Berita

Jamal Khashoggi/Net

Dunia

AS 'Diam' Untuk Kasus Khashoggi Demi Stabilitas Harga Minyak

KAMIS, 13 DESEMBER 2018 | 12:28 WIB | LAPORAN:

Penolakan Riyadh untuk mengekstradisi dua pejabat tinggi yang berkaitan langsung rencana pembunuhan Jamal Khashoggi, memperkuat dugaan Arab Saudi menutupi kasus tersebut.

Pengamat Timur Tengah, Yon Machmudi mengatakan, hingga saat ini belum ada yang bisa menembus kerajaan Arab Saudi agar kasus pembunuhan Khasshogi dibuka ke publik.

"Pertama saya kira karena negara yang paling mungkin melakukan itu kan Amerika Serikat (AS) karena ketergantungan Arab Saudi terhadap AS itu sangat besar, sementara Presiden Donald Trump sudah memberikan jaminan bahwa AS melindungi takhta Arab Saudi, artinya tidak ada perubahan," ujarnya saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (13/12).

Yon melanjutkan, jika kasus kolumnis Washington Post ini dibuka dan kemudian melibatkan Putra Mahkota Muhammad bin Salman bin Abdulaziz al-Saud maka akan berdampak pada perubahan politik di Arab Saudi, khususnya di bidang ekonomi.

"Hubungan AS dengan Saudi sangat pragmatis, AS kan sekarang memfokuskan pada hubungan bilateral yang menjaga hubungan baik kedua negara itu yang berdampak pada positif secara ekonomi kepada AS," tutur ketua Prodi Pascasarjana Kajian Timur Tengah dan Islam Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (UI),.

Donald Trump (Presiden AS) telah menjamin bahwa usaha Arab Saudi dalam menjaga hubungan bilateral kedua negara sudah menciptakan kestabilan harga minyak untuk rakyat di AS.

"Maka tentu AS tidak akan jauh lagi mencampuri urusan dalam negeri Saudi kalau itu nanti bisa membuat ketidaknyamanan Saudi dalam hubungannya dengan AS," tandas Yon.

Sebelumnya Direktur Komunikasi Kantor Kepresidenan Turki Fahrettin Altun menyampaikan kekecewaan terhadap sikap Riyadh yang menolak ekstradisi dua tersangka itu.

"Sikap itu justru akan membenarkan para kritik yang meyakini Arab Saudi berupaya menutup-nutupi kasus pembunuhan itu," kata Altun seperti dilansir Reuters. [wid]

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya