadi Fokus Utama PDIP dalam Pilkada 2024

Minggu, 26 Mei 2024 | 06:01

Soal Penguntitan Jampidsus, Pakar Hukum Desak DPR Revisi UU Kejaksaan

Minggu, 26 Mei 2024 | 05:45

Gerindra-Golkar Berpeluang Usung Bayu Airlangga

Minggu, 26 Mei 2024 | 05:26

Lebih dari 37 Ribu Pengunjung Saksikan Puncak Perayaan Waisak 2024 di Borobudur

Minggu, 26 Mei 2024 | 05:11

Herman Deru Dominan di Survei LSI, Pengamat: Masih Bisa Berubah

Minggu, 26 Mei 2024 | 04:59

4 Tahun Buron Kasus Curanmor, Residivis Bertato Menangis Saat Ditangkap

Minggu, 26 Mei 2024 | 04:44

Survei LSI: Herman Deru Unggul di Atas 50 Persen

Minggu, 26 Mei 2024 | 04:24

PB Al Washliyah Tegaskan Haji Tanpa Visa Resmi Melanggar Aturan

Minggu, 26 Mei 2024 | 03:59

Setelah PDIP dan Nasdem, Akhyar Nasution Mendaftar ke PAN Medan

Minggu, 26 Mei 2024 | 03:16

Dekranasda Kenalkan Wastra Khas Aceh Lewat Muslim Fashion Week di Sarinah

Minggu, 26 Mei 2024 | 02:52

Selengkapnya