Berita

Foto/Net

Bisnis

Industri Pulp & Kertas Masih Dihantui Isu Dumping

Tahun Depan Tumbuh 5 Persen
RABU, 19 DESEMBER 2018 | 10:06 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) menyatakan, tuduhan dumping dari berbagai negara masih akan menghantui dan menjadi tantangan industri pada tahun depan. Meskipun begitu, industri ini diprediksi tumbuh 5 persen tahun 2019.

Ketua APKI Aryan Warga Dalam menyatakan, saat ini, pasar sedang bertumbuh dengan baik dan permintaan dunia masih meningkat sekitar 2 persen. Kon­disi ini diyakini berlanjut pada tahun depan. Walaupun demikian, industri pulp dan kertas memiliki tantangan utama yang mengham­bat pertumbuhan secara optimal.

"Tantangan tahun depan itu, karena kami punya daya saing, jadi dituduh dumping terus, seperti Amerika Serikat (AS), Australia, India, Pakistan, dan Korea Selatan," ujarnya di Ja­karta, kemarin.


Seperti diketahui, ASdan Aus­tralia menganggap Indonesia melakukan praktik Particular Market Situation (PMS). Menurut Arya, tudingan aksi dumping pulp dan kertas asal Indonesia oleh AS disebabkan kesalahan Negara Paman Sam dalam menentukan harga acuan komoditas tersebut.

Dalam kasus tersebut, AS mengacu pada harga pulp asal Malay­sia yang lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Akibatnya, produsen Indonesia dituding memberikan subsidi atas produk ekspornya.

Pada tahun lalu, AS menuding produk coated paper dan uncoated paper dari Indonesia dikenai subsidi sehingga harga jualnya lebih rendah. Adapun, di Australia tudingan serupa ditujukan kepada produk A4 copy paper yang masih dalam proses negosiasi di Organisasi Dagang Internasional (World Trade Organization/WTO).

Kendati demikian, Aryan masih optimistis industri pulp dan kertas masih bisa tumbuh 5 persen pada tahun depan. Apalagi, peluang pasar masih terbuka dan kapasitas produksi pulp dan kertas mening­kat karena ada perluasan. "Harga juga masih bagus, apalagi tahun depan ada permintaan kertas untuk pemilu," katanya.

Sepanjang tahun ini, nilai ekspor kertas dan pulp diproyeksikan tembus 7 miliar dolar AS. Dengan estimasi ini, maka nilai ekspor produk pulp dan kertas akan melonjak 20,7 persen dari capaian 2017 sebesar 5,8 miliar dolar AS.

Saat ini tercatat, kapasitas produksi kertas Indonesia sebe­sar 16 juta ton per tahun dan pulp sebesar 11 juta ton per tahun. Pasar utama ekspor pulp dan kertas Indonesia adalah kawasan Asia, seperti China, Korea Selatan, In­dia, Arab Saudi, dan Jepang.

Secara global, industri pulp Indonesia merupakan produsen terbesar kesepuluh, sementara in­dustri kertas menempati peringkat keenam. Di wilayah Asia, Indone­sia merupakan produsen peringkat ketiga untuk industri pulp dan dan keempat untuk industri kertas.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian (Ke­menperin) Ngakan Timur mengata­kan, industri pulp dan kertas harus terus meningkatkan kinerja meski diterpa isu dumping. "Industri ini harus menggunakan teknologi terkini agar daya saing lebih kom­petitif di pasar global," ujarnya.

Menurut Ngakan, berdasarkan kebijakan industri nasional, in­dustri pulp dan kertas merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas dalam pengembangan­nya. "Hal ini karena Indonesia punya potensi terutama terkait bahan baku, di mana produktivi­tas tanaman kita jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara pesaing," tuturnya.

Industri pulp dan kertas juga menyerap sebanyak 260 ribu tenaga kerja langsung dan 1,1 juta tenaga kerja tidak langsung. Maka itu, industri pulp dan ker­tas tergolong sektor padat karya dan berorientasi ekspor.

Guna mendongkrak kemam­puan industri pulp dan kertas nasional, Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK) sebagai salah satu lembaga riset di bawah BPPI Kemenperin juga telah berperan aktif dalam upaya pengembangan standar hijau. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya